11.Penjelasan

287 33 29
                                    

Deka terus menatap lisa yang tengah sibuk dengan bukunya di depan koridor kelasnya. Meskipun kelas mereka jauh karena kelas lisa yang ada di deretan kelas 11 Ipa 1 sedangkan kelas Deka 12 Ips 2 yang juga terletak di ujung dekat dengan kantin, deka memang sengaja untuk melihat lisa karena ia merasa rindu.

Rindu. Iya deka rindu sama lisa dimana wanita itu yang selalu spam chat di ponselnya, wanita itu juga yang selalu khawatir dengan keadaannya, dan wanita yang sangat peduli dengan kesehatannya.

Namun, karena penyesalan yang ia buat membuat dirinya menjadi malas melakukan apa saja, biasanya deka yang selalu doyan main game hingga lupa waktu dan deka yang keras kini juga menjadi sangat pendiam.

"Lis gue kangen lo!". Lirih deka sangat pelan.

Deka menghela nafasnya kasar, ia butuh pelampiasan untuk perasaan hatinya sekarang, ia pun berlari meninggalkan lisa yang ia tatap diama diam ke arah belakang sekolah.

Setelah sampai di belakang sekolah, deka merogoh saku celananya dan diambilnya satu bungkus rokok yang ia beli di warung depan sekolah. Deka perlahan mengambil satu batang rokok itu ke mulutnya.

Deka kembali menghela nafasnya panjang sebelum ia menyalakan korek untuk membakar ujung dari rokok yang sudah ada di mulutnya. Perlahan ia pun langsung menyalakan korek dan membakar ujung rokoknya hingga asap yang keluar dari rokok tersebut mulai mengepul.

Deka menghembuskan kepulan asap rokok itu sembari memejamkan matanya rapat rapat, hanya untuk sekedar meluapkan sedikit pikirannya.

Baru saja deka akan kembali menghisap rokok itu lagi, tiba tiba dia terperangah saat tangan seseorang merebut rokok itu dan membuangnya asal.

"Kenapa harus ngerokok sih ka?". Suara itu seketika membuat deka langsung terdiam, bahkan ia tak berani menatap mata dari orang itu yang menatapnya tajam.

"Apa dengan merokok bisa menyelesaikan masalah lo ka? Gue gak mau lo sakit ka, gue khawatir sama lo!". Ucap orang itu lagi dengan mata yang berkaca kaca.

"Gue lelah lis!". Lirih deka dalam nunduknya.

Lisa menghela nafas kasar, air matanya bahkan sudah terbendung sempurna di sudut matanya dan apa bila ia mengedipkan matanya secara otomatis cairan bening itu akan tumpah dengan deras.

Lisa mengusap pundak deka.
"Cuman sampai sini perjuangan lo ka?". Tanya lisa dengan suara yang sudah bergetar. "Lo gak kasihan sama tante fika? Lo gak ingat cuman tante fika yang lo punya sekarang? Apa lo mau liat mama lo kecewa hanya karena sebatang rokok itu?". Lanjutnya lagi sembari menunjuk batang rokok yang di buangnya tadi.

Deka kembali terdiam, rasanya lidahnya sangat kelu untuk menyahut ucapan lisa. Tak terasa air matanya juga ikut jatuh, seiring dengan mengingat sang mama.

"Deka gue kan udah bilang, jangan hanya karena perpisahan kita bikin keadaan lo semakin buruk, lo tau kan gue khawatir? Meskipun gue bukan siapa siapa lo lagi!". Ucap lisa lagi dengan lirihan di akhir ucapannya.

Deka memberanikan diri menoleh ke lisa, ia juga perlahan menatap lekat mata lisa, rahangnya seketika juga mengeras saat lisa mengatakan dia bukan lagi siapa siapa deka. Padahal di hati deka, berharap lisa masih menjadi kekasihnya.

"Lis gue gak tahan!!! Gue harus jelasin ke lo semuanya!!!". Teriak deka yang sudah tak dapat lagi menahan emosinya.

Deka menempelkan tangannya di pundak lisa, ia berharap lisa mau mendengarkan penjelasan yang sebenarnya terjadi.

"Lis gue harap kali ini lo mau denger penjelasan gue!". Kata deka menatap lisa.

"Bukannya kemarin sudah jelas ka waktu lo peluk somi, apa lagi yang harus di jelasin?". Kini lisa sudah terisak, jujur saja air matanya sudah tak dapat lagi ia bendung.

Romantic (Donghyuk-Lisa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang