29

517 15 0
                                    

Disekolah Rara selalu pergi ke toilet untuk memuntahkan isi perutnya
Rara merasa apa yang dikatakan oleh bi Eka benar kalo dia mengandung

Ratasya menangis sambil menghapus air matanya, dia bingung harus berbuat apa setelah dia pergi dari rumah Alex

Rara menghela nafasnya dan mulai membereskan diri dan keluar dari toilet, dia tidak bernafsu makan padahal perutnya terasa lapar
Saat Rara memasuki ruangan kelasnya akila yang melihat Rara sangat pucat merasa kasian, sebenarnya dia tidak bermaksud untuk memusuhi Rara , dia hanya ingin memberikan pelajaran kepada Rara kalau dia tidak boleh egois dan setiap apa yang dilakukan akan mendapatkan akibatnya seperti dijauhi oleh orang-orang terdekatnya

Dan ternyata bukan hanya Akila , mika dan Qisha juga melihat wajah pucat Rara, mika sama dengan Akila merasa kasian namun tidak bisa berbuat apa-apa berbeda dengan Qisha dia sangat senang melihat wajah pucat Rara, dia yakin Alex pasti sudah menyiksanya sampai-sampai Rara terlihat sangat pucat

Pelajaran berjalan seperti biasa namun Rara sama sekali tidak konsentrasi
Dia terus saja ingin muntah

-
-
-

Sepulang sekolah Rara menyuruh pak jajang membawanya langsung pulang
"Pak nanti tungguin Rara ya"
"Mau kemana non?"
"Mmm kerumah sakit"
"Non sakit?"
Rara gugup mendengar pertanyaan pak jajang, namun Rara mengingat pak jajang yang selalu jujur kepada Alex mau tidak mau Rara harus membohonginya
"Hanya sedikit pusing, Rara jadi sedikit gak konsentrasi belajar karna kepalanya denyut"
"Ohh baikla non"

Samapi dirumah Rara langsung mengganti pakaiannya menggunakan kelana jeans dan kaos oblong miliknya

"Jalan pak, rumah sakit terdekat aja ya pak"
"Baik non"

Dirumah sakit Rara mendengat jamanya disebut langsung bangkit dan masuk keruangan dokter yang bernama Dr.Dewi
"Hai Dewi" sapa dokter Dewi dengan Rama
"Mm Ratasya dok"
"Silahkan duduk" Rara duduk dengan jantung yang berdetak kencang

"Mari langsung periksa aja ya mbak"
Rara berbaring ditempat tidur yang diarahkan oleh dokter Dewi

Rara melihat suatu bulatan dilayar komputer yang berada disampingnya
"Dok itu apa?" Tanya Rara takut kalau itu ada suatu penyakit

"Ohh itu dia janinnya mbak, dia masih sangat kecil mengingat umurnya juga masih sangat muda"
"Jadi aku beneran hamil dok?"
"Iya mbak. Selamat ya mbak" Rara meneteskan air matanya mendengar perkataan dokter Dewi
"Terimakasih dok"
"Sama-sama mbak"
"Mmm kira-kira berumur berapa ya dok?" Tanya Rara dengan sedikit malu mengingat dia tidak tau mengenai kehamilannya

Dokter Dewi tersenyum mendengar pertanyaan Rara yang malu-malu
"Gak perlu malu gitu mbak.. mmm sekitar dua Minggu"
Rara bangkit dari tidurnya dan duduk didepan dokter Dewi "mbak harus mekan makanan bergizi dan jangan banyak pikiran karna itu bisa berakibat fatal bagi janin nya mbak sendiri dan bawalah suaminya kalau ingin periksa supaya suami mbak mendengar apa yang bisa dan apa yang tidak bisa untuk mbak lakukan" mendengar ucapan dokter Dewi Rara sebisa mungkin untuk menjawabnya dengan tenang
"Haha iya dok.. yauda saya permisi ya"
"Iya mbak hati-hati ya" Rara tersenyum mendengar perkataan dokter Dewi..

Sepanjang perjalanan Rara terus mengelus perut ratanya sambil tersenyum dia tidak menyangka kalau sekarang dirinya tidak sendiri lagi, dia pulang alasan untuk tetap bertahan hidup, untuk tetap semangat..

Dimobil Rara tak henti-hentinya tersenyum membayangkan suatu saat perutnya akan membuncit dan dia akan melahirkannya seorang bayi yang lucu.. pak jajang yang melihat nyonya nya itu aneh hanya bisa mengerutkan keningnya
Rara yang merasa pak jajang sedaritadi memperhatikannya seketika menghentikan senyumannya

CRUEL MANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang