Hyeyoon tidak tahu apakah tindakannya itu sudah benar atau tidak. Hanya saja nama itu yang langsung terlintas di kepalanya dan lagipula akan mudah untuknya meminta bantuan Rowoon karena mereka tinggal di atap yang sama. Tapi sayangnya, pria itu sangat susah dibujuk. Sudah berkali-kali Hyeyoon memohon saat mereka baru saja sampai di rumah. Dia tidak memperdulikan harga dirinya saat ini, yang terpenting adalah membuat Rowoon menjadi gurunya.
Pintu itu tertutup rapat. Hyeyoon hanya menunggu di depan, berharap pintu itu akan segera terbuka. Dia memikirkan bagaimana caranya agar pria itu menurutinya. Jika hanya memohon seperti ini sampai kapanpun Rowoon tidak akan sudi mengabulkan keinginannya.
"Apa yang sedang kau lakukan, Hyeyoon-a?" tanya ibu Rowoon saat melihat Hyeyoon yang teris memandangi pintu kamar anaknya.
Baru saja Hyeyoon mau menjawab, sosok itu akhirnya muncul dengan pakaian yang sangat tidak sesuai jika harus memakainya di rumah. Kemeja putih dipadukan celana hitam. Sangat simpel tapi membuat ketampanannya bertambah berkali-kali lipat.
Saat Rowoon ingin berjalan pergi menjauhinya, Hyeyoon langsung menggenggam tangan pria itu dengan wajah yang memelas. "Aku mohon, kali ini saja bantu aku".
"Sudah berapa kali aku bilang aku tidak mau" jawab Rowoon berusaha untuk melepaskan tangannya.
"Ada apa ini? " tanya ibu Rowoon. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi antara mereka berdua. Tapi melihat Hyeyoon yang berani menghentikan Rowoon, membuatnya merasa sangat bahagia. Dia benar-benar berniat untuk menjodohkan anaknya dengan Hyeyoon. Dengan begitu, Hyeyoon akan selalu tinggal bersamanya. Tidak ada pria yang boleh mendekati Hyeyoon kecuali anaknya - Kim Seokwoo.
"Aku memintanya untuk menjadi guruku" ucap Hyeyoon. Dalam hatinya dia berharap ibu Rowoon mau membantunya.
"Kenapa kau tidak mau? Dan kenapa kau berpakaian seperti itu? Kau mau kemana? "
"Tidak ada untungnya bagiku. Lagipula percuma mengajarinya, dia tetap tidak akan mengerti"
"Bodoh" Bukan Rowoon yang mengatakan itu, dan tidak mungkin ibunya yang berani mengatai Hyeyoon dengan kata-kata yang menyakitkan itu. Melainkan Kanghoon - titisan Rowoon.
Kanghoon dengan santainya melontarkan kata itu pada Hyeyoon sambil menyenderkan tubuhnya ke dinding. Hyeyoon sangat heran kenapa Kanghoon sangat membencinya. Semenjak dia menginjakkan kaki dirumah ini. Bahkan kata-kata yang keluar dari mulutnya lebih menyakitkan dari pada Rowoon.
"Jaga mulutmu " tegur ibunya. Dia memukul pundak Kanghoon agar anaknya itu sadar jika dia baru saja bertindak tidak sopan dengan orang yang lebih tua darinya.
"Bukankah aku benar, jika dia tidak bodoh tidak mungkin dia memohon seperti itu pada Seokwoo hyung" Kanghoon mengusap pundaknya yang terasa perih. Dia bahkan semakin menatap tajam ke arah Hyeyoon. Dia merasa dirinya sudah diperlakukan tidak adil, ibunya selalu lebih memperhatikan Hyeyoon dibandingkan dirinya. Hyungnya juga mulai menaruh perhatian pada gadis itu. Kanghoon tau, jika tidak mana mungkin Hyungnya mau meladeni gadis antah berantah yang ada didepannya saat ini. Paling Hyungnya akan berlalu begitu saja. Walaupun alasan yang sebenarnya bukanlah
"Minta maaf pada Hyeyoon noona"
"Tidak mau" Setelah mengucapkan itu Kanghoon berlari, berusaha terhindar dari amukan ibunya.
Rowoon dan Hyeyoon yang sedari tadi hanya terdiam melihat perdebatan yang terjadi antara ibu dan anak - saling menatap satu sama lain. Sejujurnya Hyeyoon merasa bersalah karena kehadirannya membuat keluarga ini tidak lagi tenteram. Walaupun dia tidak tahu apa kesalahan yang sudah dia buat, dia yakin pasti Kanghoon memiliki alasan tersendiri sampai membuatnya membenci Hyeyoon.
"Maafkan Kanghoon ya." ucap ibu Rowoon. "Dan kau Rowoon, aku mau kau jadi guru Hyeyoon jika tidak mau rahasiamu ku bongkar"
Seketika Rowoon langsung panik. Rahasia masa kecilnya yang menjadi aib untuknya. Dengan berat hati, dia akhirnya mengganggukkan kepalanya.
"Baiklah." ucap Rowoon lalu melangkah pergi. Tapi lagi-lagi dia berhenti karena ibunya yang berdiri di hadapannya dengan merentangkan kedua tangannya.
"Kalian mau belajar bukan? Kalau begitu tidak masalah kalau kau mengajak Hyeyoon" Ibunya sangat tahu jika sudah mendekati waktu ujian, teman-teman Rowoon akan meminta bantuan Rowoon untuk mengajari mereka jika ada soal yang mereka tidak mengerti.
"Gantilah bajumu." Hyeyoon masuk ke dalam kamarnya dan secepat mungkin mengganti bajunya setelah mendengar perintah Rowoon. Dia sangat beruntung karena ada ibu Rowoon yang senantiasa membelanya.
Setelah selesai, Hyeyoon langsung menghampiri Rowoon yang sudah menunggunya di luar. Dia tidak tahu dia akan di bawa kemana, tapi yang pasti dia sangat senang saat ini. Karena dia bisa membantu teman sekelasnya agar terhindar dari hukuman guru Park.
**
Hyeyoon POVAku melirik pria-pria yang ada di depanku. Baiklah ku ralat, memang tadi aku sangat bahagia saat Rowoon mau mengajakku pergi dengannya tapi saat sampai disini sama saja aku kembali mempermalukan diriku sendiri. Aku ingin pergi hanya saja tubuhku tidak mau bekerja sama denganku.
Mereka semua adalah anggota Sf9, lengkap, sembilan pria tampan. Aku terdiam memandangi buku-buku yang ada di depanku. Yang aku bawa tadi. Mereka sekarang asik menjawab pertanyaan yang ada di buku itu sedangkan Rowoon hanya duduk sambil membaca koran. Sesekali dia juga membantu teman-temannya.
Apa yang harus aku jawab? Aku tidak tahu sama sekali. Mereka dengan santainya menjawab pertanyaan yang ada. Jika begini lebih baik aku menolak saja ajakan Rowoon tadi.
"Aku benar-benar tidak menyangka Seokwoo mau mengajakmu kemari" ucap Zuho dengan senyuman itu lagi. Senyuman yang membuatku merasa seperti orang yang sangat berbeda dari mereka semua.
"Aku sudah selesai. " Taeyang menutup bukunya. Begitupula dengan yang lain. Tidak butuh waktu 3 jam, mereka sudah menyelesaikan kegiatan belajar bersama.
Aku menatap Rowoon, memberikan kode agar pria itu mau membantunya dari kejahilan teman-temannya yang sedari tadi mengintip bukuku yang masih bersih. Tapi sayangnya pria itu langsung mengalihkan pandangannya setelah dia melihatku sebentar.
"Seokwoo-ya seharusnya kau mengajari gadismu ini, jangan hanya sibuk dengan duniamu sendiri" ucap Inseong - pria berambut pirang yang pernah bertemu denganku di warung milik ayah.
"Gadismu sudah kesusahan, kau malah santai saja" sambung Dawon.
Aku sudah mengetahui semua nama mereka. Saat aku datang tadi, mereka langsung ternyesum ke arahku sambil memperkenalkan diri mereka satu persatu.
"Diamlah" ucap Rowoon membuat semua temannya tertawa.
Apakah mereka tidak menyadari jika jantungku ingin meledak karena gugup. Waktu terasa berjalan begitu lambat disaat aku menginginkan sebaliknya. Aku ingin segera pulang. Aku tidak sanggup lagi dijadikan bahan candaan oleh mereka. Aku malu.
"Aku lapar. Siapa yang mau ikut denganku?" tanya Chani sambil memegang perutnya.
"Kalian pergilah, aku mau pulang" ucap Rowoon lalu meletakkan koran yang dibacanya tadi kembali ke tempatnya.
"Kenapa cepat sekali? "
"Aku ingin istirahat di rumah. Aku sudah mulai mengantuk " Aku merapikan buku-buku, setelah itu memasukkannya ke dalam tas. Mengikuti Rowoon yang sudah berada di dekat pintu. Aku membungkukkan tubuhku, pamit kepada mereka. Untunglah, akhirnya aku bisa pergi dari tempat ini.
"Mulai besok, belajarnya di kamarmu saja" ucap Rowoon lebih terdengar bisikan karena suaranya yang sangat pelan.
Jantungku mulai tidak karuan lagi. Pikiranku mulai muncul imajinasi. Walaupun aku sangat tahu apa yang aku pikirkan saat ini tidak akan pernah terjadi. Sampai kapanpun.
***
Gimana? Makin kacau nggak?Aku harap kalian suka. Jangan lupa vote dan komen ya, kalau ada kritik atau saran, boleh kok.
See you next time...
Love you all 💕💕
23 Mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
You're The Only One
RomanceSeorang pria dengan IQ yang tinggi di tambah wajah yang tampan membuatnya menjadi pusat perhatian dimanapun dia berada. Bahkan semua kaum hawa menyukainya, termasuk Hyeyoon - gadis biasa dengan otak yang pas-pasan. Akankah pria yang menjadi cinta p...