36. Kekecewaan

179 32 31
                                    

Lisa keluar dari kamarnya berjalan lemas dengan tatapan kosong ke arah depan. Matanya yang bengkak, sudah menunjukkan semalaman lisa hanya menangis dan menangis.

Ya menangis karena merasa kecewa, dengan keputusannya itu kini ia sudah menyakiti hati banyak orang. Bukan hanya deka, melainkan juga teman-temannya yang masih selalu support untuk kembali dengan deka. Namun, justru kebalikannya lisa sudah memilih juki untuk menjadi pacar barunya. Memang, penyesalan akan berujung pada akhiran.

"Lis lo mau kemana?".

Suara itu, sejenak membuat lisa berhenti dari langkahnya dan menoleh. Melihat laki-laki yang duduk di sofa yang sedang mengikat tali sepatunya.

"Cari angin". Jawab lisa seadanya.

Jinan hanya mengangguk. Ia sudah mengerti dengan keadaan lisa sekarang. Ia juga mendengar kabarnya dari teman-temannya yang lain. Maka dari itu, jinan tidak ingin ikut campur, mungkin lisa sedang membutuhkan waktu untuk sendiri. Dan sejak semalam jinan hanya membiarkan sang adik untuk melampiaskan penyesalannya dengan menangis.

Jinan beranjak dari duduknya dan menghampiri lisa.
"Gue yakin lo belum tau soal ini". Kata jinan sambil tersenyum tipis.

Lisa mengerutkan dahinya.
"Soal apa?".

"Deka sakit". Kata jinan. "Sekarang di rawat di rumah sakit. Gue mau ke sana, lo mau ikut gak?".

Khawatir. Satu kata itu yang terbesit di hati lisa. Jelas saja, ia sebenarnya masih menyayangi deka. Pasti laki-laki itu sakit karenanya. Niat hati lisa ingin menjenguk deka, Ingin tau bagaimana keadaannya. Hanya saja, karena masalah kemarin membuat ia menjadi malu untuk bertemu deka. Takut, kalo deka akan mengusirnya.

"Gue takut..". Cicit lisa yang kini sudutnya matanya berair.

"Takut deka gak mau lo jenguk?". Tebak jinan.

Lisa mengangguk, lantas ia kini menangis dengan menelungsupkan wajahnya di kedua telapak tangannya.

"Gue tau lo kecewa sama diri lo sendiri lis. Tapi, yang lebih kecewa itu gue. Karena gue, lo jadi kenal juki dan deket sama dia". Ucap jinan merasa bersalah dan menyesal. "Andai aja, waktu itu gue gak ngajak lo ke rumah namjon lo pasti gak akan kenal juki". Lanjutnya sembari menunduk.

Lisa masih menangis. Ia jadi bingung harus bagaimana. Dia sangat ingin bertemu dengan deka dan meminta maaf atas semua kekecawaan yang di lakukannya padanya. Namun, di sisi yang lain ia merasa malu dan sudah tak sepantasnya dengan tidak tau dirinya ia datang menemui deka.

Jinan menghela nafas panjang, dan mengusap pundak lisa.
"Tapi gue saranin sih lo harus ke sana lis. Mungkin deka butuh lo. Karena saat ini, deka koma". Ucap jinan, membuat lisa spontan membulatkan matanya.

"Koma?".

Jinan mengangguk.
"Iya. Itu sekiranya yang gue dapat info dari Bobby. Kemarin, sakit deka kambuh. Dia pingsan, dan di larikan ke rumah sakit. Dokter bilang, untuk saat ini keadaan deka sangat drop yang membuat dia sekarang harus mengalami masa kritis. Itu sebabnya deka mengalami koma untuk sementara waktu". Ujar jinan.

Lisa merasa terpukul. Kini ia kembali merutuki dirinya, merasa sangat bersalah karena ia deka menjadi seperti ini. Lisa rindu, dengan senyum manis laki-laki itu. Bagaimana kalo nanti lisa tidak akan lagi melihat senyumnya. Ia tidak kuasa, kalo melihat deka yang terbaring lemah dengan bantuan alat medis untuk memopang hidupnya.

"Dan satu lagi lis. Mungkin ini akan buat lo lebih gak percaya, tapi ya memang ini kenyataannya". Monolog jinan, yang membuat lisa kembali bingung dan penasaran.

"Apa kak?".

"Selama ini..". Jinan menggantung ucapannya. Sungguh jinan sebenarnya tak sanggup jikalau lisa mendengar ini, tak tau seperti apa reaksinya. Tapi, mau tidak mau pun juga jinan harus memberi tau lisa.

Romantic (Donghyuk-Lisa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang