[39] Baru yang Berbeda

1.3K 192 117
                                    

Haii, selamat ada part yang udah 100 vote nya. Wkwk. Aku suka kalian.

Part ini mungkin sedikit banyak Agistanya. Harap maklum ya, wkwk.

Thanks yang udah menunjukkan keantusiasannya dengan memencet vote dan berkomentarr. Sayang deh sama kalian semua. Wkwk.

Mention for typo and,

HAPPY READING

Berita tentang perkelahian antara Abay dan Satya dengan pentolan anak Bangsa yakni Dasa serta beberapa antek Braja, berhasil go public karena diunggah oleh seorang saksi mata yang misterius.

"Sat, ini beneran kemarin lo berantem sama Dasa?!" ujar Stella menuntut jawaban. Kelas Silver itu mengadakan sidang dadakan di pagi hari, saat seluruh anggota berkumpul, dan lengkap personilnya. Hanya minus wali kelas mereka. Bu Trisila.

Satya yang ditanyai hanya bisa mengangguk. Begitulah kenyataannya. Ia dan Abay beradu pukulan dengan beberapa anak Braja. Rekaman video itu membuktikan jelas semuanya. Satya tidak bisa mengelak. Tidak mungkin ia mengelak kalau itu hanya bayangannya bukan? Itu terdengar melantur.

"Dan lo Bay? Kenapa lo bisa ketemu sama mereka!" ujar Stella dengan nada meninggi. Ia tak habis pikir dengan jalan pikiran Abay dan Satya. Stella tentu mengkhawatirkan posisi mereka saat ini di SMA Gemilang.

Seperti biasanya, saat diinterogasi seperti ini, Abay memilih bungkam dan menutup rapat telinganya. Ia menolak angkat bicara karena hal itu bukanlah sesuatu yang perlu dibicarakan. Apalagi, adakah kaitannya dengan kelasnya? Sama sekali tidak!

"Bay, jawab pertanyaan kita." ujar Athilia mendudukkan diri diatas meja.

"Gue rasa, kalian semua nggak perlu tahu apa masalah kita." ujar Kenan menutup buku komik lawasnya yang sudah ia baca berulangkali. Ini terlihat seperti kilas balik yang sama satu tahun lalu.

"Guys jangan mulai lagi. Gue bosen pertengkaran kita selalu berakhir dengan tidak jelas." sela Nadine memperingatkan. Kilas balik pertengkaran mereka selalu mengarah ke hal yang destruktif alias perpecahan. Terakhir kali, salah satu personil mereka hampir saja mendapat surat DO dari sekolah.

"Tapi Din, hubungan kalian sama Dasa itu nggak ada! Ini bukan masalah kalian." ujar Hendra mencoba menjelaskan.

"Tapi kan kita mesti tahu Ndra, kenapa Dasa bisa nyerang kalian yang jarang ada di jalan." ujar Rika menyeru. Ia tahu kalau Firenze dan Xerga jarang mengadakan aksi heroik alias tawuran. Tentu saja informasi ini dari Kelvan, pacar yang berstatus tetangganya itu.

"Jadi gini girls, Dasa sama sekolah kita itu benci banget. Gue ceritain sejarah kenapa Braja bisa benci sama Blade, mau?" ujar Zaga menjadi penengah. Ia menyilangkan kakinya di atas meja.

"Sejarah gimana?" beo Gwen tidak paham.

Zaga menarik napasnya. "Dulu, SMA kita punya geng legendaris namanya Blade. Beda sama sekolah lain yang kebanyakan gengnya dibentuk beberapa tahun setelah berdiri, Blade lahir semenjak angkatan pertama sekolah ini."

"Terus?" sahut Naira melihat kuku-kukunya yang rapi dan berwarna peach.

"Blade itu, legendaris. Berdiri geng ini mendapat dukungan dan sambutan yang baik dari Alderion alias Flash yang notabennya geng SMA Sevit."

Mereka mengangguk takjub. Nama lain Flash adalah Alderion. Sungguh keren sekali pada zamannya.

"Berdirinya Blade didukung Alderion, membuat Braja yang dulunya tenar, kini kalah saing. Apalagi anak-anak SMA kita dulunya itu minus otak tapi maksimal otot. Popularitas SMA kita melejit bersamaan dengan Alderion."

SCIENCE 7 : TRUTH OVER DARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang