16.Yang Sebenarnya

226 33 35
                                    

Lisa sebenarnya tidak ingin keluar dari toilet, ia khawatir jika ia kembali ke ruangan rawat deka pasti somi sudah menceritakan alasan bohong pada deka perihal lisa menampar pipinya dengan sangat keras, hingga tercetak bekas tangan lisa di pipi mulusnya.

Tapi di satu sisi, lisa tidak bisa diam begitu saja di toilet sekarang. Ia juga harus menjelaskan yang sebenarnya pada deka, namun apa deka mau mendengarkan semua alasannya? Di kala seperti ini, pasti deka ada di pihak somi terlebih lagi ada bukti nyata tepat di pipi somi.

Dengan langkah ragu pun lisa membuka pintu toilet dan kembali ke ruangan rawat deka, dia sudah tak peduli jika nantinya deka akan marah dan membencinya.

Pintu ruangan rawat deka, lisa dorong dengan pelan dan ia berjalan masuk dengan langkah ragu dan nampak juga deka yang duduk bersandar pada ranjang tidurnya.

Tatapan deka juga sudah berubah tidak seperti saat ia keluar pertama kali dari ruangan ini ke toilet. Namun, anehnya kemana somi dan tante fika? Kenapa hanya ada deka di sana?, ah ini cukup membuat lisa semakin takut, tatapan deka juga sangat menusuk. Lisa berjalan mendekati deka.

"Dek..deka!". Ucap lisa dengan terbata, jujur saja ia sangat ketakutan saat ini.

Deka hanya diam, tanpa merespon panggilan lisa. Deka terus menatap lisa dengan tatapan yang tak dapat di artikan, kemungkinan besar somi sudah mengadu dan berucap bohong pada deka hingga deka menjadi seperti ini.

"Dek..deka.. in..ini semua gak seperti yang lo kira, gue.. gue nampar somi karena...~".

"Karena lo gak suka gue di hina dan di manfaatin?". Sambar deka yang tiba tiba berbicara memotong ucapan lisa.

Lisa membulatkan matanya tak percaya, dengan apa yang baru saja ia dengar. Apa benar deka yang mengatakannya? Dan dari mana bisa deka tau alasan itu yang membuat lisa menamparnya.

"Lo.. lo tau dari mana ka?". Tanya lisa yang masih kaget.

"Itu gak penting! Gue cuman mau tau detailnya aja, kenapa lo bisa menampar somi sampai seperti itu?". Jawab deka masih dengan dinginnya.

"Lo mau denger penjelasan gue?". Tanya lisa lagi dengan ragunya.

"Tentu saja lis! Gue mau denger langsung dari mulut lo! Karena gue gak percaya, somi tadi bilang ke gue, lo nampar dia karena lo minta somi jauhin gue dan tinggalin gue! Gue awalnya percaya, tapi setelah mama bilang kalo dia gak sengaja dengar somi ngomong dia deketin gue karena dia cuman mau uang gue! Apa itu bener lis?".

Lisa sudah menitikkan air matanya, ia bahkan mengerti seperti apa perasaan deka saat ini, yang sudah di khianati oleh teman kecilnya itu. Lisa bahkan jauh lebih mengerti bagaimana keadaan deka yang hanya di jadikan batu sandaran oleh teman munafiknya itu.

Lisa perlahan mengangguk, sedangkan deka tersenyum getir menanggapinya.
"Gue emang bodoh ya lis! Gue sering bilang lo bodoh, tapi kenyataannya gue lebih bodoh dari lo! Gue bodoh udah nyakitin cewek yang bener bener sayang sama gue! Bener bener cinta sama gue, tapi gue lebih memilih cewek bangsat itu demi ninggalin lo! Gue minta maaf lis..". Deka kini sudah menangis, ia menyesal sangat menyesal dengan semua memori menyakitkan dimana lisa dulu memutuskannya.

Lisa mengusap air matanya, ia juga menarik tubuh deka untuk di dekapnya membiarkan laki laki itu menangis di pelukannya.
"Lo gak salah deka,. Ini semua bukan salah lo! Gue mutusin lo dulu juga kesalahan gue yang gak mau denger dulu penjelasan lo! Lo jangan kaya gini, gue tau perasaan lo! Lo jangan pernah ngerasa bodoh, hanya karena masalah kecil seperti ini! Gue mohon deka.. jangan nangis gue gak bisa liat lo harus sedih kaya gini! Hiks...". Kata lisa yang ikut menangis.

Bukannya lisa tak bisa tegar, hanya saja apa yang di ucapkannya memang benar adanya. Lisa tidak bisa melihat deka menangis seperti ini, deka berhak bahagia tanpa harus dengan sahabat busuknya itu.

Romantic (Donghyuk-Lisa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang