Februari (3)

334 33 9
                                    

Seperti hari Jumat biasanya setelah selesai pelajaran olahraga. mereka bergegas berganti baju. Dan seperti biasa pula mereka berdua duduk dikursi panjang di lorong itu. 

Gadis bersurai panjang tersebut masih asik dg beranda ig. Panggilan Aily mengusiknya.
"Ra Ra.. Woyy " panggilnya pelan

Aily mengangkat dagunya. Mengarahkan ke samping?.  Matanya pun ikut serta. Seolah memberi tahu sesuatu. 

" Kenapa? Leher lo sakit? " pertanyaan Neira seketika membuat Aily mendengus kasar.  Dua detik kemudian Neira mengangkat wajah ke samping kanannya.  Dia dapat melihat jelas pahatan sempurna yg diciptakan tuhan.  Rahang tegas, mata tajam, dan bibir yg hemm.. Membuat mata Neira perih melihatnya terlalu lama. 

Tanpa sadar arah pandang Radi saat itu mengarah ke ponsel gadis didepannya.  Melihat hal tersebut Neira mematung. Dia memperhatikan setiap gerakan Radi tanpa kedip.  Apa yg membuat Radi tertarik sebenarnya? Pada gadis yg terbilang terlalu biasa itu.  Jawabannya, tidak ada. Tidak ada yg menarik dari gadis yg sekarang sedang menganga itu. 

"gausah mangap juga kali.  Kuy balik kelas"

"e eh iya"

Menaiki tangga setiap hari sekalipun tidak membuat mereka terbiasa. Tetap saja membuat nafas memburu. Kaki lemas karena lelah.  Sampai kelaspun sudah disambut guru pelajaran selanjutnya yg tersenyum tanpa dosa.

"huhh,,capekkkk!!!! " keluh Neira entah yg keberapa

Aily meninggalkan nya lebih dulu. Neira kadang heran mengapa kadang dia baik tp kadang tiba tiba kayak orang gak kenal.  Neira mendengus sebal tapi tetap melangkahkan kakinya menbuntuti Aily. 

Jam pelajaran telah berganti lagi. Matematika sekarang ini tidak kosong. Membuat Aily antusias sedangkan dirinya mendesah lesu.  Mela tanpa diminta sudah menghampirinya.  Kemudian tanpa aba aba merebahkan diri di kursi serta paha Neira sebagai bantal.

Melihat itu Neira nyengir tak terima. Bobot Mela yg jauh lebih besar dibanding dirinya membuat ia tidak kuasa menolak. Aily pun sudah ganti posisi dikursi samping guru.  Sebebas itu memang, gurunya terlalu santuy. 

"buset, ni anak kenapa? " tanya Neira lebih kepada diri sendiri. Heran melandanya. Pemandangan didepannya membuat dahi mengernyit. Mela yg sedari tadi biasa saja tiba tiba merasakan satu dua tetes air merembes dipahanya. Terkejut bukan main. 

" dih. Mel waras kan? " sontak membuat Mela mendelik kearahnya

" gue lagi main game nih. Anjir ini game bikin gue mewek. Organ gue dikoyak abis"

"game? Yg bener lu"

"iya. Taik banget ngapain coba dia diputusin. Cowok idaman tuh. Dasar cewek goblok" umpatan demi umpatan meluncur mulus dari mulut Mela tanpa menghiraukan guru yg persis didepan mereka.

"oalah game ini. apalagi yg nama perannya Satya. Udah deh gue nyerah" Neira antusias ketika melihat game yg pernah ia mainkan juga

"iya bener. Gue main yg itu bikin gue ngebet nikah" celetukan Mela disambut anggukan setuju

Sedang asik bergalau ria. Perhatian mereka teralih ketika mendengar ricuh dimeja guru.  Karena Mela terlanjur penasaran, dengan lantang ia berseru,

"pada ngomongin apa woyy. Ngrumpi gak ngajak2" guraunya

"soal jam tambahan besok. Mau ikut? " tanya Aily

Dijawab oleh mulut Mela yg membulat serta gelengan ringan Neira. Aily beralih pada Neira yg menggeleng pasti. 

" lo gak ikut Ra? "

" masih nanya lo? 😒 "

" banyak yg ikut tuh. Ada Sandra sama Nessa juga" hasutnya

Dear, Kakel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang