8

584 65 7
                                    

Hyeyoon melepaskan jaket yang sedari tadi melindungi tubuhnya dari hawa dingin. Lalu memandangi jaket itu dengan mata yang bebinar. Seakan sedang melihat hadiah mewah yang baru saja dia dapatkan.

Hyeyoon sangat bahagia. Apalagi saat mengingat bagaimana Rowoon yang memberikan jaketnya pada Hyeyoon. Dia tidak pernah menyangka hal ini akan menjadi kenyataan. Dan juga jarak antara mereka, mungkin tubuhnya dan Rowoon hanya terpisah 1cm saja. Benar-benar hal yang tidak terduga tapi terasa sangat indah.

Hyeyoon meletakkan jaket itu di lemarinya. Setelah puas memandang, dia kembali menutup pintu lemari. Rasa lelahnya hari ini sudah tergantikan dengan perasaan bahagia. Hyeyoon mengambil ponsel dari tasnya, dia ingin menandai hari ini sebagai salah satu hari yang terbaik di kalendernya. Bahkan sedari tadi senyuman terus menghiasi wajahnya.

Gadis itu memilih untuk merebahkan tubuhnya di atas kasur saat menyadari bahwa sekarang sudah tengah malam. Menatap langit-langit kamarnya yang bewaran putih. Matanya yang indah mulai tertutup. Berusaha untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. Tidak butuh waktu lama baginya untuk masuk ke alam mimpi.

**
Lelah. Itulah yang saat ini Rowoon rasakan. Selama tiga hari dia selalu tidur larut malam. Itu semua karena keinginan ibunya yang terus memaksanya untuk menjemput Hyeyoon. Bayangkan saja setiap malam dia harus menunggu selama berjam-jam di luar padahal cuaca saat malam hari itu sangat dingin. Dia tidak tahu kenapa jam pulang gadis itu selalu tidak pasti. Padahal dia dan teman-teman sekelasnya sudah di perbolehkan pulang jam 9. Sesuai dengan peraturan yang ditetapkan.

"Aku iri padamu" Rowoon mengalihkan pandangannya ke Taeyang yang sedang duduk di sampingnya.

"Wajahmu yang kusut saja bisa membuat semua wanita menyukaimu"

Rowoon lebih memilih untuk mengabaikan ucapan temannya itu. Jangan salahkan dirinya yang menjadi perhatian semua wanita. Diapun sebenarnya tidak mau hal itu terjadi karena menurutnya sangat mengganggu.

Merasa di abaikan oleh Rowoon, Taeyang kembali menikmati makanan yang ada di depannya. Susah sekali mencari perhatian temannya itu. Padahal mereka kenal bukan satu atau dua tahun, tapi sudah enam tahun. Dan dia juga heran dengan dirinya sendiri, kenapa tetap mau berteman dengan Rowoon yang jelas-jelas tidak punya warna dalam kehidupannya. Apakah orang yang pintar selalu seperti itu? Tapi adiknya yang juga pintar masih bisa tersenyum atau di ajak bercanda.

"Aku ada berita hangat untuk kalian" ucap Chani lalu memilih duduk di depan Rowoon. Diikuti Hwiyoung dan Zuho yang hanya tersenyum menyapa teman-temannya.

"Apa? " tanya Taeyang. Dia bersyukur, akhirnya Chani dan Hwiyoung datang. Jika tidak sampai bel masuk nanti dia hanya akan merasa berbicara dengan tembok.

"Kau tahu, kelas 3-6 dari tiga hari yang lalu selalu kena ceramah oleh guru. Aku baru kali ini melihat guru sebenci itu dengan muridnya. Dan tadi aku tidak sengaja mendengar bahwa kelas itu di beri tantangan." jelas Chani takjub. Dia merasa beruntung, otaknya walaupun tidak sehebat Rowoon untuk mengingat ataupun memahami sesuatu setidaknya dia masih digolongkan orang yang pintar.

"Benarkah? Tantangan apa? " tanya Taeyang dengan wajah yang sangat antusias.

"Tidak tahu, kami tidak terlalu mendengarnya. Tapi yang jelas tantangan itu akan sangat mengerikan" jawab Hwiyoung.

"Siapa yang memberikan tantangannya? "

"Park Ssaem" Zuho yang sedari tadi diam, ikut berbicara. Mendengar nama itu saja sudah membuat Taeyang merinding. Guru yang paling ditakuti di seluruh sudut sekolah. Guru itu sering di bilang pilih kasih, selalu memuji siswa nya yang berprestasi dan selalu menghina siswanya yang tidak sesuai dengan keinginannya.

You're The Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang