[37] With(out) You

1.2K 195 91
                                    

Added : Tidak menerima sider. Part selanjutnya akan di up jika vote lebih dari 65✔

Flashback on

Sepanjang perjalanan pulang dari membeli bahan-bahan untuk membuat kue, suasana di mobil Fian sangat hening dan nyaris tanpa suara. Fian sibuk menyetir dan Aliza sibuk berpikir tentang kejadian tadi yang ia lalui dengan Satya.

"Yan," ujar Aliza menggantung. Ia sebenarnya keki sendiri jika membahas hal memalukan tadi.

"Iya?"

"Lo lihat–"

"Nggak usah dibahas Al, kalau lo sendiri nggak nyaman." potong Fian begitu saja. Aliza semakin malu.

Bagaimana Aliza tidak malu kalau Satya memeluknya dengan mesra di hadapan Alira dan Fian. Mereka berdua melihat betapa tulusnya Satya memeluk dirinya tanpa ada jarak. Aliza sendiri dapat merasakan napas hangat Satya di pundaknya.

"Masalahnya gue nggak enak sama lo." ujar Aliza. Fian hanya menampakkan senyumnya.

"Ngapain nggak enak. Lagian, Satya juga temen gue. Kalian berdua temen gue."

"Masalahnya itu–"

"Nggak usah lo pikirin Al. Gue nggak bakalan nyebarin berita ini ke anak-anak. Gue janji." ujar Fian paham maksud Aliza.

Aliza terdiam. Ia merasa perlakuan Satya tadi tidak pada tempatnya.

"Kalian pasangan yang cocok. Sama-sama nggak bisa ketebak." ujar Fian memutar kemudinya.

"Benarkah?" ujar Aliza menipiskan bibirnya.

"Kalian udah pacaran kan?"

Terdengar helaan napas Aliza yang lelah. "Satya ngajak pacaran, tapi gue tolak terus."

"Kenapa?" tanya Fian. Ia sebisa mungkin memposisikan dirinya agar menjadi pendengar yang baik untuk Aliza.

"Gue ragu aja. Dia mantan playboy. Bukan tipikal cowok yang berkomitmen. Gue juga masih nggak yakin sama kesetiaannya."

Aliza berbicara cukup banyak. Hal ini membuat Fian tersadar, bahwa ucapan Satya tentang Aliza dahulu benar adanya.

"Dia itu nggak pendiem, cuman nggak ada yang se-frekuensi aja."

"Gue rasa, Satya nggak kayak gitu Al."

Fian melihat spion mobil saat hendak berbelok, ia memasang wajah biasa yang tanpa ekspresi dengan kacamata bertengger di sana.

"Oh ya?"

"Gue rasa, jangan menyia-nyiakan cowok kayak Satya Al. Dia itu tipenya kalo udah suka ya, bakal suka terus." saran Fian.

"Oh ya?" balas Aliza lagi dengan nada yang sama.

"Kalo lo lihat dia dari sisi luar sih, kayaknya playboy cap buaya, tukang gombal, narsis, nggak tau malu, dan banyak lagi tingkah absurdnya. Tapi kalo dari sisi lain, Satya itu beda banget." jelas Fian membuat Aliza menaikkan alisnya. Ia berpikir, mencerna, dan memahami ucapan Fian.

"Maksud lo?"

"Gue rasa, lo 'sadar' dua tahun kenal sama Satya pasti tahu maksudnya."

Aliza tidak mengerti perkataan Fian barusan. Ia merasa, Satya tidaklah seperti yang Fian maksudkan. Satya itu terlalu jauh dari kriterianya. Juga bukan termasuk kriterianya.

Sesampainya di rumah, Aliza masih memikirkan perlakuan Satya tadi. Seumur-umur, baru pertama kali ini ia mendapatkan perlakuan itu dari kaum adam.

Satya memeluknya dengan segenap hati. Ia bisa merasakan ketulusan lelaki beriris kelabu itu. Aliza dapat merasakan detak jantung Satya yang berdegup kencang.

SCIENCE 7 : TRUTH OVER DARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang