Hey ho, welcome back
Khusus trio ga jelas alias Royvan, Zaga, Agista. Plus satu pembuat masalah, Agnes dan versi cowoknya, Joey. Lalu ada StellAbay yang gagal jadian.
Wkwk.
Eh iya. Selamat 4.5k readers, 900 voters, dan 1k comments.
Happy reading ❤❤
Agista hanya bisa menyaksikan tim inti basket berlatih dari bangku penonton. Perempuan bernetra biru safir itu secara resmi tidak menjadi tim inti pada akhir kelas sepuluh lalu. Namun kini ia harus terduduk di sana menyaksikan latihan basket atas bujukan Bu Anjani.
"Huft, ngapain gue di sini kalo cuma jadi patung." gerutunya. Ia menyesalkan keputusannya mau berdiam sendirian di bangku penonton.
Agista kemudian memilih menatap kembali Royvan yang sukses mencetak three point berkali-kali. Laki-laki itu memang mempunyai keahlian alami yang mengalir dalam dirinya.
Sebenarnya Agista tidak sendirian. Di sekitarnya ada beberapa perempuan yang menyaksikan latihan basket kali ini. Mereka juga menatap memuja kearah pemain putra yang mungkin menurut mereka sangat mempesona.
Bosan mendengar teriakan histeris mereka, Agista mengeluarkan earphonennya dan memakainya. Ini lebih baik daripada harus menatap latihan mereka dalam diam.
Kepala Agista mengangguk-angguk mendengar musik yang berputar. Pandangannya secara tidak sengaja terhenti pada seorang perempuan yang sendirian melakukan servis badminton.
Agista memastikan Bu Anjani lengah dahulu. Ia ingin menghampiri Agnes yang sendirian di lapangan sebrang. Lalu saat ada kesempatan, Agista melenggang pergi.
"Lo Agnes kan?"
Agista mencoba mengakrabkan diri. "Gue—"
"Oh Agista. Agista Lavinsa." ujar Agnes mendahului. Ia berkata sinis dengan kilatan benci terpampang jelas di matanya.
"Lo mau main bareng? Gue agak bisa badminton." ujar Agista, menelan salivanya susah payah. Ia merasa terintimidasi dengan lirikan kebenciannya.
Agnes berdecih. "Gue nggak sudi main sama orang kayak lo."
"Tunggu Agnes. Kenapa kayaknya lo benci banget sama gue?" ujar Agista menyela berani.
Agnes menyeringai. Perempuan berambut tosca itu tidak mengira Agista akan sadar secepat ini. "Lo mau tahu? Itu karena lo anak IPA."
Alasan itu tidak masuk akal bagi Agista. "Serius? Cuman gegara itu?"
"Lo mau tahu spesifiknya? Lo harus kalahin gue dalam permainan badminton." tantang Agnes yang diterima suka cita oleh Agista.
"Oke. Tapi selain jawab pertanyaan gue, lo juga harus mau turutin satu permintaan gue." ujar Agista.
Agista mengambil raket berwarna hitam dengan senar kuning. Ia memukul-mukul raketnya di udara. "Satu babak atau tiga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SCIENCE 7 : TRUTH OVER DARE
Teen FictionTerdampar di sekolah yang terkenal buruk di kalangan masyarakat membuat sebagian orang merasakan minder yang luar biasa. Apalagi, SMA Gemilang sama sekali tidak pernah mencetak anak emas berprestasi sejauh ini. SMA Gemilang selalu mendapatkan anak b...