[26] Braja Again

1.2K 177 96
                                    

Anak SMA Gemilang ada yang dihajar oleh Braja hingga memasuki rumah sakit. Berita itu menyebar cepat ke penjuru sekolah. Bahkan para guru juga mengetahui hal tersebut sampai tukang kebun ikut menggosipkannya. Berita hangat itu juga menjalar ke telinga Abay Yudha Dewantara.

"Wah Braja keterlaluan. Masa ia dia rame-rame banyak orang buat ngehajar seorang adek kelas. Pecundang sejati," ujar Fariz melontarkan kalimat cibiran.

"Gue denger ibu anak itu sampe nangis-nangis minta anaknya diselametin," ujar Farel.

"Denger darimana lo bocil," ujar Juan.

"Dari emak gue lah. Kan dia tetangga gue."

Bukan tanpa alasan khusus Braja menghajar anak SMA Gemilang. Hal itu karena dendam Joey melihat Abay makmur di sana sementara ia meradang dengan keluarganya. Ia menghajar anak SMA Gemilang sebagai bentuk pelampiasan kemarahannya. Apalagi anak itu adalah anggota Firenze. Lezat sudah santapan Joey kali ini.

"Joey emang pengecut banget. Heran gue," ujar Kenan menutup komiknya. Seperti biasa laki-laki ini selalu membawa komiknya kemana-mana.

Royvan tidak berkomentar. Ia bahkan terlihat tenang saja ditempatnya. Ia nampak seperti patung hidup tanpa ekspresi. Permasalahan ini bukanlah hal yanv patut dipikirkan terlalu serius.

"Terus habis ini lo apain mereka Bos?" Tanya Farel. Ia menanyakan pertanyaan yang tidak perlu dijawab.

"Menurut lo Bos bakalan diem kayak pajangan gitu? Nggaklah," sarkas Kenan dibalas ekspresi cemberut terimut milik Farel.

"Kumpulin anak-anak di markas. Kita bakalan olahraga nanti," ujar Abay mengomando. Fariz mengangguk siap.

"Apa lo yakin ini waktu yang tepat buat menghajar Braja? Apa lo lupa mereka main licik pas pertarungan terakhir?" Ujar Juan mengantisipasi. Pasalnya ia yakin, Braja tidak akan mengalah sedemikian rupa hanya untuk Firenze. Nyatanya, insiden pertarungan mereka tidak menemui titik terang karena dibubarkan paksa oleh aparat kepolisian.

"Apa lo sedang meragukan gue?" Abay menatap Juan dengan tajam. Sontak lelaki itu meringis. "Ya nggak sih. Gue selalu percaya sama langkah lo, Bay. Cuman perkelahian ini nanti pasti ada akibatnya."

"Semua perkelahian pasti ada akibatnya," balas Abay sukses membungkam Juan. Royvan menatapnya dengan alis bertaut. Ia dapat melihat keseriusan Abay. Tentu, Abay akan bersikap seperti itu meski kepada sepupunya.

Hanya saja, Royvan mendadak punya firasat aneh tentang perkelahian mereka nanti dengan Braja. Entahlah. Semua perasaannya selalu benar.

"Kita ribut di mana Bos?"

Abay menyeringai. "Di tempat biasa."

Fariz mengangguk paham. Lalu ia menyebar pengumuman melalui grup chat WA. Sebagai admin grup dan admin gosip, hal ini bukanlah perkara yang sulit baginya. Ia juga menelpon beberapa antek terdepan mereka lalu mengabari secara khusus.

Disisi lain, Zaga menatap langit dengan tenang. Ia merebahkan diri diatas rooftop sekolah dan memikirkan dirinya. Ia juga memikirkan banyak hal. Terutama kemampuan istimewanya.

Secara teknis Zaga bisa membaca pikiran lewat tatapan mata. Lewat mata pula Zaga bisa melihat perjalanan hidup seseorang. Meski ini terasa seperti melanggar privasi, namun Zaga juga tahu diri. Tidak semua orang yang ia temui akan ia lihat perjalanan hidupnya. Hanya beberapa.

Kemampuan spesial ini Zaga sadari semenjak kelas tiga SD. Diusia yang belia itu ia sudah ditinggal pergi oleh ibunya yang bernama Briliana Nelida. Mungkin ini anugerah untuknya karena Zaga kecil selalu menyalahkan Tuhan atas kematian satu-satunya orang yang disayang. Zaga bahkan pernah melayangkan protes terhadap takdir yang merenggut paksa kehidupannya.

SCIENCE 7 : TRUTH OVER DARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang