Agustus

1.3K 72 5
                                    

Dua gadis itu berjalan malas menuju SMK Bakti. Jalanan kota ramai oleh manusia. Sibuk dengan tujuan masing-masing. Neira ingin sekali beringsut dari tempat nya berdiri. Meski sepanjang jalan tadi menggerutu, mereka pun tetap saja berakhir di SMK bakti.

Hari itu adalah peringatan kemerdekaan negara, tak ada yg salah dari hari penting itu memang. Namun yg membuat mereka menggerutu, karena hari itu sabtu. Yg seharusnya digunakan Neira untuk rebahan seharian.

Mereka sampai lapangan pagi-pagi sekali. Tujuan mereka hanya untuk memanfaatkan wifi sekolah.

" kita kan males buat berangkat, tp kok ini kita malah kepagian. Kita mau ngapain sih? Nyapu lapangan sebelum upacara? " kata Neira 

" aelah ambil hikmahnya aja, nikmati wifi sekolah "kata Aily tanpa mengalihkan pandangan dari hpnya.

" iya ga kepagian juga kali"

Neira kembali duduk disebelah Aily. Dia diserang bosan. 10 menit kemudian ramai siswa yg berdatangan, upacara pun dimulai.

"Kak Radi ada gak Ay? " tanya Neira berbisik.  Aily clingak-clinguk mencari seseorang. Dia mengode dengan menyikut lengan Neira.

" mana Ay mana? "

Aily kembali menghadap depan menutupi jiwa stalker nya. Aily mencubit Neira yg berbicara agak keras.

" psttt jgn keras2 goblok,, belakang kita ada temen sekelas, sebelah lu ada kakel" bisik Aily.

Neira nyengir lebar. saat ingin memastikan adanya Radi,Neira melirik kebelakang dengan hati-hati. Ia terkejut tak kepalang ketika disebelahnya telah berdiri seorang guru piket.

"kenapa hmm? Leher kamu sakit? Mau saya putus sekalian kepalanya? "
Neira bergidik ngeri.Tatapan guru itu tajam dan bisa dipastikan dia sangat disiplin.

Busyet dah galak amat nie guru, batin Neira

Aily disamping nya menahan tawa. Neira merutuki dirinya, dia tak berani menjawab. Dalam khayal dia sering ingin membantah perkataan guru namun ketika tuhan memberi ia kesempatan, entah lari kemana keberanian dalam khayalnya itu.

"kalau upacara khidmat, pandangan kedepan. Jangan noleh belakang, gak ada masa depan dibelakang"

dih sok tau,lah itu masa depan saya ada di barisan belakang. batin Neira dalam hati.

Neira bernapas lega ketika guru beralis tebal itu melenggang pergi. Neira terpaksa diam dan tak berani menoleh lagi.

" et dah ngapain lagi sih ini, diistirahatkan segala" keluh Aily.

"gpp Ay, kita panas2 an gini ada nikmat tersendiri "senyum Neira penuh arti.

" nikmat tersendiri pala lu,, gue udah dehidrasi ini. Dikira gue ikan asin apa yak" omel Aily.

" liat belakang" perintah Neira dengan tersenyum.

"paan sih " jawab Aily ketus disertai lehernya yg perlahan menoleh ke belakang.
Seketika dia diam dan membuat Neira tak tahan untuk menyungingkan senyum lebih lebar.

" gue pengen liatin mulu tapi takut ketauan, derita stalker gini kali ya" bisik Neira pada Aily.

Barisan sudah tidak beraturan, kelas mulai terpisah ruah. Neira tanpa sadar menahan napas ketika Radi melintas didepannya.

Dia bahkan sampai membelalakan matanya karena Radi berhenti sekitar 2 meter didepan Neira.

Bahkan si cogan sudah sangat dekat dengan Neira. Aily pun ikut tegang. Mereka berdua ingin sekali berteriak namun situasi tak memungkinkan.

Dear, Kakel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang