[43] Awal Mula

1.3K 204 280
                                    

Haloow, masih ada kehidupan kah? Siap dua part menuju ending?

Etdah ternyata ada inspirasi dateng tadi. Wakaka.

Btw, dua part terakhir belum diketik. Wkwk.

Apa kalian punya saran nie?

Sebutin aja typo, biar bisa diperbaiki menuju lebih baik. Wkwk.

Masih oke ya kesehatannya. Kesehatan itu mahal, makanya jangan sakit. Sksksk.

~Science 7~

Timeline: Beberapa hari setelah pekan raya.

Cidera parah yang dialami kapten basket alias Atika membuat para pemain linglung. Apalagi Bu Anjani yang kepalanya mendadak berat melihat pemain kebanggaannya tumbang di babak final melawan SMA Bangsa.

"Maaf Bu, siswa anda tidak bisa melanjutkan pertandingan. Tulangnya bergeser dan harus segera ditangani medis. Kemungkinan, satu bulan lagi siswa anda bisa sembuh," jelas seorang dokter kapada Bu Anjani. Kini beliau terduduk syok dengan tatapan bingung.

"Jadi Bu, siapa yang mengganti Atika? Kita tidak memiliki pemain yang setara dengan dia," ujar Disca berkacak pinggang. Ia adalah salah satu pebasket terbaik yang menjadi tim inti disamping menjadi seorang atlet voli.

"Panggil Ana masuk. Dia yang akan menggantikan Atika," titah Bu Anjani membuat kelima personel tim basket saling pandang heran.

"Bu, Ana masih pemula. Dia belum berpengalaman. Lagipula, dia masih junior dibawah kami," ujar Disca melayangkan protes. Perempuan itu mengusap keringat dengan kerah bajunya sebelah kanan.

"Panggil saja dia, nanti Ibu pikirkan strategi lain," ujar Bu Anjani. Beliau tengah memutar otaknya mencari jalan keluar.

Disca berdecak. Ia mengode salah satu rekan timnya untuk memanggil Ana. Sejatinya, Disca memiliki ide yang lebih baik. Agista. Agista Lavinsa sebagai pengganti Atika. Namun melihat penolakan keras Agista, Disca mengurungkan niatnya.

Kedatangan Ana di ruang kesehatan membuat atmosfir terasa berbeda. Bu Anjani langsung berdiri dan memberi perintah pada anak didikannya.

"Ana, kamu akan menggantikan posisi Atika saat babak final nanti," ujar Bu Anjani memegang bahu Ana dengan pasti.

"Tapi Bu, kenapa saya?" ujarnya kebingungan.

"Sudah kamu gantikan Atika saja. Nanti kalau rencana ibu berhasil, kamu bisa berhenti kok. Tenang," ujar Bu Anjani. Kelima personel basket saling pandang sebelum mereka menumpukan tangan di tengah dan bersorak.

"GEMILANG...! HORA HORA HO!"

Sementara itu, di bangku penonton di baris terbelakang, Agista dan Izly sibuk mengamati pertandingan yang tertunda. Agista menatap pemain yang menyenggol Atika hingga jatuh kesakitan. Agista mencap nomor punggung nya. 37. Agista akan mengingatnya.

"Eh Ta, tentang tawaran Bu Anjani, masih berlaku nggak ya?" Ujar Izly menatapnya penuh harap. Ia juga mendapat tugas dari Bu Anjani untuk meyakinkan Agista agar mau bergabung kembali dalam lingkaran basket. Terutama tim inti. Sayang membuang pemain seperti Agista saat ini.

"Tawaran yang masuk tim inti? Gue rasa udah hangus," ujar Agista menggidikkan bahunya terlihat tidak peduli.

"Siapa bilang?"

SCIENCE 7 : TRUTH OVER DARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang