33. Ketakutan

149 25 6
                                    

"Kemarin lo pergi kemana sama juki?"  .

Kata itu pertama kali lisa dengar dari seseorang yang kini merebahkan tubuhnya di atas ranjang miliknya, setelah dua hari ini ia tidak keluar rumah bahkan untuk pergi ke sekolah karena masalah kesehatannya.

Ya. Lisa kini tengah di rumah deka. Setelah deka terus merengek pada mamanya ingin bertemu lisa, membuat fika luluh dan meminta lisa untuk datang ke rumahnya hanya sekedar untuk membujuk sang anak untuk makan dan minum obat.

Nampak raut wajah sedikit gelisah saat akan menjawabnya. Ia bingung, harus bagaimana memulainya apa dia juga harus mengatakan pada deka kalo kemarin juki baru saja mengutarakan isi hatinya pada lisa?. Ah. Jangan, lebih baik deka tidak usah tau. Yang ada jtar ribet jadinya.

"Ya biasa. Ke taman sama ke bioskop doang". Jawab lisa sekenanya.

"Nonton?".

"Ya nonton lah deka. Ya kali di bioskop jual gorengan".

"Maksudnya film apa?".

"Film horor".

Alis deka bertaut. Lantas ia beranjak dari tidurnya dan duduk di sebelah lisa.

"Emang berani?". Tanya deka dengan nada mengejek.

"Ya awalnya takut sih. Cuman juki peka, dia ngalihin biar gue gak takut sampai gue selesai nontonnya". Jawab lisa dengan senyum tipisnya.

"Maksudnya peka? Lo di peluk?". Entah kenapa nada suara deka seperti merajuk pada lisa.

Kali ini lisa hanya diam. Dia bingung sekarang. Dia harus jawab apa kalo sudah di tatap tajam sama deka. Mau jujur, tapi takut buat deka kecewa. Kalo bohong, ntar yang ada hidup lisa bakalan gak akan tenang karena dapar teror dari deka yang terus mengitrogasinya sampai ke akar-akarnya.

"Ahh gue jadi cowok lemah banget sih. Jadi kurang gercep kan, saat lo butuh perhatian". Kata deka yang justru membuat lisa menolehnya dan menatapnya tak mengerti.

Deka yang seakan mengerti dengan perubahan wajah lisa, sejenak ia mengeluarkan senyumnya dari bibirnya.

"Untuk kali ini gue maklumin. Tapi kalo sekali lagi gue denger lo jalan sama juki. Gak akan lagi, gue kasih kesempatan tuh burung juki mendekap di sarangnya". Lanjut deka sambil menyeringai.

"Lo gak marah sama gue ka?". Tanya lisa hati-hati. Takut kalo di balik senyuman deka itu sebenarnya sebentar lagi emosinya akan meletup.

"Ngapain marah?". Tanya balik deka. "Kan gue tadi bilang, buat kali ini gue maklumin lisa. Kan keadaannya emang genting dan gue juga gak di samping lo. Ntar kalo gue sembuh, gue pasti selalu ada buat lo". Sambungnya lagi.

Lisa tersenyum lalu ia mengusap rambut deka.
"Makanya jangan sakit terus. Makan gih, manja banget makan aja sampe gue harus nyamperin ke sini". Cibir lisa dengan sedikit kekehannya.

"Kan gue kangen sama lo". Jawab deka.

"Tau lah kan gue emang ngangenin".

"Tuh tau. Makanya gue gak bisa move on dari lo".

Deg.

Senyum di bibir lisa mendadak luntur. Ada rasa menyesal sendiri, saat deka mengucapkan itu. Perasaan deka dengan lisa masih tetap sama seperti dulu. Tapi, berbeda dengan perasaannya yang kini sudah terpecah-pecah entah kemana.

"Kok diem?".

"Ehh.. enggak kok. Ya udah deh sekarang lo makan nih". Lisa memberikan piring yang sudah terdapat makanan itu pada deka.

Deka menerimanya, namun ia kembali meletakkan piring itu di atas nakas lantas ia juga membaringkan tubuhnya.

Lisa terkejut melihat itu. Ia menatap deka dengan sorot mata tajam.

Romantic (Donghyuk-Lisa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang