10

559 69 18
                                    

Rowoon tidak tahu lagi bagaimana caranya mengajar gadis itu. Dia sudah menyiapkan soal-soal yang kemungkinan akan masuk dalam ujian. Dan juga sebelumnya dia sudah memberi tahu bagaimana cara menyelesaikannya. Tapi sudah berjam-jam dia menunggu, gadis itu tetap melihat bingung kertas putih yang ada di depannya.

Rowoon sudah mulai mengantuk. Seharusnya sebelum dia mengajak gadis itu untuk belajar, dia harus mencari tahu dulu metode apa yang pas agar gadis itu paham dengan apa yang dia ajarkan. Sehingga dia tidak harus berlama-lama menghabiskan waktu hanya berduaan dengan Hyeyoon.

"Kau masih belum mengerti juga? " tanya Rowoon. Ingin saat ini juga dia tidur. Tidak pernah dia bergadang hanya untuk belajar, ini pertama kalinya.

"Maaf" ucap Hyeyoon.

"Kita lanjutkan besok saja. " Rowoon berdiri membuat Hyeyoon juga berdiri. Hyeyoon sangat tahu jika pria itu sudah lelah. Ini salahnya juga, karena menyita waktu Rowoon untuk hal yang sia-sia.

Setelah Rowoon menghilang dari pandangannya, Hyeyoon kembali mencoba memahami isi bukunya. Dia juga mencoba menjawab soal berdasarkan rumus yang tercantum disana. Dia tidak ingin membuat Rowoon kembali kesal padanya karena tidak memahami apapun.

Hyeyoon menutup bukunya. Dia menyerah. Dengan guru yang menerangkanpun dia tidak paham apalagi saat dia mencoba memahaminya sendiri. Nihil. Mungkin di dunia ini tidak ada yang sebodoh dirinya. Saking kesal dengan dirinya sendiri, Hyeyoon menarik rambutnya lalu menghempaskan kepalanya di atas tumpukan buku.

**
Kanghoon menatap ibunya yang sedari tadi tersenyum entah memikirkan apa. Dan itu membuatnya kesal. Dia berusaha mengalihkan pandangannya ke buku yang sedang di pegangnya tapi selalu gagal saat mendengar nyanyian ibunya itu. Rasanya ingin dia mendobrak pintu kamarnya - ralat, mantan pintu kamarnya karena sekarang sudah menjadi milih Hyeyoon. Dia ingin menumpahkan kekesalannya kepada gadis itu.

"Eomma, berhentilah." ucap Kanghoon menatap ibunya yang sedang tersenyum lebar sambil meletakkan piring yang sudah berisikan berbagai macam buah di depannya.

"Sejak kapan cara bicaramu tidak sopan seperti itu Kanghoon-a? Kau ingin eomma menjahit mulutmu itu biar kau tidak bisa berbicara lagi? " tanya ibunya dengan nada yang tidak kalah sinis dari Kanghoon.

"Maaf" gumam Kanghoon membuat ibunya kembali tersenyum.

"Itu baru anakku" Kanghoon hanya pasrah mendapatkan perlakuan dari ibunya. Walaupun dia harus merelakan tatanan rambutnya yang rapi menjadi berantakan.

"Aku sangat bahagia. Kau tahu saat ini Hyung dan Hyeyoon Noona sedang berduaan di dalam kamar? "

Kanghoon memutar matanya. Malas mendengar curhatan ibunya. Tentu saja dia tahu, di depan matanya lah dia melihat hyungnya masuk kedalam kamar gadis itu. Padahal dia juga ingin belajar dengan hyungnya karena ada tugas yang dia tidak pahami. Tapi karena gadis itu dia terpaksa mengalah. Jika tidak mungkin dia akan kembali kejar kejaran dengan ibunya.

"Aku penasaran apa yang mereka lakukan" ucap ibunya sambil membayangkan sesuatu.

Baiklah, sepertinya Kanghoon tahu apa yang sedari tadi ibunya pikirkan sampai membuat wanita itu tersenyum begitu lebar. Kanghoon heran sebenarnya apa daya tarik gadis yang bernama Kim Hyeyoon itu sampai membuat ibunya bersikeras untuk membuat gadis itu dan hyungnya bersatu. Padahal, dari apa yang Kanghoon lihat, gadis itu tidak memiliki nilai plus apapun. Cantik, lebih cantik gadis-gadis yang sekelas dengan hyungnya - Kanghoon tidak sengaja bertemu mereka saat ingin menemui hyungnya karena suatu hal. Pintar, jangan ditanya, gadis itu bahkan tidak memiliki otak di kepalanya.

"Tidak terjadi apapun. Mereka hanya belajar" ucap Kanghoon lalu memakan buah yang sudah disiapkan ibunya tadi.

"Kau masih kecil jadi kau tidak akan paham"

You're The Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang