"Ahhh sakit!!". Rintih lisa di dalam kamar mandinya sembari memegang perutnya yang terasa bagai di remas remas, namun suaranya tidak begitu keras memang ia sengaja agar tidak ada yang mendengarnya.
"Shhhttt..". Lisa mencoba menahan rasa sakitnya dengan terus menarik nafas dalam dalam dan ia hembuskan dengan perlahan hingga akhirnya rasa sakit itu sedikit demi sedikit menghilang.
Lisa menyandarkan badannya di wastafel dan mengusap banyak keringat yang mengalir di pelipisnya.
"Apa semua orang hamil mengalami rasa sakit seperti ini ya?". Gumam lisa."Ahh rasanya aku tidak pernah melihatnya, tapi apa karena aku pernah akan menggugurkan bayi ini sampai sampai rasa sakitnya masih terasa?".
"Kau bodoh sekali lisa! Anak yang tak berdosa ini hampir kau bunuh!!". Runtuk lisa menyesali perbuatannya dulu.
Lisa menghela nafas panjang, ia membasuh muka dan menatap pantulan dirinya di cermin sembari mengusap air yang ada di wajahnya. Kemudian, ia berjalan keluar dari kamar mandi itu menuju ruang makan untuk melanjutkan sarapannya.
"Lisa kamu kenapa?". Tanya dara saat lisa yang baru saja muncul dan duduk lagi di kursinya. "Kok muka kamu pucet banget? Kamu sakit?".
Lisa menggeleng pelan.
"Aku gak papa kok ma! Kayaknya aku cuman kecapean aja tadi!". Jawab lisa dengan senyum tipisnya."Beneran?". Tanya dara lagi masih khawatir.
"Iya ma aku gak papa kok!".
"Ahh syukurlah kalo gitu!".
Lisa mengangguk lagi kemudian ia kembali memakan sarapannya yang sempat tertunda.
"Lisa mama mau minta tolong sama kamu, tolong anterin deka ke rumah sakit ya nak, hari ini dia harus kontrol!". Ujar dara di sela mengunyah makanannya.
"Gak!". Bukannya lisa yang menjawab justru deka lah yang kini dengan tatapan tajamnya.
Lisa dan dara kompak menoleh ke deka.
"Kenapa sih deka? Hari ini mama ada meeting di butik sama klien sayang, makanya mama gak bisa temenin kamu nak, kamu sama lisa ya!". Bujuk dara mengusap pundak anaknya."Mama lebih mentingin pekerjaan mama dari pada aku?". Ucap deka dingin seperti yang sebelumnya, bahkan ini sifatnya kembali seperti semula dari pada di saat pagi tadi lisa membujuknya.
"Bukan begitu deka, kan sekarang ada lisa gak ada salahnya dong mama minta dia yang nemenin kamu, kan lisa istri kamu!". Jawab dara sesantai mungkin agar deka tak kembali marah.
"Dia bukan istri aku!!". Tekan deka lagi lebih ketus.
Lisa yang mendengarnya hanya menelan ludahnya susah, ia pikir setelah tadi pagi deka mau di bujuknya deka sedikit membuka hati untuknya, tapi kenyataannya deka kembali menjadi deka yang ketus bagi lisa.
"Udah ma gak papa! Kalo kak deka gak mau lisa anter, nanti lisa telfon ayah aja biar ayah yang datang ke sini!". Kata lisa mencoba menetralkan keadaan lagi.
Dara menggeleng.
"Gak lisa, kamu harus anterin deka ke rumah sakit, mama gak mau ngrepotin ayah kamu! Lagian kamu ini kan istrinya, itu sudah kewajiban kamu!". Elak dara membuat lisa langsung terdiam. "Kamu gak usah pikirin apa yang di ucap deka, kamu cuman harus nurut sama mama! Anter deka ke rumah sakit!". Tekan dara ke lisa."Deka bilang gak mau ya gak mau ma! Deka lebih baik ngurung diri di kamar dari pada deka di anter sama jalang itu!". Sahut deka masih kekeh dengan ucapannya jika ia tak mau di antar oleh lisa.
"Terserah kamu deka mau ngomong apa! Keputusan mama udah bulat! Kamu di anter lisa, mama juga udah bilang sama ayah kalian!!". Kata dara lagi lalu ia beranjak dari kursinya dan pergi meninggalkan mereka berdua di meja makan.