26. Conversation

581 98 7
                                    

Malam hari tiba....

Kalau di masa depan, jam sepuluh malam, Yeonjun masih berkutik dengan bahan naskah nya dengan kacamata yang bertengger apik pada hidungnya. Karena terbiasa seperti itu, Yeonjun jadi tidak bisa tidur.

Ia memutuskan berjalan-jalan keluar dan duduk di jembatan yang menghadap kearah kolam besar dengan sembilan ekor ikan koi—pertanda keberuntungan, jadi tidak mengherankan setiap istana memiliki kolam ikan koi.

Tumbuh subur bunga teratai mengambang indah diatas kolam. Dipinggir kolam dipasang obor sebagai pencahayaan. Sesekali terdengar suara gemericik ikan yang menabrak permukaan.

Perlahan semakin jelas, terdengar suara kaki yang mengetuk lantai kayu yang datang dari pintu paviliun timur—tempat dimana pangeran Silla beristirahat, berpesta, dan bermain.

"Yang Mulia Pangeran Choi, belum tidur?" sosok dengan suara sangat lembut menyapa indera pendengarannya.

Yeonjun menoleh dan sedikit terkejut melihat seorang perempuan manis, berjalan tertatih-tatih, dengan penampilan sedikit berantakan—ditandai dengan kepangan rambutnya yang ikatannya terlepas. "Oh, Yang Mulia Putri. Ternyata kau belum beristirahat." Yeonjun tidak tahan untuk tidak menunjukkan senyumnya pada perempuan manis di harapannya.

Masa bodoh dengan embel-embel 'istri orang'.

"Yah... Kau tahu. Kewajiban istri... Haha..." Beomgyu tersenyum canggung lalu menunduk dalam. Dirinya teringat lagi perkataan suaminya beberapa hari yang lalu.

Yeonjun melihat aura berwarna ungu gelap menguar kental yang menandakan kesedihan dan penyesalan yang amat dalam.

'Andai aku masih bisa memelukmu seperti kemarin.'

"Pasti masih sangat sakit." Yeonjun mendekat kearah sang putri lalu memegang pundak sempit itu untuk menyalurkan aura hangat.

"Dia tidak pernah bermain halus. Hhh.... Hormon memang tidak ada yang tau." Beomgyu duduk di pinggir jembatan. Sebenarnya sih dilarang karena dianggap duduk dibawah itu hanya untuk kasta rendah. Namun sekali lagi masa bodoh.

Melihat pemandangan di depannya, Yeonjun jadi ingat kejadian saat pertama kali ia melihat Beomie di syuting drama terakhirnya. Begitu serius menghapalkan naskah.

Dan itu sangat indah.

"Indah sekali." cicit Yeonjun sambil memainkan tali pada topi nya.

"Hm, aku tahu."

!!!

"Y-ya?"

Beomgyu menepuk tempat di sebelahnya. "Aku pun berpikir begitu. Bintangnya kan?"

Laki-laki itu membensrkan topi nya dan menatap wajah wanita cantik didepannya,"Semua yang berada di pandanganku sekarang."

Jantung mereka tanpa sadar sama-sama berdegup kencang. Sebuah perasaan kecil yang lama-lama semakin berkembang. Walaupun salah satu diantara nya mencoba untuk menahan.

"Tidak bolehkan aku melihat bintang dari sudut ini lebih sering. Dari malam ini. Dan dari perasaan ini? Kurasa tidak, haha."

'Kumohon, berhentilah tertawa seperti itu. Itu menyayatku."

"Maaf, Yang Mulia Putri Choi Beomgyu. Kau ternyata sedikit puitis ya—"

"Tadi kau menyebutku apa?"

'Eh? Bukan? Aku salah?'

"Putri Choi Beomgyu. K-kenapa?"

Entah kenapa Beomgyu suka saat dipanggil dengan marga aslinya yang sama dengan marga sosok di sebelahnya yang merupakan sang pujaan hati. Entah bagaimana caranya dia mengekspresikannya.

Time Traveler Chaos | YeongyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang