[3] Timing's Aneh

2.9K 253 51
                                    

Hari kedua setelah libur panjang masih diisi dengan jam kosong. Bukan tanpa alasan, hal ini karena tiga hari pertama masuk sekolah langsung ada kegiatan MPLS atau biasa kalian kenal dengan MOS. Bedanya MPLS ini lebih ramah daripada MOS. Meskipun intinya sama saja.

Agista dan Izly mengisi waktu mereka dengan membicarakan hal yang menurut mereka berdua kurang penting. Kadang, mereka pergi ke kantin dan perpustakaan untuk sekedar menghilangkan bosan sekaligus melihat lihat isi sekolah ini.

Aliza juga tak jauh beda. Hanya saja, perempuan itu berubah sedikit dengan mau ikut Stella bermain ludo online bersama Chlora, Rika, dan Fify.

"Yuhu Rika kena karma," seru Chlora riang karena sebuah serdadu milik Rika harus kembali ke tempat asalnya. Wajah Rika biasa saja, namun Chlora terlalu ekspresif sebab tadi serdadunya kembali karena serdadu Rika.

"Iya Ra, iya." Balas Rika santai.

"Hebat Ra," timpal Aliza dibalas acungan jempol oleh Chlora. Ia kembali fokus dengan serdadunya yang mendapatkan 6 langkah.

Awal masuk sekolah ini, Aliza sudah mulai bersosialisasi. Sedikit demi sedikit tapi pasti. Contohnya saja, ia sudah memulai pembicaraan tanpa lawan bicaranya berucap dahulu. Ia juga menghargai orang di sekitarnya. Itu berkat Agista yang telah menamparkan kenyataan keras padanya saat kenaikan kelas dahulu.

"Tenan-teman mulai besok harus pada piket ya kayak biasanya," kata Yossi namun dianggap sebelah mata oleh mereka. Tak ada yang benar-benar merespon perempuan mungil itu kecuali Farel yang tersenyum lebar kepadanya.

"POKOKNYA UDAH GUE INGETIN, BESOK KALIAN HARUS PIKET!"

Yossi langsung menghampiri bangku Farel untuk mencurahkan kekesalannya pada kelas ini yang sejak kelas 10 menganggapnya sebelah mata. Farel dengan serius menyimak perempuan itu bahkan menunda menonton anime yang baru saja merilis episode baru.

Agista memperhatikan Yossi, namun tak berminat meresponnya. Perempuan itu menatap Yossi sampai di bangku Farel. Kisah cinta ereka penuh hambatan, namun tetap bersama sampai sekarang. Kadang Agista sendiri berpikir. Apakah Farel sebegitu mencintai Yossi? Ataukah Farel hanya kasian dengan Yossi? Well, Agista tidak mau tahu lebih lanjut. Biarlah Farel menyimpan rapat-rapat sendiri isi hatinya.

Dalam waktu yang bersamaan, Satya berjalan menuju kelasnya dengan napas memburu. Sapaan, centilan, dan pujian yang ia dapatkan hanya ia lewati begitu saja. Bagaikan angin yang menghembus dan pergi entah kemana.

Satya benar-benar kehilangan kontrol atas dirinya. Nampak raut wajahnya serius dan tak main main. Sungguh, baru kali ini Satya memasang wajah semenyeramkan itu. Memasuki kelasnya, Satya menggebrak pintu tersebut.

"Dimana Abay?!" Tanyanya geram. Suara seraknya itu menusuk indra pendengaran.

Dava dan Galang yang berada di belakangnya sebisa mungkin memberi kode kepada temannya agar bungkam. Satya benar-benar sedang tidak dalam mode bercanda.

"Oh Abay, tuh di lapangan basket yang belakang," cetus Alexa. Perempuan itu mampu membuat seisi kelas menepuk dahi. Terutama Dava dan Galang, mereka panas dingin mendengar celetukan Alexa.

Tanpa basa basi yang lebih lama lagi, Satya segera menuju tempat yang dikatakan Alexa. Kepergiannya itu membuat satu kelas bertanya tanya. Emosi itu hanya bisa mereka lihat jika Satya marah besar.

SCIENCE 7 : TRUTH OVER DARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang