Part 2 - Awal {Revisi}

5.4K 282 4
                                    

Alvero pov :*
Mate ku tentu tidak mengenali diriku sebagai pasangannya, aku cukup merasa kecewa akan hal itu. Terlebih lagi, aku cukup takut jika ia tidak menerima diriku yang beda dunia dengan dirinya. Lama aku berdiam diri, hingga akhirnya aku memutuskan untuk menemui kedua orang tua ku. 

"ibu, ayah" panggil ku dan mereka menoleh, "aku ingin berbicara kepada kalian, ini mengenai mate ku" ucap ku menggantung dan mereka hanya diam sembari memberi tatapan bertanya, "mate ku sudah sadar, aku takut ia tidak akan menerima ku dengan perbedaan pada kaum kita" ucap ku pada akhirnya 

"benarkah?? Dia memang mempunyai bau manusia, namun ayah bisa merasakan aura kaum kita didalam dirinya" jawab ayah ku 

"maksutnya?" tanya ku dengan bingung 

"ayah bisa merasakan bahwa dia merupakan kaum yang sama seperti kita" ucap ayah ku yang membuat aku cukup kaget 

"mungkin saja dia sudah terlalu lama tinggal didunia manusia dan itu membuat dia menjadi tak tahu akan jati dirinya sendiri" Ucap ibu ku yang sedari tadi hanya diam 


"bagaimana itu mungkin? Aku sendiri harus apa?" ucap ku 

"kau bisa mendekatinya secara perlahan al, kau juga harus bisa mendapatkan kepercayaannya. Dan jika waktunya sudah tiba, kau bisa menunjukkan jati dirimu dihadapannya" ucap ayah ku setelah terdiam untuk beberapa saat 

"aku akan usahakan" ucap ku pada akhirnya

.

.

.

.

Malam hari tiba

Aku melihat ke arah dalam kamarku yang saat ini sedang ditempati oleh mate ku. Dia terlihat sangat cantik dengan dres putih dan rambutnya yang tergerai indah. Aku bisa melihat ia sedang melamun dengan pandangan kosongnya. Aku cukup yakin jika sekarang ini ia sedang bingung akan tempat yang cukup asing untuknya. Aku sendiri tak mau membiarkan dia pulang tanpa tau aku siapa didalam hidupnya.

Aku ingin dia dalam hidup ku. 

Dengan beberapa pertimbangan kecil, aku memberanikan diri untuk menghampirinya yang masih melamum. 

"mate,, kau sedang apa?" tanya ku kepadanya, kedatangan ku yang tiba tiba mengkagetkannya 

"oh, hai... Aku sedang memikirkan bagaimana aku bisa berada ditempat yang sangat indah ini. Rasanya tidak ingin pulang saja, tetapi bagaimana pun keluargaku pasti mencemaskan ku. Lalu,,, aku juga ingin bertanya,, siapa namamu?" ucapnya panjang lebar dan diakhiri pertanyaan

"namaku alvero, kau bisa memanggilku al. Siapa namamu?" tanya ku

"emm al, nama ku alin panggil saja aku alin" jawab alin dengan senyum kecilnya

"alin, nama yang indah. Senang berkenalan denganmu alin" ucap ku menggantung, "alin, kondisi mu saat ini belum pulih seutuhnya, kau belum bisa pulang dalam kondisi seperti ini" jawab ku, aku bisa melihat ia termenung sedetik setelah aku mengucapkan hal tersebut

"keluarga ku akan khawatir" lirihnya kecil 

Dia terlihat sedih, aku harus memikirkan sebuah cara agar ia bisa mengalihkan pikirannya untuk saat ini. 

"alin" panggil ku dan dia menoleh, "kau akan beristirahat selama beberapa hari disni, aku juga akan mengajak mu berkeliling dan melihat pemandangan indah di daerah sini, mungkin itu akan membuat kondisi mu menjadi lebih baik" ucap ku, ia terdiam untuk sejenak

"Apakah tidak merepotkan mu?" tanya nya,  "aku tidak enak tinggal di tempatmu terlalu lama lagi al" ucap nya 

"tentu tidak, dan lagi pun kedua orang tua ku sangat senang saat kedatangan mu" ucap ku dan bisa ku lihat ia terkejut, "ayo aku antar untuk bertemu mereka, mereka sudah menunggu kita di ruang makan" lanjut ku lagi, ia kembali terkejut dan sedikit terdiam 

"baiklah" ucap nya setelah lama terdiam





Ruang makan

Aku menuruni tangga dan membawa mate ku di sebelahku, aku bisa melihat ibu ku yang sedang tersenyum dari jauh saat melihat kami. Dan saat kami sampai di meja makan ibu ku terlihat sangat senang. 

"hai gadis manis, siapa namamu?" tanya ibu ku

"namaku alin tante, maaf jika aku menyusahkan kalian dengan kedatangan ku" jawab alin

"tentu tidak alin, kami sangat senang kau bisa berada disini, dan lagi panggil aku mama saja jangan terlalu sungkan alin, mari makan" ucap ibuku

"iya tante,,, eh mama" jawab alin kikuk, ia terlihat lucu dengan ekspresi gugup seperti itu

Kami pun memulai acara makan kami dengan hening, hnaya terdapat suara dentingan sendok dan garpu yang saling bersahutan. Saat kami semua selesai dengan acara makan kami, ibu ku langsung mengajak alin untuk berbincang sebentar.

Setelah perbincangan singkat tersebut, alin kemudian merasa mengantuk. Aku pun mengajaknya untuk pergi ke kamar ku dan aku sendiri tidur dikamar tamu, rasanya ingin sekali tidur dengan nya, memeluk tubuh mungilnya sampai pagi.

Tapi bagaimana pun kami belum menikah dan alin berada dari dunia manusia yang mempunyai adat atau kebiasaan antara wanita dan pria, tidak boleh tidur di satu ruangan sebelum sah menjadi suami istri. Setidaknya pelajaran dunia manusia disekolah ku dulu berguna untuk sekarang. 

Alvero pov end :*




Alin pov :*
Keesokan harinya...
Aku terbangun dari tidurku karena matahari sudah muncul, tak lama setelah aku bangun ada seseorang yang mengetuk pintu kamar yang sedang aku tempati.

Alvaro, lelaki tampan yang telah menolongku, sekarang berada di pintu kamar yang aku tempati sedang menunggu aku mempersilahkan ia masuk. Dia lelaki baik hati dan tampan yang pernah aku temui.

Tubuhnya tinggi tegap dan yang paling aku sukai dari dia adalah iris mata abu abunya.

Sejak pertama aku melihat dia, timbul rasa nyaman yang sangat besar terhadap dirinya. Mungkinkah aku bisa tahan berlama lama dengan dirinya dengan sejuta pesonanya itu.

"masuk saja al" ucap ku, dan setelahnya pintu kamar yang ku tempati terbuka 

"lin, kau sudah bangun" ucap al dan menghampiri ku, aku hanya terdiam kikuk 

"ayo kita turun untuk sarapan" ucapnya 

"iya, aku siap siap dulu. Sebentar lagi aku akan menyusul" ucapku

"baiklah" ucapnya dan berlalu pergi

Setelah kepergiannya, aku langsung bersiap dan mandi, setelah selesai aku langsung turun kebawah untuk sarapan. Rasanya canggung saat semua mata melihat kearah ku, aku berusaha tenang dan melanjutkan jalanku.

Sebenarnya banyak sekali pertanyaan dibenak ku. Mengapa aku masih disini? Kenapa mereka membiarkanku tinggal disini secara gratis dan sukarela? Siapa mereka? Kenapa rumah mereka sangat besar dan mengapa malam kemarin aku mendengar suara auman serigala padahal tidak ada apa apa?

Aku mencoba menahan rasa bingung dan akan menanyakan nya nanti kepada al.

"selamat pagi semua, maaf membuat kalian menunggu lama" ucapku tak enak

"tak apa alin, mama senang kau bisa bergabung untuk sarapan bersama kami biasanya hanya kami bertiga dan sekarang ada kau yang menemani kami" ucap mama

"iya ma, alin juga senang" ucap ku

"ayo makan"ucap mama dan kami pun makan dengan tenang.
Alin pov end :*



















Tetap tinggalkan votmen walaupun ceritanya sudah end ya ges, 
Satu vote dari kalian cukup kok untuk ku
Terima kasih 

My Beauty Luna [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang