[7] Unpredictable Abay

1.8K 199 43
                                    

Heyy ketemu lagi. Nice comment, antusiasme yang bagus.

Don't forget to vote.

Happy reading ❤❤

"Jangan lupa tersenyum semuanya--Stellanida Listy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan lupa tersenyum semuanya--Stellanida Listy."

"Selamat pagi anak-anak."

"Selamat Pagi Bu Trisila." balas mereka kompak.

Bu Trisila kemudian memposisikan diri duduk di kursi guru. "Baik, saya kira kalian semua sudah tau kalau saya adalah walikelas baru kelas ini." ujar beliau agak angkuh.

Zaga membuang pandangannya tak menganggap Bu Trisila. Sementara sebagian besar kaum adam kelas itu tidak menyimak dan sibuk sendiri. Hanya Hendra yang sopan dengan duduk anteng ditempatnya. Sekali lagi, pemegang kategori cowok paling waras di kelas ini adalah Mahendra Alilo.

"Saya ingin kalian menerima keputusan ini dengan lapang dada. Nanti, saya sebaik mungkin akan menerima kalian juga."

"Nggak kayak Bu Clarista," bisik Stella kepada Aliza. Secara tidak sadar, Stella mulai menanamkan rasa ketidaksukaannya kepada wali kelas baru itu.

"Dengerin aja." ucap Aliza singkat. Ia ingin mencermati betul-betul wali kelasnya.

"Jadi, siapa ketua kelasnya?"

Satya mengangkat tangannya sekilas. "Saya Bu,"

"Wakilnya?"

"Bu." ucap Aliza berbarengan mengangkat tangannya.

"Nanti kirim ke saya ya struktur organisasinya, Mbak Aliza." ujar Bu Trisila. Guru muda ini tentu tahu siapa Aliza. Perempuan peringkat satu paralel.

Aliza mengangguk patuh.

"Hari ini saya akan membahas banyak hal. Salah satunya, kenapa saya mendapat laporan dua hari yang lalu kelas ini membuat keributan di sekolah?"

Satu kelas tak mau bersuara. Bahkan keadaan mendadak senyap ketika Bu Trisila membahas hal itu.

"Kenapa? Tidak ada yang berani menjawab?"

"Satya, kamu ketua kelasnya. Coba jelaskan kenapa kelas kalian ribut sendiri!"

Skakmat untuk Satya. Ia tergagu mendengar nada memerintah Bu Trisila. "Anu bu itu---"

"Jangan anu anu. Ketua Kelas kok lembek gitu. Gimana bisa mimpin anak buahnya."

Plakk.

Serasa ada yang menampar keras pipi Satya. "Maksud saya gini bu, kami ribut masalah pribadi. Bukan masalah sekolah." kali ini Satya agak menegaskan nada bicaranya.

"Oh, pribadi? Tapi kok dibawa ke sekolah?"

Perkataan skak Bu Trisila ternyata mampu menyentil hati mereka. Sebagian dari mereka kemudian berbisik-bisik dan menjadi pertanda ada yang tidak beres dengan Bu Trisila.

SCIENCE 7 : TRUTH OVER DARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang