Maret (3)

397 36 19
                                    

Entah pengaruh nya apa. Setelah melihat film berkisar satu jam lebih itu Neira merasa gelisah.  Hari semakin malam saja, dan seperti biasa insomnia menemaninya.  Kadang tertawa, dan menangis, gelisah.  Rasanya sesak.  Neira mendadak aneh malam itu.  Ibunya dikejutkan oleh erangan keras Neira.  Tiba tiba saja ia mengatakan dirinya jengkel.  Namun tak tau ditunjukkan pada siapa? Gema suara dari dapur membuatnya terganggu.  Anam dan Vita asik bercengkerama soal kerja dan lainnya.  Neira menangis. Terisak.  Tidak tau apa yg sebenarnya ia rasakan.  Apakah dia kecewa karena besok tepat hari ulang tahun yg kesekian kalinya?  Apakah dia sedih mengingat memang tidak ada yg peduli?

Seharusnya iya sudah terbiasa.  Namun air mata yg telah mengering itu jawabannya.  Childish memang.  Neira tau dari dulu ulang tahun itu tidak pernah ia istimewakan.  Alangkah baiknya tidak ia ingat.  Mata itu mulai terpejam. Ketika esok menyapa. Dan Neira menemukan dirinya seorang diri dalam lampu yg mati.  Jarum jam yg nyaring terdengar di hari yg sudah siang itu. 
.
.
Benar. Senin itu ia membuka mata sembabnya. Berantakan. Penampilan dan suasana hatinya sungguh tak karuan. Kesendirian selalu menjadi makanannya tiap hari.

Tangannya teraih membuka sandi ponsel. Lantas membuka apk hijau. Harusnya ia tidak berharap lebih akan hari ini. Yg ia temukan hanya satu orang yg ingat. Cukup membuat Neira kecewa sekaligus senang.

Laras. Gadis itu mengirimkan pesan pada pukul 7 pagi. Yah isinya sederhana namun bisa membuat Neira tersenyum tipis.

"setidaknya ada satu orang" ujarnya lalu kembali menyambut hari kelahirannya itu. Tentu dg sendirian.

Menyanyikan lagu untuk dirinya sendiri. Membuat kue sendiri. Memakanya sendiri. Kemudian menemukan dirinya yg terlalu menyedihkan di rumah itu. Sampai2 karena meratapi kemirisannya tidak sadar ketika hari telah berganti. 

.
.
"Mau gak? "

" hahh paan? " tanya Neira kaget

" Masker"

"ogah. Ribet " seusai kakak sulungnya menghilang Neira bergumam sendiri

" gila aja tu cowok pake masker segala. Gue yg cewek aja kagak. Jgn2 dia juga pake skincare lagi. Gila gila bukan maen"

.
.
Skip sabtu

"mimpi apa gue? Abang gue keselek keyboard kali ya. Trus otaknya konslet. Demi apa gue dibeliin cokelat? " katanya tidak percaya. Wajar saja. Anam itu tidak pernah meng 'ada'  kan Neira. Seolah dia itu anak tunggal.

Neira senyum devil. Lalu membenarkan opininya. Nih orang bener keselek keyboard.pikirnya

" anggep aja hadiah ultah ahh"

.
.
Terhitung seminggu sudah Neira menghabiskan hari di rumahnya. Dan karena libur pola hidup nya semakin parah. Telat makan dan selalu begadang. Bangun pun tidak pernah pagi. Lingkar hitam dibawah matanya semakin ketara. Dan malam selasa ini pun kembali insomnia lagi.

Dia masih setia chatingan dg kawan jauhnya. Bisa disebut sahabat pena. Yah walaupun tidak diluar negeri juga. Tapi tidak berselang lama karena temannya itu terlalu susah diajak bicara.

Kemudian ia beralih ke Laras. Mengadu akan nasib cinta sepihaknya.

Roomchat Neira Laras

Laras gue mau cerita

Naon naon

Biasa soal gamon

Caelahhh lu mah
gimana2?

Dear, Kakel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang