Sepanjang perjalanan lisa hanya diam. Setelah keluar dari rumah sakit itu, di dalam taksi lisa terus memikirkan apa yang di ucapkan oleh dokter daesung padanya. Bagaimana tidak? Lisa ingin sekali melahirkan normal, karena untuk menebus semua kesalahannya pada anaknya dulu yang akan ia bunuh. Ia juga ingin layaknya seperti perempuan normal pada umumnya, kalo ia ingin sekali memperjuangkan putranya.
Deka yang merasa lisa terdiam, ia juga menjadi sedikit risih karena lisa tidak seperti saat berangkat yang banyak bicara, ia juga sebenarnya merasa iba setelah mendengar semuanya.
Deka merabakan tangannya ke samping di mana lisa duduk.
"Lo kenapa?". Deka angkat bicara untuk mencairkan suasana yang begitu terasa hening.Lisa menoleh, ia sedikit terkejut karena tanpa ia sadari tangan deka sudah menggenggam tangan kanannya.
"Eh kak deka!". Kata lisa gugup. "Emm.. lis.. lisa gak papa kok kak!". Jawab lisa.Jawaban itu tentu tidak membuat deka puas, meskipun ia tak dapat melihat lisa tapi deka sangat yakin lisa sedang berpura pura baik baik saja.
"Gue gak suka di bohongin!". Tekan deka yang membuat lisa langsung menunduk dan kembali terdiam.Deka lebih mengeratkan genggaman tangannya ke lisa.
"Ceritain aja, apa yang buat lo gelisah? Kehamilan lo?". Tanya deka dengan nada suaranya yang sudah tidak tinggi lagi.Lisa menjadi ragu sekarang, ia takut saat ini.
"Lis.. lisa takut kak!". Ucap lisa gemetaran hampir menangis."Lo gak usah takut! Lo turutin aja apa saran dokter yang terbaik, kalo pun lo di suruh operasi caesar demi keselamatan lo dan bayi lo nggak masalah kan?". Kata deka menasehati lisa, ucapannya begitu lembut tidak seperti yang kemarin kemarin.
Lisa menoleh ke arah deka dan di tatapnya wajah deka yang menatap lurus ke depan.
"Tapi lisa pingin melahirkan secara normal kak, lisa ingin ngerasain gimana rasanya perjuangin anak lisa ini, lisa mau tebus kesalahan kesalahan lisa dulu kak yang udah hampir membunuh bayi ini!". Sekarang lisa sudah sangat terisak, tanpa sadar juga kepalanya ia telusupkan di pundak deka.Deka yang merasa pundaknya basah, dan mendengar isakan tangis lisa hanya diam. Deka membiarkan lisa menangis di pundaknya, dan tangan kanannya reflek menyentuh rambut panjang lisa dengan di belainya sangat lembut.
"Gue emang belum tau banyak tentang lo, tapi apa lo mau jawab apa alasan lo dulu mau menggugurkan anak lo itu?". Uajr deka hati hati.
Lisa yang tadinya terus terisak, ia mendongakkan kepalanya dan kembali menatap deka.
"Kalo pun lisa jawab, apa mungkin kak deka bakalan berhenti bilang kalo lisa ini pelacur?". Tanya balik lisa yang seakan langsung menohok deka yang terdiam."Gue gak yakin!". Jawab deka, yang membuat lisa menghela nafasnya dan memejamkan matanya sebentar. "Tapi gue akan~".
"Mba sudah sampai!". Ucap supir taksi yang mengendarai mobil.
Lisa menoleh ke jendela, ternyata memang benar dia sudah ada di depan sebuah rumah bercat putih di mana rumah itu adalahnya rumahnya dengan deka.
Lisa mengangguk kemudian ia memberikan sejumlah uang sesuai jumlah argo pada supir taksi itu, lalu ia turun. Tak lupa, ia juga membantu deka dengan menuntunnya.
Setelah supir taksi itu pergi, lisa menggandeng deka masuk ke rumahnya. Namun, saat lisa tengah membuka pintu, deka kembali bersuara.
"Gue emang gak yakin! Tapi gue akan coba yakin, gue gak akan bilang lo seorang pelacur lagi kalo lo mau ceritain semuanya!". Ucap deka yang membuat lisa menghentikan kegiatannya membuka kunci pintu rumahnya.
Lisa memutar balikkan badannya lalu ia menatap sendu ke arah deka.
"Kak deka yakin?". Tanya lisa memastikan.Deka mengangguk, lalu lisa tersenyum.