40. Keraguan

24.3K 1.4K 12
                                    

Keputusan Airin untuk tidak melaporkan Raka ke polisi tentu saja ditentang keras. Setelah Elisha pergi, Rivan dan Chelsea terlihat keberadaan dengan keputusan Airin yang bisa saja akan membahayakan Airin lagi.

"Kalian mikir apa, sih? Aku aja biasa-biasa aja." ujar Airin berusaha tetap tenang. Padahal sejujurnya Airin selalu ingin berteriak kalau mereka menyebut nama 'Raka' di hadapan Airin

"Tapi, Rin--"

"Cukup! Keputusan gue udah bulat. Mending kalian ke luar. Gue pengen sendiri." ujar Airin dingin pasalnya kalau dibaik-baikin mereka itu gak paham. Airin sudah muak, melihat respon yang tidak mengenakkan, mereka semua memutuskan untuk memberi Airin waktu untuk sendiri.

Memberikan gadis itu ruang dan waktu adalah pilihan terbaik saat ini, pikir mereka.

Kalau boleh jujur, Airin bingung dengan hubungan dirinya dan Rivan. Kalau dilihat-lihat, tidak ada perjuangan di hubungan mereka. Airin bahkan tidak merasa melakukan hal yang lebih untuk memperbaikinya. Apalagi Rivan, ia bagai lelaki pengecut yang selalu menghindar. Hanya beberapa pertengkaran dan tangisan.

Tanpa sadar Airin tertawa renyah, bahkan hubungan mereka terjalin karena ada kata 'Pertunangan'. Mungkin itu sebabnya hubungan mereka perlahan membaik. Airin bahkan tidak berpikir sampai situ.

Hubungan mereka terlalu kaku. Bahkan cenderung terlihat dipaksakan. Airin baru saja menyadari hal itu sekarang. Tidak ada yang begitu spesial hingga saat ini membuat gadis 17 tahun itu mulai meragukan semuanya.

Apakah ini benar-benar cinta sejatinya?

Terkesan alay, tapi Airin perlu mencari jawaban dari semua permasalahan yang ada. Ia bingung sekarang, ini realita atau kebohongan belaka?

Melihat banyaknya cewek yang dekat dengan Rivan membuat Airin juga berpikir. Bagaimana mungkin Rivan menyukai dirinya yang notabenenya baru beberapa bulan disini?

Bahkan Elisha, salah satu sahabatnya pernah berpacaran singkat dengan pemuda itu. Airin tidak cemburu, serius. Elisha bukan orang yang menusuk dari belakang. Ia juga tidak pernah menganggap serius suatu hubungan. Dan dari rumor yang beredar juga Elisha menyukai seorang junior dan itu bukan Rivan.

Airin memejamkan matanya. Terlalu banyak permasalahan membuatnya semakin pusing.

***

Ruangan ini diisi suara gelak tawa sahabat-sahabat mereka berdua. Setelah Bunda pamit pulang untuk menyiapkan beberapa keperluan, mereka datang kembali untuk menjenguk Airin.

Suasana hati Airin masih saja buruk tetapi ia tidak ingin memperlihatkan kekhawatiran nya itu didepan teman-teman nya.

"Lo kapan sekolah lagi, Rin?" tanya Oliv membuat Airin terkekeh kecil. "Untuk beberapa hari kedepan kayaknya enggak. Gue mau fokus terapi dan ngunjungin psikolog dulu."

Chelsea ikut terkekeh, "Kasian Audy, dia duduk sama Memed anak yang suka ngupil itu." ujarnya membuat Audy cemberut.

"Diem Lo!"

Rivan yang melihat Airin tersenyum diam-diam menghela nafas lega. Dalam lubuk hati terdalam, Rivan sangat ingin bertanya bagaimana empat hari di sana. Namun Rivan tidak ingin Airin kembali memikirkan Raka dan membuat psikis gadis itu semakin terganggu.

Menelan segala keingintahuan, Rivan mengelus lembut rambut Airin membuat gadis itu tersenyum kaget. "Lo gak apa-apa?"

Daffa memberi isyarat untuk keluar dari kamar VVIP tersebut tetapi Adel cs terlihat tidak ingin membuat para lelaki angkat tangan dan menyeret satu persatu gadis itu.

Welcome Back, Tunanganku! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang