Lisa membawa piring berisi nasi dan lauk pauk tak lupa dengan segelas air putih di atas nampan melangkah dengan ragu mendekati pintu kamarnya yang baru dimana itu adalah kamar milik suaminya.
Sesekali ia menghela nafas gusar saat akan meraih gagang pintu itu, jujur saja ia takut jika laki laki yang tadi pagi mempersuntingnya tak akan terima kehadirannya, terlebih lagi sejak pernikahannya tadi pagi belum ada sepatah kata pun dari suaminya itu mengajaknya berbicara.
"Ah kenapa aku jadi gugup gini sih?". Gumam lisa berusaha menetralkan detak jantungnya yang terus berirama tak tenang.
"Apa aku gak perlu ya anterin makanan ini? Kalo dia lapar kan, bisa saja nanti dia akan meminta ku mengambilnya? Dan dia akan berbicara padaku!". Kata lisa antusias dengan senyumnya sembari memutar balikkan badannya untuk kembali ke dapur.
Namun, langkahnya kembali terhenti.
"Tapi sekarang kan aku istrinya dia, bukannya tidak baik kalo aku bersikap seperti ini? Tidak mau mengurus suami ku?". Lisa menjadi bimbang, ia pun terus menghela nafasnya kasar. "Ya tuhan, kenapa jalan ceritanya seperti ini?". Adunya lelah."Sudahlah aku harus memberikan makanan ini padanya, lagi pula dia belum makan dari siang!". Katanya lagi dan memutar lagi badannya ke arah pintu.
Lisa meraih gagang pintu itu dan akan segera membuka pintunya, namun lagi-lagi tertahan karena pikirannya kembali bimbang.
"Tapi nanti aku harus sapa dia seperti apa?". Gundahnya. "Apa aku harus memanggil namanya? Ahh tidak tidak, sepertinya dia lebih tua dari ku!". Tanyanya tapi di jawab sendiri.Lisa berfikir lagi.
"Em.. apa mas aja ya?". Pikirnya. "Ahh enggak, kayanya terlalu formal banget manggilnya gitu".Lisa mengusap wajahnya gusar.
"Ahh sudahlah sebaiknya aku masuk saja! Mau dia terima atau enggaknya makanan ini, yang terpenting aku sudah menawarinya!". Monolog lisa dan membuka pintu itu.Saat lisa membuka pintu kamar itu, dan di lihatnya laki laki itu yang tengah berdiri di balkon kamarnya. Sepertinya, ia tengah menikmati angin malam yang memberikan kesejukan.
Lisa menghembuskan nafas kasar lagi dan berjalan mendekati laki laki dengan tatapan kosong itu.
"Em..". Gugup lisa mengatur detak jantungnya. "K..kak deka!". Panggil lisa terbata, hanya kata itu yang pertama kali lisa ucapkan.Laki laki yang di panggil namanya oleh lisa barusan, hanya diam tanpa ada pergerakan menoleh atau menjawab deheman dari lisa.
"Maaf ya, kalo aku panggil kamu kak! Soalnya bingung mau panggil apa dan biar agak sopan dikit aja sih hehe..". Lisa terkekeh karena panggilan untuk suami barunya itu terkesan unik.
Deka masih tidak bergeming, sepertinya ia tidak minat dengan candaan lisa.
Lisa yang merasa di abaikan oleh deka, hanya tersenyum getir menanggapinya dan berusaha terus untuk membuat laki laki itu berbicara padanya.
"Oh ya kak! Ini aku bawain makanan buat kamu, kak deka makan ya kan dari tadi siang kak deka belum makan!". Kata lisa sembari tersenyum, meskipun senyum yang di berikannya itu tak dapat di lihat nyata oleh deka.Deka menoleh dan merabakan tangannya berjalan dengan tuntunan tongkat merahnya itu menuju ranjangnya dan ia pun kembali meraba untuk duduk di pinggir ranjang itu.
Lisa yang melihat itu hanya mengerutkan dahinya bingung, tapi dia tidak menyerah ia pun menghampiri deka dan duduk di sebelahnya.
"Kak deka mau lisa suapin ya?". Tanya lisa lagi tanpa menyerah.Deka masih belum membuka suaranya, ia hanya diam tanpa ada minat berbicara dengan lisa.
Lisa meletakkan nampan itu di atas nakas, diambilnya piring itu berniat untuk menyuapi deka.
"Ayok kak lisa suapin, buka mulutnya ya!". Rayu lisa lembut menyodorkan sendok dengan nasi itu ke arah mulut deka.