Halooo,
Tanyarl, sebenernya cerita ini jelek ga sik. Melta jadi ragu sendiri.
Tanyarl lagi, tokoh favorit kamu siapa? Tulis di sini. Wkwk. Dua boleh atau tiga.
Enjoy and sorry for typo.
Happy reading ❤❤
Zaga membaringkan tubuhnya pada rooftop yang amat rindang di atas ruang guru. Ia memikirkan tentang perasaannya sendiri. Dahulu, ia mengaku menyukai Agista. Tapi pengakuannya itu semata-mata untuk membuat Agista marah dan kesal. Lalu sekarang, kenapa hati Zaga berbalik seperti ini?
"Love, live, died." gumam Zaga menatap langit biru yang nyaris tanpa awan.
"Hai Ga!"
Baru saja Zaga pikirkan, Agista sudah sampai di sini. Kadang Zaga berpikir, kekuatan apa yang membuat Agista bisa muncul tiba-tiba seperti ini?
"Hm," balas Zaga mendudukkan dirinya. Agista juga ikut duduk di sampingnya.
"Gimana rasa cakenya, enak nggak?" tanya Agista. Seperti biasa, ia terlihat senang dengan senyumannya. Kadang Zaga juga berpikir, kapan Agista bisa sedih dan menangis ya? Tentunya, Zaga tidak berharap itu terjadi.
"Enak. Pas aja menurut gue." balas Zaga seadanya. Lelaki itu menatap intens Agista dari samping.
"Gue bawa martabak buat lo." ujar Agista mengeluarkan wadah berisi martabak keju, yang biasanya Zaga berikan kepadanya.
"Martabak? Acara apaan nih?" tanya Zaga penasaran. Ia tidak serta merta langsung menggunakan keistimewaannya. Zaga tahu batas dan kondisi yang sesuai antara genting atau tidak. Intinya, Zaga tidak mau membuang tenaga hanya untuk hal sepele seperti itu.
"Nggak ada apa-apa. Kalo gue lihat martabak keju itu, sukanya inget lo terus. Makanya gue bawain." ujar Agista menyodorkan martabak keju ke Zaga. Lelaki itu menarik bibirnya ke atas.
"Kalo lihat martabak keju lo suka inget gue, terus kalo lihat gue, lo suka nggak sama gue?" ujar Zaga menahan senyumnya. Ia yakin Agista pasti mati kutu.
"Eh gimana?" balas Agista mencoba memastikan pendengarannya.
"Lo suka nggak sama gue?" Zaga tersenyum hingga terlihat seperti bergurau. Namun pandangan dalam Agista, Zaga nampak serius.
"Gue suka sama lo." balas Agista memakan martabak itu dan menatap lurus ke depan.
"Benarkah?" Zaga ikut memakan martabak namun pandangannya tetap pada Agista. Perempuan bermata biru yang setahun lebih muda darinya.
"Iya. Dari cara lo ngomong, becanda, usil, gue suka semuanya." ujar Agista menggigit secuil martabak. Zaga terlanjur hanyut dan menyimak betul ucapan serius perempuan itu.
"Baru kali ini gue punya temen baik hati. Cowok lagi. Apalagi lo mau bawain gue martabak coklat kacang walaupun kadang kondisinya lagi hujan." ujar Agista tersenyum sendiri. Zaga jadi tidak tega setelah menanyainya pertanyaan iseng seperti itu.
"Lo beneran suka sama gue?" tanya Zaga sekali lagi. Agista menoleh pasti.
"Iya, gue suka sama lo. Kita best friend kan?" ujar Agista menatap iris Zaga. Lelaki itu mengulas senyumnya.
"Iya, kita emang best friend." balas Zaga. Agista kembali menatap lurus ke depan.
"Ta, lo nggak suka gitu sama cowok?" ujar Zaga mencoba menanyai.
"Suka? Suka gimana?"
"Ya suka sampai ke hatilah." ujar Zaga. Sebenarnya ia bisa mencari tahu sendiri, tapi ia lebih suka mengetahuinya langsung dari orangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCIENCE 7 : TRUTH OVER DARE
Teen FictionTerdampar di sekolah yang terkenal buruk di kalangan masyarakat membuat sebagian orang merasakan minder yang luar biasa. Apalagi, SMA Gemilang sama sekali tidak pernah mencetak anak emas berprestasi sejauh ini. SMA Gemilang selalu mendapatkan anak b...