Uhuk, punten.
Yang udah baca sampe sini, tapi belum vote, balik kanan dulu yuk. Bcs, progress cerita ini menurun :( ayo dong kalian semangatin aku :)
Jangan lupa vote oke :D
Cuss kalian harus,
Happy reading ❤❤
Ceklek.
Agista menghembuskan napasnya lelah saat memasuki kediamannya. Tanpa melepas sepatu, ia berjalan begitu saja dan langsung duduk di sofa. Sebelumnya, ia melempar tas pink keunguan itu ke sofa yang lain.
"Dek? Capek ya baru pulang." ujar Vino turun dari lantai atas.
"Hm, di luar panas banget Kak." ujar Agista melepas dasinya. Lalu ia melemparkannya ke meja.
"Kakak kapan pulang?" tanya Agista melihat kakaknya yang sibuk di dapur sana.
"Tadi siang. Kakak ada perlu sedikit di rumah." ujar Vino. Ia membawa banyak minuman dari dapur.
"Lha kakak ngapain bawa banyak minuman?" tanya Agista.
"Ada temen-temen kakak di game room." ujar Vino. Ia melangkah begitu saja melewati Agista yang memasang ekspresi bingung.
"Temen? Tumben." ujar Agista bermonolog. Ia menatap ruang tengah dengan tatapan kosong dan, "Ah laper."
Agista merasakan tubuhnya sangat berat. Kepalanya pusing dan otaknya sangat lelah karena banyak pikiran.
Duk, duk, duk. Agista menyeret kakinya saat berjalan.
"Haish, kenapa hari ini gue banyak tekanan." ujar Agista melepas ikatan rambutnya. Ia merasakan kelegaan saat ikatan rambutnya terlepas.
"Au! Siapa sih yang naruh sepatu di sini." Agista menendang sepatu-sepatu yang menghadang jalannya. Bahkan ada yang sampai terjun bebas ke lantai satu.
"Kak! Kak Vino." ujar Agista membuka pintu game room. Ia berniat bertemu dengan teman kakaknya, alias Sadewa, Makhiel, dan Reygan.
Ceklek.
"Royvan?!"
Agista menahan napasnya saat melihat orang lain di game room. Ia berpapasan langsung dengan laki-laki berhati batu itu. Hampir saja ia menabraknya kalau tidak punya refleks yang baik.
Royvan menaikkan alisnya. "Hm, minggir." ia agak memundurkan badannya. Bermaksud memberi ruang untuk Agista masuk.
"Lha lho kok lo bisa disini?" ujar Agista celingukan bingung.
Royvan berdehem. "Minggir Ta, gue mau lewat." ujarnya.
"Oh ngomong dong." Agista bergeser ke sebelah kiri, namun Royvan malah bergeser mengikutinya.
Saat Agista ke kanan, Royvan malah juga mengikutinya. Agista jadi bingung sendiri. Begitu pula Royvan. "Lha katanya lewat?"
"Lo nya ada di depan pintu." ujar Royvan, tidak mau disalahkan juga. Orang ganteng tidak pernah salah. Ingat itu.
"Ya lo nya ke kanan, gue ke kiri."
Namun, mereka kembali berhadapan. Royvan salah mengartikan kanan, maksudnya kanannya. Bukan kanan sebelah Agista. "Ini kok lo ke kiri sih?" seru Agista.
"Ini ke kanan bagian lo." ujar Royvan.
"Maksud gue, lo geser aja kanan lo, gue geser ke kiri bagian gue." ujar Agista menjelaskan.
"Woy kalian! Mesraan mulu." tegur Fariz meneguk sodanya sambil mendekati mereka.
"Siapa yang mesraan?" beo Royvan menyiratkan ketidaksukaan dengan perkataan Fariz. Mereka tidak mesraan ya. Hanya terjebak pada situasi yang ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCIENCE 7 : TRUTH OVER DARE
Teen FictionTerdampar di sekolah yang terkenal buruk di kalangan masyarakat membuat sebagian orang merasakan minder yang luar biasa. Apalagi, SMA Gemilang sama sekali tidak pernah mencetak anak emas berprestasi sejauh ini. SMA Gemilang selalu mendapatkan anak b...