32

607 69 55
                                    

Hyeyoon mengejapkan matanya, menetralkan cahaya yang masuk. Kepalanya terasa sedikit pusing mungkin karena tabrakan itu. Hyeyoon berusaha melihat sekitarnya, tidak ada seorangpun disana hanya dia dan infus yang terpasang ditangannya yang kini setia menemaninya. Satu hal yang Hyeyoon syukuri saat matanya terbuka, yaitu dia masih hidup. Jika tidak, memikirnya saja sudah cukup mengerikan.

Tidak lama kemudian, seorang wanita masuk kedalam kamarnya dengan wajah khawatir diikuti oleh beberapa orang lainnya. Wanita itu langsung menghambur ke pelukan Hyeyoon, menumpahkan semua rasa khawatirnya saat menyadari gadis kesayangannya itu sudah terbangun dari tidurnya.

"Maaf, ini karena Eomma. Andai saja Eomma tidak memintamu untuk menjemput Kanghoon tidak akan kejadian seperti ini" ucap ibu Rowoon sambil mengecek setiap inci tubuh Hyeyoon melihat apakah ada luka yang parah, dan untunglah tidak ada kecuali dikakinya yang sudah diperban.

"Tidak Eomma. Ini bukan salah siapapun." balas Hyeyoon berusaha menampakkan senyumannya. Dia tidak boleh terlihat lemah karena kakinya yang masih terasa sakit. Dia tidak ingin membuat semua orang khawatir karena luka kecil yang dia dapatkan. Matanya pun melihat satu persatu orang yang mengelilingi kasurnya.

" Serius, aku baik-baik saja" Hyeyoon kembali mencoba untuk meyakinkan mereka. Jika mereka terus menampakkan wajah bersalah itu yang ada Hyeyoon akan menangis nanti.

"Makanlah ini. " Ibu Rowoon memberikan buah yang sudah dikupasnya terlebih dahulu kepada Hyeyoon. Sebelum datang ke Rumah Sakit, wanita itu sengaja membeli banyak buah-buahan agar Hyeyoon bisa memakannya karena setahunya buah-buahan sangat baik untuk dikonsumsi saat sakit.

Hyeyoon menerima suapan itu dengan senang hati. Jika dulu yang mengurusnya hanya ayahnya seorang maka sekarang berbeda. Ada banyak orang yang mau merawatnya saat dia jatuh sakit. Terutama sosok wanita yang berada disebelahnya. Jadi ayahnya tidak perlu khawatir lagi dan bisa lebih fokus pada pekerjaannya. Tidak perlu menutup warung makan miliknya lebih cepat.

"Hyeyoon-a, aku harap kau segera sembuh. Kau adalah penyemangat kami dirumah, rumah akan terasa sepi jika kau tidak ada"

"Abeoji tenang saja. Aku ini sangat kuat, paling besok aku bisa pulang. Lihatlah, aku bahkan sudah bisa tersenyum lebar lagi " Hyeyoon menarik bibirnya menggunakan kedua jarinya membuat lesung pipi itu terlihat lebih jelas lagi. Sambil menatap ayah Rowoon penuh semangat.

"Sepertinya kau benar. Kalau begitu besok kau bisa ikut denganku menemui Rowoon" ucap Tuan Kim membuat semua orang terkejut termasuk istrinya sendiri. Tidak ada kebohongan dari wajah itu. Berarti yang diucapkannya bukan hanya bualan semata untuk membuat Hyeyoon lebih semangat lagi melawan penyakitnya.

"Kau serius? " tanya ayah Hyeyoon yang sama tidak percaya dengan ucapan sahabatnya itu.

"Sangat sangat serius. Sekarang aku sudah tahu dia tinggal dimana"

Hyeyoon tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Rasanya dia ingin meloncat sekarang juga tapi keadaannya tidak mendukung. Alhasil yang bisa dia lakukan hanya berteriak untuk mengungkapkan betapa dia sangat senang mendengar kabar baik itu. Sedangkan yang lain menggelengkan kepala mereka melihat tingkah Hyeyoon yang begitu histeris seperti habis memenangkan undian.

"Aku akan pastikan besok aku sehat kembali. Tidak, malam ini juga aku akan keluar dari rumah sakit ini. "

Hyeyoon yang antusias seperti itu membuat ayah Rowoon menyadari betapa Hyeyoon mencintai putranya itu. Dia menyesal membuat gadis itu sedih karena Rowoon pergi dari rumah itu akibat ulahnya. Walaupun sebenarnya dia sama sekali belum menyetujui permintaan Nyonya Lee. Saat mereka bertemu, dia hanya terdiam mendengar penawaran wanita itu. Banyak hal yang perlu dia pikirkan, bukan hanya tentang perusahannya tetapi juga Rowoon dan Hyeyoon. Apalagi Hyeyoon sudah dia anggap sebagai anaknya sendiri. Tapi wanita itu datang tiba-tiba ke rumahnya dan mengungumkan hal itu pada semua orang. Membuat anaknya kecewa pada ayahnya sendiri dan juga istrinya yang marah padanya. Padahal rencananya besok dia akan menemui Nyonya Lee, ingin mengatakan bahwa dia tidak setuju dengan syarat tidak masuk akal itu. Semua terjadi begitu saja, diluar rencananya.

You're The Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang