81. Kalimat Elisha Pembuka Hati

17.1K 1.3K 108
                                    

Up lebih cepat karena takutnya nggak bisa up besok. Weekend selalu membuat saya sibuk.

Kalau alurnya nggak nyambung raya banyak typo mohon maaf. Saya selalu hilang mood kalau menuju weekend kayak sekarang.

Banyak tugas sekolah dan tugas rumah. Maklum saya masih sekolah dan baru kelas 10. Jadi jangan panggil 'kak' ya?  Panggil Wiwi atau Wid aja dah. Oke?

Airin menatap langit lalu mengalihkan atensinya pada sekitarnya yang tampak gelap dan dingin. "Sinar bulan ketutupan awan. Kita nggak bisa jalan di semak-semak ini. Gue takut kalau kita ketemu hewan melata."

"Gue mending ketemu Biawak daripada Ular." sahut Melody berbisik. "Kenapa kayak gitu?" tanya Airin membalas, ia hanya harus membuat percakapan agar gadis ini tidak pingsan tiba-tiba dan membuat Airin semakin kesusahan.

"Pas camping tahun lalu, gue ketemu Biawak gede tapi Biawaknya langsung lari."

"Jangan bahas Biawak, lah. Parno gue jadinya."

"Yakin kita aman kalau jalan di jalan?" Melody mengeratkan pelukannya pada Airin, dinginnya malam ditambah pakaian mereka yang basah karena keringat dingin membuat tubuh mereka dingin.

"Lo mau mati keracunan bisa Ular?" hardik Airin. "Tapi manusia lebih menakutkan dari hewan, Rin."

"Kayaknya aman aja, nih. Kaki lo nggak gatal dan perih karena kena rumput?"

Airin memapah tubuh Melody dengan hati-hati. Jantungnya berdebar tidak karuan saat sudah keluar dari semak-semak itu. Ia menatap sekeliling dengan khawatir.

"Kalau kita tetap jalan emang ketemu jalan raya? Gue ragu banget kita selamat, Rin." Suara Melody tampak bergetar, Airin tau kalau gadis itu berusaha menahan tangisnya.

"Jangan putus asa dulu." Mungkin Airin terlihat begitu pantang menyerah didepan Melody, tapi itu tidaklah benar. Tubuhnya bergetar hebat dan ia merasa akan mati setiap detiknya ditempat asing ini.

Perutnya beberapa kali kram namun Airin hanya bisa menggigit bibir bawahnya agar tidak keluar suara erangan kesakitan. Airin ingin istirahat tapi ia tidak yakin kalau hal itu diperlukan sekarang.

Airin meneguk salivanya. Tenggorokannya terasa kering."Maaf ... gara-gara rencana gue yang gagal, lo ikut kebawa kesini." Benar-benar penyesalan yang terlambat. Rencana yang mereka diskusikan sebelumnya memanglah bagus, tapi Airin terlalu menganggap kecil Mysha.

Ia kira, setelah menjebak wanita itu dengan beberapa kata, ia akan mendapatkan sebuah bukti kuat. Tetapi apa? Ia yang terjebak saat ini. Miris memang.

Melody hanya diam beberapa detik sebelum berkata, "Kiamat ... dunia kiamat. Lo minta maaf sama gue?" Gadis itu terkekeh pelan.

"Anj---"

Saat Airin ingin membalas perkataan Melody, suara seorang laki-laki membuat gadis itu langsung menarik Melody dan berlari kencang tanpa menoleh kebelakang sedikitpun.

Nafas Airin memburu, tangan kirinya ia gunakan untuk menarik Melody dan tangan kanannya memegang perutnya yang semakin sakit saja.

"Rin, kalau kita sembunyi kesemak-semak sekarang nggak keburu." bisik Melody saat gadis disampingnya ini menarik tubuhnya kearah lebatnya pepohonan dan semak belukar.

"Satu-satunya cara biar terhindar dari Kucing ... kita hanya bisa sembunyi dilubang Tikus." ujar Airin lalu secara perlahan kaki mereka menginjak sesuatu yang tajam dan tubuh mereka tergores tajamnya ilalang.

Airin mengernyitkan dahinya saat tanah yang ia pijak menjadi lembab dan basah membuat mereka kesulitan berlari.

"Mel, naik keatas pohon!"

Welcome Back, Tunanganku! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang