58. Ancaman

18.9K 1.2K 7
                                    

"Setiap orang punya sifat yang berbeda-beda, bukan? Gue juga... lo tau bagaimana gue." kata Elisha sambil tersenyum tipis.

"Itu benar, tapi gue gak bisa ngebiarin ini jalan begitu aja." jawab Airin mengalihkan pandangan.

Elisha menampilkan wajah santai. "Hm. Tapi kalau lo meletakkan batu di sungai yang punya arus air, lo tau kalau---"

"---gue tau. Gue sanggup nanggung semua konsekuensi." potong Airin mantap.

"Kita liat tanggal main, Rin. Salah langkah lo bisa jatuh dan gak akan bisa kembali." peringat Elisha tapi wajahnya masih terlihat tenang.

"Gue gak bisa nunggu lebih lama, hanya lo satu-satunya yang dapat gue percaya."

Elisha tersenyum miring, ia tau arah pembicaraan ini pada akhirnya. "So?"

"Gue bisa minta tolong?" pinta Airin kepada Elisha. Saat ini mereka sedang ada dikediaman Elisha yang sepi dan tenang. Elisha menganggguk sambil meletakkan gelas winenya dengan tenang pada meja.

Airin menggelengkan kepalanya melihat kebiasaan minum gadis itu. Airin dapat melihat Elisha tersenyum sinis.

"Tentang Mysha?" tebak Elisha sambil menuangkan wine kedalam gelasnya. Airin menghela nafas panjang, "Ya, tentang wanita ular itu. Gue mau tau dia ada dimana."

Elisha mengangguk kecil lalu menatap Airin dan menyodorkan sebuah flashdisk. "Sebelumnya coba lo lihat ini."

"Setidaknya hanya ini yang bisa gue kasih buat lo."

***

Airin mengambil handphonenya dan mencari kontak seseorang. Setelah beberapa menit menunggu tersambung akhirnya orang yang ditunggu mengangkat teleponnya juga.

"Halo?" terdengar suara pemuda disebrang sana membuat Airin membuka suaranya.

"Revin, bisa kita bicara?" tanya Airin to the point karena gadis itu harus memastikan sesuatu sekarang.

"Of course, atur jadwalnya, gue bakal datang."

"Gue kirim alamat lewat chat." ujar Airin lalu mematikan sambungan telepon itu. Airin menoleh ke kanan, di sana terlihat Elisha masih duduk anggun sambil meminum winenya.

"Minum mulu." cibir Airin membuat Elisha terkekeh.

"Gue lebih sering minum teh, Airin. Kayak pertemuan pertama kita." jawab Elisha membantah cibiran Airin sebelumnya.

"Iya, ya? Pertemuan pertama kita pas malam itu bukan? Terus lo ngundang gue minum teh." kata Airin ikut terkekeh.

"Eh, terus kenapa lo sekarang sering minum wine?" sambung Airin penasaran.

"Topik yang kita bahas berat, gak asik cuma minum teh. Udah! Kembali ke topik, gimana dia mau?" tanya Elisha, Airin menganggguk kecil.

"Semoga saja kita salah." gumam Airin. Elisha yang mendengarnya tertawa geli. "Semoga benar." ujarnya membuat Airin mendelik tidak suka.

"Ngaco lo!"

"Gue lama gak liat pertunjukan," sahutnya lalu tersenyum miring.

***

Jika kalian menebak kalau aku menemui Revin maka kalian benar. Ada alasan membuatku melakukan itu, terlebih aku juga mencurigai pemuda yang memiliki wajah yang sama persis dengan Rivan.

Welcome Back, Tunanganku! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang