73. Putus

18.8K 1.1K 2
                                    

Seorang gadis tampak terikat disebuah tiang atau pilar besar. Matanya terpejam dan tubuhnya tampak tidak bergerak. Ada empat orang laki-laki bertubuh besar yang tampak menjaga gadis itu. Mereka duduk sambik memperhatikan gadis yang sedari tadi pingsan itu.

Gadis itu ... Airin, ia sedang mengutuki orang-orang itu karena tidak kunjung pergi. Sedari tadi, ia telah memejamkan matanya. Jika kalian pikir gadis itu pingsan sebelumnya maka kalian salah besar.

Kepala sampai leher memang sakit, tapi gadis itu masih bisa mempertahankan kesadarakan. Entah dibawa ke mana, Airin tau kalau yang ada disampingnya ini adalah anak buah Mysha. Airin menghela nafas, mana lehernya sakit sekali.

"Mata gadis itu gerak-gerak, njir."

Mendengar suara berat pria itu membuat Airin sedikit kaget karena diperhatikan. "Eh, udah bangun itumah."

Mampus!

Airin menghela nafas lalu membuka matanya secara perlahan. Tak jauh darinya ada beberapa pria berumur mungkin ... 30 tahun-an sedang menatapnya.

"Ha-hai tampan," sapa Airin tersenyum kikuk. Sialan, ia harus kembali berakting kalau ia tidak merasa terintimidasi sedikit pun.

Keempat orang itu saling tatap karena bingung lalu menatap Airin. "Kita salah tangkap orang keknya, bos." ujar salah satu pria yang berambut gondrong membuat Airin memiringkan kepalanya bingung.

Lah? Salah tangkap orang gimana pula ...

Pria yang memiliki kepala plontos itu mengangguk. "Kata nyonya bos kita menculik cewek kalem dan anggun kek putri bangsawan kok yang kita tangkap modelan gini, sih?" ujarnya menatap Airin jijik membuat Airin mendengus kesal.

Modelan gini?

"Tapi bener nih Tuan Bos, ceweknya sama kayak yang di foto."

Airin tersenyum kikuk saat keempat pria itu pergi meninggalkan dirinya sendiri. Eh!? Kok pergi, sih!? Wah, Airin baru melihat ada modelan manusia yang kabur saat digoda. Njir-njir ...

Saat ini Airin tidak melakukan penyelamatan diri sedikit pun. Untuk apa ia datang ke sini kalau kabur sekarang? Selama beberapa menit ia menunggu.

Si Mak lampir kemana sih!?

Airin kan tidak sabar memaki orang itu.

***

Seorang gadis tampak berjalan dengan pelan sambil menautkan kedua tangannya. Wajahnya tampak khawatir dan takut secara bersalaman. Jantungnya makin berpacu cepat saat melihat seorang pemuda sedang berdiri di pintu unit apartemen dirinya.

Gadis itu panik, ia langsung membalikkan badannya tetapi sebuah teriakan membuatnya membeku ditempat.

"Mikayla! Sini lo!"

Bibir gadis itu bergetar, dengan keberanian diujung jari ia membalikkan badannya dan menyunggingkan senyumnya. Dihadapannya terlihat Revin yang berjalan ke arahnya dengan wajah merah.

Mikayla memejamkan matanya saat Revin tiba-tiba melempar sesuatu ke wajahnya. Di bukannya matanya perlahan dan ia terkekeh getir. Banyak uang seratus ribuan yang tercecer kesana kemari.

"Awal aja kalau lo buka mulut! Ini kerja sama terakhir kita!"

Ditatapnya uang-uang itu nanar. Air matanya sudah diujung bulu mata dan bibirnya sedari tadi bergetar menahan tangis. Saat ini ia diperlakukan seperti wanita murahan yang dicari saat diperlukan saja.

"Apa lo? Kurang banyak?"

Mikayla sontak menggeleng. Entah mengapa uang-uang ini menjadi hambar ditatapannya.  "Lo tau nggak, Vin. Kita paket bad sempurna banget, ya?" gadis itu terkekeh dengan bersamanya alir mata yang mengalir.

"Gue murahan dan lo brengsek." Revin mengernyit heran saat mendengar Mikayla berkata seperti itu.

"Sebelumnya ... gue mau bantu lo untuk terakhir kali ... gue ada informasi yang bisa menyelamatkan diri lo. Tapi .." Mikayla meneguk salivanya.

"Tapi, gue rasa lo nggak butuh gadis murahan kayak gue. Gue mau berterima kasih waktu lo mau menampung gue walaupun gue harus bekerja serendah ini. Nggak apa-apa, gue ikhlas demi lo."

"Oh, ya. Nanti gue bakal memberi hadiah spesial buat lo. Nantikan saja, ya?" ujar Mikayla tersenyum manis.

"Gue mau bilang ini untuk yang terakhir ... lo sana Rivan memang sama. Tapi kalian berbeda, kalian mempunyai masa lalu yang menyakitkan dan gue tau itu. Walaupun gue pernah pacaran sama Rivan dan sekarang gue pacaran sama lo, jujur gue ... suka sama lo." ujar Mikayla terkekeh dikalimat akhir.

"Kaget? Nggak apa-apa. Lo rapuh dan bikin gue kepingin selalu ada disisi lo. Walaupun gue murahan, tapi gue nggak bakalan mau membuat drama kayak gini, Vin. Lo tau, gue yang dirugikan disini. Udah jadi pelakor jahat lagi. Lo mau tau kenapa gue bertahan? Itu karena lo."

Revin tertegun tetapi ia tidak mengatakan apa-apa dan membiarkan gadis yang masih menyandang status sebagai pacarnya itu berbicara.

Mikayla mengusap wajahnya yang basah dengan air mata. "Lo terlalu terobsesi akan dendam yang membuat semua orang menjauhi lo, Vin. Ingat ... lo bukan mencampakkan gue tetapi gue yang mencampakkan lo. Dan sekarang kita bukan apa-apa lagi karena gue tau lo memacari gue karena perlu gue bukan? Gue gak sebodoh itu, Vin."

"Walaupun gue suka sama lo, bukan berarti gue akan berpihak sama lo selamanya. Mungkin iya, tetapi itu beberapa menit yang lalu ... dan gue sekarang sadar kau nggak seharusnya gue selaku merendahkan diri didepan lo."

"Lo ngerti maksud gue? Gue cuma bakalan memilih untuk menonton atau ikut bermain di kubu berbeda." ujarnya lalu meninggalkan Revin yang masih membeku.

Mikayla menutup pintu apartemennya lalu detik itu juga air matanya kembali luruh. Ia kalah, ia kalah dengan perasaannya sendiri.

Dengan tubuh bergetar, ia megambil handphonenya dan mencari kontak seseorang.

"Gue memilih ikut bermain di kubu kebenaran."

Maaf, Vin. Bukannya gue gak sayang sama lo, tetapi lo udah kelewatan.

***

Disebuah ruangan tampak seorang wanita yang melihat foto-foto disebuah album usang.

"Anak lo emang penurut, gue suka." ujarnya menyeringai.

"Nyonya bos," panggil seseorang tiba-tiba membuat wanita itu menoleh dengan anggun. Ia menutup kembali album itu dan menatap seorang pria dengan kepala plontos.

"Nona itu sudah sadar, apa yang harus saya lakukan?"

Wanita itu tersenyum misterius, "Tidak ada, keluarlah!" ujarnya membuat pria tadi mengangguk dan pergi.

Wanita tadi kembali membuka album usang itu dan menatap sebuah foto gadis kecil yang tersenyum. "Cantik ... tetapi terakhir dari rahim pembunuh."

Welcome Back, Tunanganku! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang