Hyeyoon POV
Aku menatap gedung tinggi itu dengan tatapan bangga. Siapa yang sangka aku akan menjadi salah satu mahasiswi disana. Aku yang selama ini direndahkan karena berada di kelas yang paling akhir dengan nilai yang tidak pernah memuaskan akhirnya bisa melanjutkan pendidikan di Universitas bergengsi.
Setelah puas memandangi gedung itu, aku mulai berjalan menuju kelasku. Aku akan bertemu orang-orang baru. Tapi ada satu hal yang aku khawatirkan, apakah suasananya akan sama dengan kelasku dulu? Yang selalu ribut, suka berpesta bahkan sering tidur di kelas. Walaupun kami tidak diakui sebagai siswa disana, kami bahagia karena memiliki teman yang asik. Seakan beban kami itu hilang saat kami saling bertemu. Tiba-tiba saja aku merindukan mereka apalagi Jangjun yang menjadi biang keributan.
Akhirnya setelah cukup lama mencari, aku menemukan kelasku. Hanya beberapa orang yang datang sekitar 5 orang. Mereka berpakaian sangat mewah, untung saja ibu Rowoon membelikanku gaun ini. Jika tidak aku pasti akan di ejek oleh mereka pada hari pertama masuk kuliah.
Karena masih banyak bangku yang kosong, aku bisa memilih tempat duduk sesuka hatiku. Dan aku menjatuhkan pilihanku pada bangku paling belakang yang ada di dekat jendela. Ternyata di sampingnya ada lapangan tenis. Aku bisa leluasa melihat pria tampan dari sini. Tapi tenang saja hatiku masih milik Rowoon seorang. Ah, benar, Rowoon juga hebat bermain tenis dan dia pernah menang perlombaan yang diadakan antar sekolah. Siapa tahu kan dia bermain disana, jadi aku bisa puas memandanginya tanpa perlu panas-panasan.
"Hyeyoon-a!! " panggil seseorang. Aku tahu siapa pemilik suara ini siapa lagi kalau bukan..
"Oh Yoona-ya"
Jangan bilang kalau dia berada di kelas yang sama denganku. Aku sangat senang karena ada orang yang aku kenal jadi aku tidak perlu susah payah menyesuaikan diri dan juga aku tidak akan kesepian.
"Wah.. Aku tidak menyangka aku bisa sekelas denganmu" Dia langsung memelukku dan senang hati aku membalas pelukannya. Seperti sahabat yang sudah lama tidak bertemu padahal hanya 1 minggu, lagipula mereka masih sering telponan.
"Aku juga" balasku.
Yoona memilih duduk dihadapanku dan dia mulai bercerita tentang bagaimana perasaannya saat dia masuk ke dalam ruangan untuk melaksanakan tes sampai dengan orangtuanya yang semakin memperhatikannya seperti memberikan sarapan yang bergizi, memintanya untuk selalu mengonsumsi buah agar dia bisa fokus selama pelajaran berlangsung.
Aku terus memperhatikan gadis itu yang terlihat sangat semangat di hari pertama masuk kuliah. Seakan tidak ada hari lain untuk menceritakan kisahnya. Aku tidak keberatan sama sekali. Aku malah senang saat dia mau terbuka denganku. Hanya saja aku tidak pernah melihat dia seantusias ini. Bahkan dia bicara tidak ada titik koma. Untung saja, telingaku cukup cepat menangkap setiap kata yang dia lontarkan. Jika tidak mungkin aku hanya melongo menatap wajahnya yang mulai memerah itu.
Tidak ku sangka ternyata dia sudah bercerita selama lebih dari 15 menit dan dia memutuskan untuk berhenti saat seorang wanita yang menjabat sebagai dosen kami masuk ke dalam kelas. Biasanya aku yang banyak bicara tapi sekarang keadaan berbanding terbalik. Ini tandanya dia memang sangat bahagia. Akupun mengalihkan pandanganku ke dosen itu saat aku mendengar dia sedang memperkenalkan dirinya. Wajahnya terlihat sangat ramah bahkan terus tersenyum manis. Berbeda dengan guru Park yang selalu menunjukkan wajah seramnya tapi tenang saja walaupun dia sangat menyeramkan dia termasuk guru yang perhatian kepada siswanya. Dia bahkan lebih semangat saat memberikan formulir pendaftaran sebagai siswa undangan dibandingkan diriku sendiri.
Hari pertama masih hanya perkenalan saja. Setelah mengabsen kami satu persatu, dia menyudahi pertemuan itu dan mengatakan bahwa kami akan bertemu lagi minggu depan. Aku tidak tahu apakah semua dosen akan sepertinya atau tidak. Tapi semoga saja iya, aku belum sanggup belajar sesuatu yang lebih sulit dari pelajaran saat di sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're The Only One
RomanceSeorang pria dengan IQ yang tinggi di tambah wajah yang tampan membuatnya menjadi pusat perhatian dimanapun dia berada. Bahkan semua kaum hawa menyukainya, termasuk Hyeyoon - gadis biasa dengan otak yang pas-pasan. Akankah pria yang menjadi cinta p...