Juli

309 29 39
                                    

Lantunan petikan gitar masuk secara lembut ke gendang telinga. Diselingi suara dalam nan lembut menguar dari kamar Anam.  Mengisi kesunyian malam Neira.

Kali ini Neira rasanya ingin mendobrak pintu kamar yg tertutup rapat itu. Karena apa? Dibalik pintu, bersama dengan kakak sulung nya Nicko ada disana. bermain gitar serta memamerkan keahlian pita suara miliknya.

"tuhan beri hamba kekuatan" Neira tidak bisa lagi diam. Dasarnya anak petakilan kalau dirumah. Mungkin sebagian besar teman, tetangga, guru, dan orang lain menganggap itu bualan. Sebab diluar rumah Neira dikenal sebagai pribadi yg introvert. Alhamdulillahnya nih masih ada yg mau temenan ama dia.

" gue ga kuat. Plis plis jangan genjreng2 lagi.  Stop plis. Gue cuma punya satu jantung " katanya mendramatisir.

Bagaimanapun Neira itu perempuan. Dan namanya perempuan berzodiak pisces itu baperan dan mudah jatuh cinta.  Ini gimana Neira gak suka? Udah ganteng, pinter, motornya aja yg nungging gitu, bisa main alat musik, suaranya alus banget kek perosotan. Siapa yg ga jatuh hati coba?

Nah saat sudah kelar. Nicko keluar kamar milik Anam hendak pamit pulang. Neira terkejut, melihat sepupunya ini terlalu bersinar. Gak, canda. 

Dengan gentle nya bilang gini
" Ibu kemana Ra? "

Batin Neira melonjak " duh jangan panggil ibu kek, panggil tante aja gitu. bayanginnya kita udah nikah ini"

"ehm itu didapur"

Arah pandang Neira mengikuti setiap gerakan Nicko Sampai ke dapur. Dan kehaluan Neira makin meningkat ketika, dengan santun Nicko mencium tangan ibu Neira.

Tak berselang lama Nicko sudah ada didepannya. Seolah menunggu sesuatu.
Neira pada akhirnya menatap Nicko.

"gue balik dulu ya" pamitnya

Tiba tiba Neira merasa gugup. Dan berkata terbata, "eh oh iy..iya. Hati hati" 

"salaman dulu" interupsinya yg semakin membuat jantung Neira dugem. Apalagi nicko sudah mengulurkan tangan.

Dalam batin Neira berucap, "jangan sampe nyium tangan, plis jangan sampe kelepasan. Ini salaman biasa plis" 

Neira menjabat tangan yg lebih besar dari miliknya. Merasakan genggaman hangat sekian detik. Yg juga menghangatkan sesuatu dalam diri Neira.  Saat genggaman itu terlepas, ada rasa kehilangan yg hinggap.

"duh gue cuman salaman aja gemeteran. Gimana klo dilamar coba? "

.
.
Selang satu hari Nicko lagi lagi berkunjung ke rumah Neira. Tentu saja karena urusan pekerjaan dengan Anam. Dan yah seperti biasa mereka berbincang dan asik bekerja.

Kali ini Nicko membawa saudara juga temannya. Namun Neira tidak mengetahuinya, karena selalu mengurung diri di kamar.

Kumandang azan telah terdengar. Maka dari itu Neira melangkahkan kaki keluar kamar. Tiba tiba saja dia dikejutkan oleh cogan yg udah nongol didepan pintu.

" Dek, anu.. Mau numpang ke toilet" salah satu cowok dengan sopan meminta izin Neira. Pada saat itu Neira masih mencerna.

Ketika otaknya sudah sinkron barulah dia menjawab "oh iya iya silahkan" 

Dua detik kemudian Neira bergumam, "busyet putih pisan itu tangan. Jadi dia yg namanya Edo?" 

Neira pernah samar2 mendengar Edo ini  dibicarakan  oleh orang tuanya. Dan kalau tidak salah orang ini yg dimaksud. Sebenarnya Edo sudah berhari hari ke rumah Neira.

Neira pun juga kadang bertatap muka. Namun keduanya tidak berani saling tegur sapa. Alhasil ya cuma saling menatap aja.

Setelah si Edo balik dari toilet langsung cabut dia, takut kemaleman. Kemudian tidak berselang lama sosok yg tak pernah Neira duga muncul. Agaknya hendak pamit juga.

Dear, Kakel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang