53. Kecurigaan Sanjaya

22.1K 1.3K 33
                                    

Airin tiba di rumahnya pukul 09.15 WIB. Gadis itu memutuskan untuk tidak sekolah hari ini. Dengan langkah gontai ia berusaha tersenyum didepan Bunda Karin dan segera pergi ke kamarnya. Nafasnya terdengar berat ditambah dengan tubuhnya yang lemas. Sepertinya efek kelelahan sedasyat ini hingga kepalanya terus berdenyut dan gadis itu merasakan mual yang melandanya.

Dengan tidak bersemangatnya, Airin duduk di depan meja rias. Ditatapnya ujung bibirnya sebelah kiri dan pipinya yang membengkak. Airin tersenyum miris.

See? Ini bukan cinta.

Hanya rasa yang dipaksakan kepada tunangan.

Benarkah itu, Rivan? Airin merasa bodoh sekarang, tunangannya sendiri lebih mempercayai gad——ah, tidak. Maksud Airin 'Pacar' Rivan. Jadi, selama bertahun-tahun Rivan ternyata memiliki nama orang lain dihatinya.

Airin tidak marah saat tau Rivan mengencani banyak wanita diluar sana, karena Airin tau... mereka tidak lebih dari pelampiasan saja. Pemuda seperti Rivan memiliki banyak rencana-rencananya sendiri.

Paling lama pacaran paling hanya beberapa bulan, 'kan? Mereka hanya sekedar tempat bermain-main. Hanya itu... tidak lebih. Tapi mengapa? Mengapa Rivan harus menyelingkuhi dirinya selama 3 tahun lamanya?

Apa ikatan perjodohan ini tidak berarti apa-apa? Ini semua hanya palsu dan tidak perlu dipikirkan? Baru saja masalah Raka selesai, mengapa sekarang ada masalah lagi? Hingga sekarang, Airin belum pergi menjenguk Raka yang sedang direhab. Karena apa? Airin masih tidak sanggup menerima kenyataan dan mengingat masa lalu.

"Pada akhirnya gue yang tersisihkan." gumamnya sambil tersenyum mengejek.

Gadis itu mengambil salep di laci meja rias itu dan mengolesinya perlahan dengan sedikit meringis. Tak lama ketukan demi ketukan membuat Airin yang masih bercermin segera mengalihkan atensinya.

Airin menghela nafas lalu membukakan pintu. Ia melihat asisten rumah tangganya yang sedang berdiri dihadapannya.

"Ada apa, Bi?" tanya Airin tanpa mengurangi kesopanannya pada Bibi berusia sekitar 40 tahun itu. Walaupun sedang tidak bersemangat, ia harus memperlakukan orang lain dengan baik. Paling tidak... jangan melampiaskan amarah pada orang lain terlebih orang yang lebih tua.

"Tuan Sanjaya meminta anda untuk pergi ke ruang kerja." ujar Bibi tersebut sopan sambil tersenyum. Airin menaikan satu alisnya.

"Ayah gak kerja?" gumamnya sebelum pergi ke ruang kerja ayahnya. Beberapa menit kemudian, gadis yang sedang memakai pakaian santai itu sudah berada didepan pintu.

Dengan perlahan, ia memutar knop pintu itu dan menemukan Sanjaya yang duduk di kursinya sambil berkutak dengan dokumen-dokumen yang menumpuk.

Gadis itu langsung berwajah datar agar saat ayahnya menatapnya. Airin duduk di sofa dan bersikap sewajarnya agar tidak terlihat terintimidasi oleh tatapan tajam ayahnya itu.

"Apa yang kamu ketahui tentang dia?" tanya Sanjaya membuat Airin menarik senyumnya miring.

"Dia? 'Dia' itu siapa?" tanya Airin mencoba memancing ayahnya. Sanjaya hanya diam, namun tatapannya semakin dingin tetapi tidak membuat Airin gentar.

"Jawab saja, Viona Airin!"

Airin mendengus dalam hati walaupun terlihat tidak sopan. "Dia pulang ke Indonesia." jawab Airin singkat mengundang kekehan mengejek dari Sanjaya.

"Mengapa dia pulang?"

Airin mengerutkan keningnya, "Mengapa bertanya seperti itu? Itu bagus jika dia pulang. Mengapa? Ayah mau membuangnya seperti membuangku? Maaf sebelumnya, tetapi ayah tidak memiliki hak untuk itu." Airin memicingkan matanya tidak suka. Ayahnya selalu saja memiliki pemikiran yang bertolak belakang dengannya.

"Jangan banyak bicara, jawab saja. Apakah kamu tau alasannya kembali?" tanya Sanjaya kembali berusaha sabar dan tidak terpancing dengan ucapan anak perempuannya.

"Kabur. Dia bilang dia kabur."

Sanjaya tersebut sinis, "Kamu percaya?"

"Bukankah lebih baik dia kabur? Itu menguntungkan Papah Allard, bukan?" ujar Airin sambil memikirkan keningnya yang terasa makin pusing. Matanya bahkan berkunang-kunang.

Airin sedikit bingung sekarang, mengapa ayahnya terlihat mencurigai sesuatu. Airin tidak paham dan mencoba untuk mengambil kesimpulan yang ada, gadis itu terlalu pusing untuk berpikir sekarang.

"Kamu kira wanita iblis itu akan membuatnya kabur dengan mudah?"

Itu ucapan terakhir dari Sanjaya sebelum Airin berlari ke toilet karena merasa ingin muntah. Ah, tak cukup sakit jiwa sekarang tubuhnya juga sakit? Benar-benar drama kehidupan yang begitu miris.

***

Saat ini Allard sedang mengendarai mobilnya ke sebuah restoran mewah pusat kota. Lelaki paruh baya itu mengambil handphonenya dan mencari nama seseorang disana.

"Ini gue." ujarnya sambil fokus mengendarai kendaraan beroda empat itu.

"Iya, jadi gimana?"

"Lagi otw nih."

"Lo merasa curiga, gak?"

"Gak, yang penting gue bisa ketemu sama dia."

"Ini aneh, Lard. Coba lo pikir dengan logika."

"Gak ada yang aneh, Sanjaya. Lo aja yang over thinking."

"Deng——"

Allard segera mematikan sambungan telepon itu dan kembali fokus pada menyetirnya. Lelaki itu sedikit kesal karena Sanjaya begitu menaruh curiga dan merasa kalau tidak ada yang beres.

Padahal... ini adalah keadaan yang menguntungkan baginya.

Setelah beberapa menit mengendarai mobil ini, akhirnya Allard telah sampai ke tujuannya. Dengan cepat ia mencari sebuah ruangan private yang sudah ia pesan sebelumnya.

Senyum lelaki paruh baya itu mengembang saat seseorang yang sudah lama tidak ia lihat sedang duduk di kursi meja makan dan langsung berdiri sambil menyunggingkan senyumnya.

"Long time no see, my son."

Welcome Back, Tunanganku! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang