4

746 79 13
                                    

Berkali-kali siaran TV terus berubah. Bahkan tidak ada yang bertahan walaupun hanya 1 menit. Sedangkan pelakunya terus menekan nomor yang ada pada remot secara acak, seperti tidak ada minat sedikitpun untuk menikmati acara di TV.

Setelah beberapa menit, dia memutuskan untuk mematikan TV itu dan kembali berjalan masuk ke dalam kamarnya, ralat bukan kamarnya tapi kamar abangnya. Dengan kesal dia menghempaskan tubuhnya di atas kasur sambil melihat abangnya yang asik membaca majalah edisi terbaru.

"Hyung. " panggil Kanghoon.

"Kenapa? "

"Ini sangat menyebalkan, kenapa aku harus merelakan kamarku untuk gadis antar berantah itu? " ucap Kanghoon sambil memukul-mukul kasur, sedangkan Rowoon hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah adiknya itu.

Sebenarnya dia juga kesal dengan keputusan mendadak ibunya - yang meminta Kanghoon untuk pindah ke kamarnya padahal seperti yang ibunya tau baik dia ataupun adiknya tidak senang jika harus berbagi kamar. Bukan karena mereka tidak dekat, lebih ke menjaga privasi masing-masing mengingat mereka memiliki kebiasaan yang berbeda. Rowoon lebih suka menghabiskan waktunya ditempat yang hening sedangkan Kanghoon -adiknya, lebih suka belajar di temani alunan musik klasik.

Bahkan Rowoon membuat peraturan selama adiknya tidur di tempatnya, tidak boleh ada alunan musik saat dia juga berada di dalam kamar. Jujur, Rowoon sangat tidak suka sesuatu yang berisik dan juga sebenarnya dia tidak suka jika harus berada di markas Sf9 - karena lebih berisik dari pada musik yang adiknya dengarkan, tapi karena mereka memaksa dia untuk datang kesana dengan alasan persahabatan mau tidak mau dia tetap berkunjung ke sana.

Dan juga beberapa bulan yang lalu Rowoon balik mengancam mereka jika memaksa Rowoon untuk tetap manggung bersama mereka, Rowoon tidak akan mau lagi untuk kembali ke markas. Melihat keseriusan Rowoon, akhirnya mereka setuju karena saat di markas lah mereka bisa berkumpul semua mengingat tidak semua dari mereka sekolah di Seulli High School.

Bel rumah berbunyi. Kanghoon dengan perasaan yang masih kesal berjalan ke arah pintu sedangkan Rowoon hanya mengikuti dari belakang.

Hal pertama yang mereka dapatkan saat orang tua mereka melangkah masuk ke dalam rumah adalah kebahagiaan yang terlihat jelas di wajah mereka. Membuat bibir Kanghoon semakin melengkung ke bawah. Ini pertanda buruk baginya, pasti gadis itu menyetujui untuk tinggal di rumah mereka.

"Aku sangat senang, Sayang" ucap ibu Rowoon sambil menggandeng tangan suaminya.

"Aku juga sangat senang akhirnya aku bisa bertemu dengannya kembali bahkan kami bisa tinggal satu atap setelah sekian lama. "

Kanghoon sudah tidak sanggup mendengar ucapan yang menggambarkan bertapa bahagianya mereka. Dia memilih kembali menyibukkan diri dengan acara TV yang tidak menarik sama sekali.

"Aku mendengar dia satu sekolah denganmu Seokwoo. " ucap ibunya sambil menyerahkan plastik yang berisikan makanan kepada putra sulungnya.

"Benarkah? " tanya Rowoon lalu berjalan ke arah dapur dan menyalin makanan itu ke dalam piringnya.

"Iya. Dia mengatakannya padaku tadi. Dia gadis yang sangat manis akankah lebih baik jika gadis itu benar-benar menjadi anakku. " Rowoon menghentikan langkahnya saat dia paham kemana arah pembicaraan ini. Ayolah, dia masih berada di bangku sekolah tidak mungkin dia menyia-nyiakan masa mudanya demi gadis antah berantah - panggilan dari Kanghoon, itu.

"Eomma, aku tidak ingin menikahinya. " ucap Rowoon lalu menyuapkan makanan itu ke dalam mulutnya. Rasanya tidak asing di lidah Rowoon, dimana dia pernah mencicipi makanan dengan rasa seperti ini?

"Kau benar-benar peka, Seokwoo. Tapi tenang saja eomma tidak akan memintamu menikahinya sekarang, kau bisa menghabiskan waktu untuk mengenalinya terlebih dahulu nanti baru kau bisa menikahinya. " Dibandingkan sebagai saran, itu lebih terdengar seperti paksaan bagi Rowoon.

You're The Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang