Pancaran mentari pagi kini sudah menembus celah celah kecil jendela yang tidak tertutup gorden, membuat cahaya itu masuk dan tepat mengenai indra penglihatan lisa yang mulai sedikit demi sedikit mengerjapkan matanya yang merasa sangat silau. Berbeda dengan laki laki yang tertidur di pahanya sepanjang malam itu, yang tak mampu menembus cahaya matahari yang juga menyorot penglihatannya.
Laki laki itu sudah membuka matanya sempurna, namun meskipun begitu hanya kegelapan yang menyelimutinya di pagi yang cukup cerah itu. Bibirnya ia sunggingkan ke atas tatkala dirinya merasa sebuah tangan membelai lembut kepalanya. Dan dapat di rasa, itu belaian tangan sang istri yang sudah sangat ia kenali.
"Lisa?". Katanya dengan suara serak khas bangun tidur.
"Iya kak deka? Ini lisa?". Jawab lisa dengan senyumnya.
Deka kembali tersenyum dan menggenggam tangan lisa.
"Aku gak nyangka lis, semalem aku tidur beneran sama kamu! Aku berasa mimpi, dan di mimpi aku kamu cantik banget!". Ucap deka yang seketika membuat lisa tersipu malu."Kak deka ini bisa aja!". Balas lisa masih dengan malu malunya. "Ayok bangun kak, udah siang ini! Lisa mau bikin sarapan dulu buat kak deka!". Titah lisa yang diangguki deka.
Deka beranjak dari tidurnya dan duduk di ranjang, sedangkan lisa sudah menurunkan kakinya ke lantai dengan memopang perut besarnya. Namun, baru lisa akan berdiri pinggangnya terasa sangat nyeri.
"Aduhhh!". Rintih lisa sembari memegang pinggangnya yang terasa begitu berdenyut, mungkin itu efek dari tidurnya semalam yang hanya duduk bersandar di kepala ranjang deka dengan deka yang tidur di pangkuan pahanya.
Mendengar lisa yang merintih kesakitan, deka langsung merabakan tangannya mencari lisa dengan raut wajah sangat khawatir.
"Lisa kamu kenapa? Apa yang sakit?". Tanya deka cemas."Lisa gak papa kak deka! Cuman sakit pinggang aja! Aduhh ini.. ahh sakit banget!". Sahut lisa masih terus merintih.
Deka jadi kebingungan, mau menolong namun tak tau harus berbuat apa. Ia hanya bermonolog, merasa dirinya tak becus sebagai suami di saat sang istri tengah kesusahan seperti ini.
"Lis…~".
"Udah kak deka gak usah khawatir, lisa beneran gak papa kok! Sekarang lisa udah mendingan, lisa ke dapur dulu ya!". Kata lisa yang sudah berdiri dan akan beranjak ke dapur.
Sedangkan deka masih terduduk di atas ranjang. Pikirannya tiba tiba mendadak seperti semalam, merasa dirinya sangat tidak berguna dalam keadaannya seperti ini. Namun, jika di pikir kembali ia merasa kasihan dengan lisa, lisa sudah terlalu menderita selama ini, ia tidak mau lisa kembali menderita jika dirinya akan mengamuk dan menangis keras seperti semalam.
Akhirnya deka memilih untuk turun dari ranjang dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri lalu akan berjalan ke bawah untuk menyusul lisa.
Setelah selesai membersihkan badan, sekarang deka mengetuk lantai dengan tongkatnya keluar dari kamar, tak lupa dengan tangan kirinya yang meraba udara takut ia akan menabrak dinding atau meja di sekitarnya. Dengan langkah yang pelan, ia menuruni tangga satu persatu hingga akhirnya ia berhasil di anak tangga terakhir.
Liaa yang melihat deka berjalan menghampirinya pun ia tersenyum.
"Baru lisa mau ke atas nyamperin kak deka, kak dekanya udah turun aja!". Kata lisa masih dengan senyum lebar di bibirnya."Iya lisa biar kamu gak capek bolak balik naik turun tangga!". Balas deka yang kini sudah di tuntun lisa untuk duduk di kursi meja makan.
"Kak deka mau sarapan apa? Hari ini lisa cuman masak omelet aja sih sama roti panggang selai coklat, habisnya lisa bingung persediaan makanan kita udah hampir habis di lemari es, lisa belum sempat belanja bulanan lagi! Soalnya sekarang lisa susah kak, perut lisa udah besar jadi gerak kesana kesininya agak susah!". Keluh lisa sedih.