11 • Upal vs Upil

1.1K 148 3
                                    

Jika aku ditanya apa persamaan upal dan upil, aku pasti akan menjawab: sama-sama suka nyelip. Omong-omong, masih ada yang belum tahu apa itu upal? Upal itu akronim dari uang palsu. Iya, sekarang bukan cuma status saja yang bisa dipalsu, uang pun bisa dipalsu. Sifat upal sama seperti upil, suka nyelip. Bedanya kalau upil diselipkan dengan sengaja; di bawah meja, di tembok, di baju orang— ew. Nah, kalau upal bisa jadi terselip dengan tidak sengaja karena dia bisa dengan mudah membaur dan terlihat sama persis dengan uang asli— meski bisa saja ada indikasi kesengajaan untuk penyebaran uang palsu dan mengeruk keuntungan dari korbannya. Sebagian besar orang masih belum bisa membedakan mana uang asli dan mana uang palsu karena uang palsu zaman sekarang benar-benar mirip. Meski sebetulnya kalau ditelaah dengan 3 cara yang disebutkan dalam iklan layanan masyarakat yang sering muncul di TV— dilihat, diraba, diterawang— mudah sekali membedakan mana yang asli dan yang palsu. Lebih sulit menerka mana cinta yang palsu dan yang asli. Oh, kamu tidak usah baper karena aku sedang tidak membicarakan mantan dan hubungan yang kandas di tengah jalan.

Di unit kerja baru kali ini, aku kerap menemukan upal yang terselip di dalam bendelan uang. Mulanya sulit bagiku menemukan uang palsu yang terselip itu. Butuh keahlian dan waktu untuk mengasah diriku menjadi upal hunter senior. Waktu di kantor kas dulu, karena transaksi sedikit dengan jumlah sedikit, aku terbiasa menyinari lembar demi lembar uang di bawah lampu UV. Tapi di unit kerja baru ini aku tidak bisa melakukannya. Kenapa? Karena transaksi harian di sini ratusan juta jumlahnya. Mana mungkin aku harus menyinari lembar demi lembar uang di bawah lampu UV. Bisa ngamuk nasabahnya karena kelamaan menunggu.

"Nih, caranya begini." Rifat menunjukkan cara ala dirinya untuk mendeteksi uang palsu yang bisa saja menyelip di antara bundelan uang saat pertama kali aku bekerja di sana.

Dia menyinari bundelan uang seratus juta di bawah lampu UV di mejaku sekaligus. Ya, sekaligus. Bahkan tanpa melepas ikatan karet yang mengikat 10 bundelan lembaran uang seratus ribuan. Rifat ini CS di unit kerja baruku. Orangnya cekatan. Tidak banyak mengeluh meski pekerjaannya bejibun, lebih bejibun daripada pekerjaanku. Aku juga baru tahu kalau pekerjaan CS ternyata sebanyak itu. Soalnya selama di kantor kas CS-nya, 'kan, tidak ada kerjaan. Jadi kukira CS di unit kerja lain juga cuma baca koran dan ngobrol saja. Namun, meski cekatan, Rifat memiliki kelemahan. Suaranya cuma bisa didenger oleh hewan karena berdesibel rendah alias nggremeng ketika dia bicara. Aku yang rada budek ini sampai harus bertanya berulang kali setiap dia bicara untuk memastikan tidak ada miskomunikasi di antara kita.

"Emang bisa keliatan? Kan uang palsu biasanya diselipin, Rif?" tanyaku.

"Biasanya uang palsu kalo disinar gimana?" Rifat malah balik nanya.

Lah, ngeselin nih orang. Sempet-sempetnya ngetes.

"Ya bersinar ijolah," jawabku ketus. Kesel abisnya dites segala. Emangnya mau ujian.

"Nah, sama aja. Cuma ini versi cepetnya aja. Jangan dipretelin lembar per lembar. Kelamaan. Transaksi di sini ga kayak di payment point atau di kantor kas ..." Rifat lalu melanjutkan sambil berbisik, "nasabah di sini barbar soalnya."

Aku merinding saat dia berbisik. Bukan, bukan karena dia berbisik sambil mepet di sebelahku tapi karena aku tidak bisa membayangkan spesies nasabah di sini jenisnya seperti apa. Maklum aku belum lama pindah kemari. Baru juga sehari. Itupun aku belum sempet bertemu dengan teller sebelumnya untuk serah terima karena dia sudah keburu ditarik ke unit kerja lain saat pertama kali aku datang. Bisa disebut mutasi dadakan lah. Pasalnya ada unit kerja yang kekurangan tenaga karena ada beberapa yang sedang pendidikan. Untung saja aku sudah pernah di kantor kas jadi untuk transaksi online aku sudah sedikit menguasai. Teller sebelumnya juga sudah meninggalkan catatan seperti username dan password-nya, nomor rekening internal untuk keperluan pembukuan, dan sebagainya yang biasanya kuperlukan selama transaksi.

Balada Kacung: The Frontline Warrior | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang