Lisa sekarang menjalani hari harinya seperti biasa, meskipun deka yang terus enggan menerimanya, tapi ia tak pernah melalaikan kewajibannya sebagai seorang istri. Lisa terus merawat deka dengan sabar sendirian, karena mama dara yang memutuskan untuk tidak lagi tinggal bersama mereka dan memilih untuk tinggal di apartementnya yang jauh dari tempat mereka berdua tinggal.
Sekarang lisa tengah berdiri di dapur sembari memotong motong bawang yang akan menjadi bumbu untuk lisa memasak nasi goreng kesukaan deka, karena perutnya yang sudah buncit membuat lisa sesekali merasakan nyeri di area punggungnya karena tak sanggup berdiri lama. Akhirnya, ia pun memilih untuk duduk di kursi dan melanjutkan memotong bawangnya.
Setelah selesai masak, lisa membawa sepiring nasi goreng dan juga segelas susu masuk ke kamar deka, dimana laki laki itu tengah bersantai dengan piano yang ia mainkan.
"Kak deka, ini sarapannya udah jadi!". Kata lisa di ambang pintu.
Deka menoleh lalu meraba mencari tongkat merah yang biasa ia gunakan untuk menunjukkan arah jalannya.
"Dimana?". Tanya deka yang kebingungan karena tak bisa mendengar suara dengan jelas tadi, karena hanya suara yang bisa ia gunakan untuk menemukan jalannya.
Lisa sedikit tersenyum tipis lalu ia berjalan menghampiri deka.
"Lisa di sini kak!". Ucap lisa meraih tangan deka yang terus meraba.Deka sedikit terperanjat saat tangannya menyentuh sesuatu yang menonjol besar. Lisa lagi lagi tersenyum dan terkekeh saat ia menggerakkan tangan deka di perutnya yang besar.
"Perut lisa udah gede kak deka!". Ucap lisa sambil terus menggerakkan tangan mengelus perutnya.
Deka langsung menepis tangan lisa dan menjauhkan tangannya dari perut lisa, lalu ia membalikkan badan dan meraba lagi untuk duduk di atas kasurnya.
"Jangan coba coba lagi lo tarik tangan gue buat megang perut lo! Gue jijik!". Ketus deka dengan raut muka tak ada kedamaian di sana.
Lisa hanya menghela nafas kasar saja, lalu ia meletakkan nampan yang berisi nasi goreng dan segelas susu itu di atas nakas, lalu ia duduk di sebelah deka.
"Lisa tau kak! Kak deka gak mau mengakui anak ini seperti anak kakak sendiri! Tapi, lisa mohon sekali ini aja kak deka mau elus perut lisa! Gak tau kenapa lisa pengen banget..". Rengek lisa memohon ke deka.
"Gak akan pernah gue mau!!". Jawab deka sekaligus menolak.
"Kak deka..lisa mohon sekali ini aja! Biar anak lisa bisa ngerasain elusan seorang ayah di perut lisa!!". Mohon lisa lagi.
"Dia bukan anak gue!!". Tekan deka.
Lisa menunduk sedih karena deka terus menolaknya, meskipun begitu lisa tak pernah menyerah untuk membuka hati deka agar bisa menerimanya.
"Iya lisa mengerti bayi ini bukan anak kak deka, tapi apa salahnya sih kak buat lisa bahagia sebentar aja? Lisa janji deh, kalo bayi ini udah lahir lisa gak akan lagi ganggu kakak, lisa janji lisa bakalan urus surat cerai kita dan pergi tinggalin kakak ya!!". Bujuk lisa tak mau menyerah sampai deka luluh.
Deka menghela nafas panjang dan berdecak.
"Ckkk! Ya udah lo suapin gue dulu! Gue laper!". Kata deka masih dengan dinginnya.Lisa menyunggingkan senyumnya mendengar ucapan deka. Ia pun segera meraih piring yang berisi nasi goreng itu dan mulai menyuapi deka.
"Buka mulutnya kak!". Kata lisa yang sudah menyodorkan sesendok nasi goreng itu ke depan mulut deka.Deka membuka mulutnya dan menguyah nasi gorengnya. Tangannya lagi lagi meraba, lisa yang melihat itu mengerutkan keningnya.
"Kak deka cari apa?". Tanya lisa heran.