2. Hanya Orang Asing

68.7K 4.2K 228
                                    

"Lama tidak bertemu, Tuan Alger" ucap gadis ini sambil mengulurkan tangannya dengan senyuman yang merekah sempurna. Senyuman yang menyembunyikan ketakutannya akan masa lalu.

"Lo? Lo kenapa balik ke Indonesia?Harusnya Lo pulang pas udah menyelesaikan kuliah Lo disana! Kenapa Lo ada disini?" tanya Rivan terkejut. Ia tidak menanggapi uluran tangan Airin.

Gadis ini tersenyum hangat melihat sahabat kecilnya ini sudah berubah. Namun Airin tidak mempermasalahkan hal ini. Dia pun banyak berubah.

"Gue disuruh Ayah sama Papa sekolah disini selama 1 tahun, terus pas lulus gue balik lagi ke Aussie buat kuliah. Gue juga bakal diajarin Ayah sebagai CEO muda perusahaan. Oh ya! Lo juga pasti disuruh Papa kekantor buat memberi pelajaran dasar buat Lo" ujar Airin.

"Ups! Keknya Lo harus belajar sama gue nih! Soalnya Lo gak ada tampang-tampang jadi CEO bareng gue! Oh ya Lo kan main-main mulu sama cewek makanya bego!" ujar Airin menekan kata 'bego'.

"Lo udah berubah, Rin" ujar Rivan dengan nada sendu dan kecewa.

Airin mendengus sebal dan tidak percaya dengan yang dikatakan Rivan."Gue masih seorang gadis kompeten yang berubah karena Lo! Karena seorang laki-laki yang pernah ku sayangi dulu, Namun...Dia berubah!" ujarnya tersenyum miris. Rivan terbungkam dibuatnya.

"Lo gak sadar sama perbuatan lo!? Hah!?" kesal Rivan.

"Oh ya, masih bisa Lo nunjukin muka Lo ke gue? Dasar gak tau diri!" Rivan tersenyum miring.

"Gue gak tau diri?" Airin tersenyum miris. "Tapi Lo yang tinggal di rumah 'orang yang gak tau diri ini' sebutannya apa dong?" Airin tertawa sumbang.

Rivan tak dapat berkata-kata. Lidahnya kelu untuk mengucapkan sepatah kata apapun.

"Gue mau nanya satu hal sama Lo dan Lo harus jawab dengan jujur!" Rivan mengernyitkan dahinya tanda ia bingung kemudian ia menaikan satu alisnya.

Airin tersenyum getir.
"Lo gak kangen gitu sama gue? Udah berapa tahun kita gak bertemu? Kurang lebih 10 tahun dan Lo gak ada niatan nanya kabar gue? Sebegitu bencinya Lo sama gue?"

"Iya! Gue benci Lo! Gue benci Lo yang balik kesini! Lo gak lupa kan hal yang membuat gue benci sama Lo?"

Airin kembali tersenyum getir. Cukup! Ia tidak tahan. Airin segera meninggalkan Rivan yang mematung di kamarnya.

Rivan hanya memandangi punggung Airin sampai akhirnya menghilang.

Maafkan gue Rin, hubungan kita cukup kayak gini aja. Gue tau kejadian masa lalu bukan kesalahan lo

***

Sarapan pagi ini hanya diselimuti keheningan. Hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang menghiasi indera pendengaran.

Sampai suara Karin memecah keheningan.

"Rin, kamu sekolah di SMA ALGER aja ya nak? Udah bunda suruh om Allard kan yang punya sekolah kakeknya Rivan."

Airin hanya diam membeku. Ia membayangkan satu sekolah dengan Rivan. Ah, memuakkan.

"Terserah bunda sama ayah aja. Airin cuma ikutin aja" kata Airin.

"Oh ya Van, hari ini kan weekend ajakin Airin jalan-jalan!" titah Sanjaya.

"Iya, yah" terima Rivan dengan sedikit dongkol.

"Tapi yah Airin bisa kok jalan-jalan sendiri" ujarnya meyakinkan ayahnya.

"Musuh ayah banyak Rin! Banyak orang diluar sana yang mencari kelemahan ayah buat hancurin bisnis kita. Ayah gak mau perusahaan yang ayah buat dari dulu hancur cuma gara-gara kamu!" ujar Sanjaya ketus.

Welcome Back, Tunanganku! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang