[34] Relaks 2

1.1K 185 127
                                    

Monmaap bangett udah lama nggak up, huhu.

Kemarin baru aja ditagih temen buat up terus disemangatin kalian. Makasih yang udah nyemangatin, wkwk.

So proud cerita ini dan sebelah banyak yang baca, thankies guys.

Oh iya, apl wattpad author di hapus, jadinya agak susah buat balesin komen kalian. Mianhae banget 😥

Yang belum vote part sebelumnya, hayuk vote dulu. Yang udah baca tapi belum menampakkan diri, hayuk nampak :D

Happy reading❤❤

"Kenyataannya, semua berbeda dari biasanya–Agista Lavinsa."

"Kalo kenyataannya cewek itu lo, gimana?"

Uhuk!

"Ya nggak lah!"

Agista menyela cepat. Tidak mungkinlah perempuan yang Royvan sukai itu dirinya. Ia tidak kaku seperti perempuan kriteria Royvan.

"Emang nggak lo." ujar Royvan mencibir. Kepedean, pikirnya. Tidak mungkin ia menyukai perempuan childish seperti dirinya.

"Fyuh syukurlah. Kejebak friendzone itu nggak enak." ujar Agista beralih menatap jalanan yang sudah lenggang. Mungkin karena ini petang.

Drrtt. Drrtt.

Ponsel Royvan bergetar dari sakunya. Lelaki itu merogoh ponsel bercase abu-abu polos dari saku celananya. "Halo." ujarnya datar.

"..."

"Sorry nggak bisa Zly."

"..."

"Gue lagi ada urusan penting sekarang."

"..."

"Oke."

"Kenapa Van? Keknya serius banget." tanya Agista penasaran. Royvan memasukkan ponselnya ke dalam jaket.

"Kelompok."

"Sama Izly ya?"

"Hm gitulah."

"Lo disuruh beli bahan buat besok?" tanya Agista menebak. Kelompok PKWU tadi pagi, hanya berisikan dua orang. Ia mendapatkan pasangan Kenan. Beruntungnya ia mendapat pasangan Kenan yang pandai memasak. Plus dia mau membelikan bahan untuk besok. Hoki parah.

"Hm."

"Beli apaan?"

"Entah. Gue nggak tau. Tapi Izly minta gue ke sekolah. Buat nganterin dia beli bahan karena kita satu tim." terangnya.

"Van turun dong."

Royvan melirik dari ujung matanya. "Kenapa?"

"Berhenti."

"Kenapa sih lo?" ujar Royvan tidak paham. Namun ia tetap memberhentikan motornya sesuai permintaan Agista.

"Gue mau ke rumah sepupu bentar." ujar Agista menunjuk gang sempit di sebrangnya.

"Tapi harusnya gue nganter lo ke rumah." ujar Royvan terdengar menolak. Agista menggeleng.

"Lo pergi aja sana. Beli bahan sama Izly. Gue emang udah janji. Tapi lupa ngasih tahu lo." ujar Agista menyakinkan. Royvan menjadi ragu melihat ekspresi Agista. Terkadang perempuan di depannya ini pandai memanipulasi wajah dengan sempurna.

"Rumahnya mana? Gue anterin lo ke sana." ujar Royvan mendesak. Agista menggeleng lagi.

"Nggak usah. Tinggal jalan aja sampai kok. Deket tuh lewat sana." tunjuknya. Mau tak mau, Royvan mencoba percaya.

SCIENCE 7 : TRUTH OVER DARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang