[32] Revenge

1.2K 186 141
                                    

Eh berapa hari nggak up cerita ini? Aduh, mian bangett.

Xixixi. Eh anjir berasa ketawa kayak mbak kunti.

Banyak konspirasi di part ini. Hayuk mikir keras.

Wkwk.

Mention for typo 😋

Happy reading ❤❤

"Andai mencintai nggak sesakit ini--Hamerra Agnes."

Ada yang aneh dengan perangaian Abay hari ini. Biasanya, cowok itu akan mengusili siapapun yang bertempat di depan bangkunya. Namun seakan mematung, Abay tidak berbuat apapun. Ia sibuk melamun dengan pikiran terpecah kemana-mana.

"Bay? Yuhu, lo masih sehat nggak?" tanya Agista melambaikan tangannya di depan wajah cowok adonis itu. Hari ini, Agista dan Izly mendapat tempat di depan Abay dan Juan, sesuai urutan.

"Jangan ganggu Ta, nanti lo diajak war lagi." ujar Juan, memperingatkan. Meskipun matanya fokus melihat ponsel.

"War-war aja. Gue nggak bakalan kasih jawaban matematika kalo gitu." ujar Agista memeletkan lidahnya. Abay langsung menatapnya.

"Yakin nggak ngasih gue jawaban? Gue ganggu lo." ujarnya mengancam. Agista menerbitkan senyumnya.

"Akhirnya ngomong juga, lo kenapa sih?" tanya Agista menumpukan seluruh atensinya pada lelaki berambut kuning itu. Izlypun ikut-ikutan menumpukan dagunya menatap penuh Abay.

"Gue keinget nyokap." jeda Abay menarik napasnya. "Kemarin pas bisikin Stella, gue keinget nyokap. Makanya gue down." ujar Abay. Agista dan Izly saling pandang peuh makna.

"Emang lo bisikin apa ke Stella?" tanya Izly penasaran. Ia tidak berangkat kemarin dan hanya mendengar cerita dari Agista saja.

"Gue bilang. Jangan pergi, tetap di sini. Gue--" ujar Abay menggantung. Juan ternyata ikut mendengarkan diam-diam. Sedangkan Izly dan Agista, mereka sudah berharap Abay menyelesaikan kalimatnya.

"Gue apa Bay? Penasaran ih." ujar Agista kesal saat Abay malah menatapnya balik.

"Gue simpen dulu kata-katanya. Suatu saat lo gue kasih tau." ujar Abay tidak jadi menyelesaikan bicaranya.

"Ngeselin banget sih lo Bay." ujar Agista semakin kesal. Izly sudah menduga hal ini terjadi.

"Eh Bay, kalo boleh tau, Mama lo sakit apaan?" tanya Izly hati-hati. Ia menatap takut kalau saja Abay lepas kendali dan emosi.

"Nyokap gue, sakit leukimia." Abay menelan ludahnya susah payah. "Bukan itu aja, nyokap gue kena pendarahan serius di otak." ujarnya.

"Nyokap lo sakit semenjak kapan?"

"Semenjak gue kelas tujuh SMP." ujar Abay mulai menerawang ingatannya.

"Lalu, meninggal kapan?"

"Tak lama setelah sakit, beliau meninggal." ujarnya tersenyum miris.

"Hidup lo pasti suram ya tanpa Nyokap, gue jadi prihatin." ujar Izly bersimpati. Abay membuang mukanya.

"Bay, lo jangan putus asa. Gue yakin, semua yang terjadi di dunia ini pasti ada hikmahnya." ujar Agista mengusap kepala Abay dengan pelan. Sayangnya, perlakuan Agista kepada Abay ditangkap sempurna oleh Stella.

"Lo jadi adek care banget. Salut gue." ujar Abay menyeringai. Agista lantas menjauhkan tangannya dan menatap Abay dengan jengkel. Sementara Stella, ia lekas menyumpal telinganya dengan earphone. Entah apa tujuan dari tindakannya ini. Namun yang pasti, ia nampak tidak senang.

SCIENCE 7 : TRUTH OVER DARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang