dan hiduplah dalam hatiku, dan kamu tak perlu membayar-Samuel Lover
Seorang gadis dengan earphone yang terpasang ditelinganya sedang berdiri di depan bioskop sambil memandangi dua tiket yang tengah di genggamnya. Sudah lebih dari setengah jam Ia menunggu, bahkan film yang akan Ia tonton sudah dimulai dari lima menit yang lalu.
Ia bimbang apakah harus menelepon orang itu atau tidak, pasalnya Ia tak ingin menganggunya. Siapa tau orang itu sedang focus menyetir agar cepat sampai di bioskop, atau bisa jadi masih ada hal yang harus dia kerjakan sedikit.
Gadis itu hanya memandang kosong pada layar persegi di genggamannya, ia berharap yang ditunggu setidaknya mengirimkan pesan singkat padanya.
Tak lama benda itu berdering menandakan adanya sebuah pesan masuk.
"Kau bisa nonton film sendiri kan. Aku sibuk"
Pesan singkat yang benar-benar sangat singkat itu berhasil membuat hati gadis itu sakit Lagi.
"Baiklah, Semangat jangan lupa makan malam". Balas nya
Ia memilih untuk pulang malam itu ke apartemennya.
Gadis manis itu bernama Kim Jisoo, Ia seorang mahasiswi di Korea University jurusan Journalism. Jisoo merupakan anak yang berkecukupan. Kedua orang tuanya bekerja diluar negeri dan meski berkecukupan Ia lebih memilih bekerja di sebuah Café bernama Danbam. Ia biasa bekerja dari sepulang kuliah hingga jam 10.00 malam KST. Tapi malam itu, ia sedang izin kerja hanya untuk bisa menghabiskan waktu dengan kekasihnya.
Tapi apalah daya.... Selalu kecewa yang Ia dapat. Namun bagi Jisoo seberapa besar rasa sakit yang ia rasakan, Ia tetap mencintai lelaki itu. Entah Ia bodoh atau memang benar-benar kelewat bodoh. Bukankah ada ungkapan cinta itu buta dan itulah yang dialami Jisoo.
🌻
Keesokan harinya
pukul 12.30 KSTJisoo pergi ke gedung fakultas Bisnis untuk memberikan bekal makan siang pada kekasihnya. Ketika Ia melewati lorong gedung tersebut, Ia melihat sesosok pria tinggi dengan postur tubuh yang didambakan setiap wanita sedang duduk di sebuah bangku dengan buku ditangannya. Jisoo tersenyum lebar dan tanpa disadari berjalan cepat ke arah pria itu.
Sepertinya pria itu sangat focus dengan apa yang dibacanya, bahkan Ia tak menyadari sudah ada gadis yang duduk disampingnya atau mungkin pria itu memang tak mau tau.
"Namjoon... aku membawakanmu ini." Sambil menyodorkannya ke arah Namjoon.
"Apa kau tau aku sedang apa. Kenapa kau selalu memberiku makan. Aku bukan anakmu." Jawab Namjoon ketus dengan mata yang tak beralih dari buku dihadapannya.
"Tentu aku tau kau sedang membaca Kim Namjoon, aku tidak buta." Jawab Jisoo dengan senyum manis yang hampir tak pernah lepas dari wajahnya.
"Tapi tetap saja kau harus mengisi perutmu, jangan sampai sakit karena kelelahan belajar." Sambungnya.
BRAAKKK...
Terdengar suara buku yang dihantamkan sang pemilik ke bangku dengan tenaga yang cukup keras."Yaaa! Kim Jisoo! Apakah kau tak paham bahasa manusia! Bukankah aku pernah bilang aku tidak suka diganggu saat sedang membaca." Namjoon berbicara dengan nada tinggi kali ini
Jisoo yang kaget hanya diam memandang bekal ditangannya.
"Kau tau, kau sangat mengganggu Jisoo! Dan berhenti memberiku makan." Namjoon lalu mengambil bekal makan siang dari tangan Jisoo dan membuangnya ke tempat sampah di samping bangku itu sambil melangkah pergi tanpa melihat bagaimana Wajah Jisoo sekarang ini.
Lagi.lagi.dan lagi Jisoo hanya mengulum senyum tipis tak ada setetes air mata yang tumpah.
Baginya sudah cukup dengan Namjoon menjadi miliknya dan ini tugasnya untuk membuat Namjoon menerimanya.
Menerima Jisoo sebagai cintanya bukan hanya sekedar status kekasih tanpa rasa cinta dan kasih seperti sekarang ini.
Mohon dukungannya
Bantu vote dan comment ya
Biar aku semangat nulis terusHAVE A GOOD DAY EVERYONE AND THANKYOU
Jangan lupa baca cerita baruku juga ya dan karena ini cerita keduaku aku harap penulisan dan alur cerita akan lebih baik lagi XD
KAMU SEDANG MEMBACA
A BET
Fanfiction(ON GOING) NAMJOON X JISOO #Sebuah Taruhan Di bayar Dengan Luka Yang Indah# Namjoon menerima sebuah taruhan demi barang yang diincarnya. Dengan syarat Ia harus berpacaran dengan seorang gadis selama 3 bulan. Namun siapa sangka takdir sedang bermai...