47. Kafe

16.8K 1.2K 60
                                    

"Feeling gue gak enak." ujar Airin, bahkan ia tidak menghabiskan makanannya dengan hanya menatap piring tersebut dengan sendunya.

"Kabar buruknya, lusa Mikayla-Mikayla itu sekolah di sekolah kita." kata Elisha membuat mata Airin membola karena kaget.

"Besok!?"

Elisha mengangguk sambil bergumam.

"Sialan, gercep amat, ya?" jawaban Airin mengundang gelak tawa dari Elisha. Gadis itu mengusap ujung matanya yang berair.

"Memang, kalau lama-lama semuanya bakal kacau, pikirnya." ujar Elisha.

"Menurut gue besok si Mikayka itu bakalan beraksi." ujar Airin. Airin telah memikirkan beberapa kemungkinan besar yang mungkin saja terjadi yaitu Mikayla datang menemui Rivan secara tiba-tiba besok hari atau memberi kejutan tentang kehadirannya di sekolah nanti.

"Menurut lo dia bakalan pakai opsi ke berapa?" tanya Airin membuat Elisha berpikir sejenak. "Dilihat dari Mikayla yang gercep amat, ada kemungkinan besok dia memunculkan diri."

Airin tersenyum sinis, "Berarti kita besok nyusun strategi gimana bisa dekat-dekat dengan Rivan."

Elisha menggeleng. "Kita mantau dari jauh, Rin. Kalau di sana ada lo dan dia takutnya semuanya bakalan gak terkendali."

Airin memikirkan ucapan Elisha yang ada benarnya untuk dilakukan. Ia juga perlu melihat bagaimana sikap Rivan saat melihat gadis bernama Mikayla itu. Kalau ada Airin, otomatis canggung, 'bukan? Lagipula poin pertama yang harus ia lihat adalah bagaimana Rivan menghadapi hal itu esok hari.

"Gue lebih milih dia datang besok." ujar Elisha santai membuat Airin membola mata pasalnya Airin tidak ingin perempuan mana saja datang di kehidupannya dan Rivan.

"Gue gak ngerti." jawab Airin terdengar malas. Elisha terkekeh.

"Kalau Mikayla pakai aksi kenalan di sekolah otomatis semua orang tau, Rin. Kalau besok, ada kemungkinan Mikayla datang pas pulang sekolah." jawab Elisha menjelaskan dengan bijak.

"Pulang sekolah? Kalau Rivan pulang ke rumah berarti gan ada kesempatan Mikayla ketemu Rivan?"

"Terus handphone buat apa, Airin? Banyak cara Mikayla membuat Rivan keluar pas malam dan datangi Mikayla." jawab Elisha mulai frustasi karena Airin mulai bodoh akibat percintaan.

"Tapi, Mikayla gak akan ketemu Rivan kalau tempatnya sepi. Paling gak Mikayla pasti ingin membuat siswa SMA Alger tau kalau ia pacarnya." ujar Airin mengutarakan pendapatnya.

Elisha mengangguk kecil, "Tentu, bagaimanapun Mikayla gak bakalan bisa bergerak leluasa kalau hubungannya cuma backstreet. Karena alasannya adalah kembali dengan Rivan."

"Iya, lagipula gue yakin Mikayla tuh harap-harap cemas karena dia tau kalau Rivan sudah punya tunangan makanya Mikayla pengen banyak orang tau dan gosip bertebaran membuat hubungan gue goyah." ujar Airin sambil mengambil cola dan meminumnya saking gerahnya.

Elisha tersenyum, "Itu sebabnya lo juga harus main cantik."

Airin menyeringai, "Bunuh dia maksud lo." tanya Airin yang dibalas gelengan mantap oleh Elisha membuat Airin mengernyitkan dahi. Pasalnya gadis itu lebih suka mengirim orang-orang yang mengusiknya ke neraka.

"Tumben," cibir Airin sambil terkekeh kecil.

"Main cantik gak harus ngebunuh, 'kan? Makin kesini gue makin tertarik sama Mikayla-Mikayla itu. Well, lo ikuti aja alur cerita dia." jawab Elisha lalu menyesap winenya.

"Gue gak ngerti, sumpah."

"Singkatnya buat diri lo jadi peran protagonis yang tersakiti dengan begitu Rivan dan Mikayla yang yang terlihat jahat." Elisha menyeringai menatap Airin.

Welcome Back, Tunanganku! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang