88. Ada Apa Ini?

16.6K 1.1K 18
                                    

Hari sudah semakin siang dan panas, serta banyaknya keluarga-keluarga yang mulai berdatangan. Airin menatap bajunya yang sudah basah lalu tertawa bersamaan dengan Rivan.

"Nyatanya menjadi anak-anak itu menyenangkan," ujar Airin tiba-tiba. Saat ini mereka sedang duduk diatas pasir sambil menatap deburan ombak dan angin sepoi-sepoi.

Rivan menatap Airin yang pandangannya masih lurus kedepan. Lalu, ia tersenyum. "Mengapa kamu berbicara seperti itu?" tanyanya.

"Aku dewasa sebelum waktunya. Dan aku ingin menjadi seorang anak dan seorang kekasih untuk beberapa hari ini." jawabnya membuat Rivan tertegun.

Semua yang ada dimasa lalu membuat Rivan kerap kali merasakan sesak yang luar biasa. Semuanya memiliki luka yang belum sembuh, luka yang akan terus diingat sepanjang hidup.

"Hari ini aku menggunakan kelemahan ku sebagai kekuatan."

Airin menoleh, lalu menatap Rivan dengan senyuman manis. Gadis itu mengusap rambut pemuda dihadapannya dengan lembut. Rivan bahkan terbuai dengan perlakuan manis tunangannya ini.

Rivan tersenyum getir. "Topeng yang kamu pakai hari ini sudah kamu lepaskan. Begitu maksud mu, Rin?"

Senyum Airin tidak luntur, walaupun ada rasa tersinggung dihatinya. Namun, apakah perkataan Rivan dapat disangkal? Tidak, itulah kebenarannya. Kembali ke Indonesia membuat Airin semakin menebalkan topeng.

Dirinya terlihat tidak tersentuh dan terlihat mandiri serta baik-baik saja dalam waktu bersamaan. Namun, Rivan juga dapat melihat sisi rapuhnya, apalagi tidak sekali dua kali Airin terlibat pertengkaran dengan Sanjaya dan Melody.

Airin mengangguk. "Sulit untuk berbohong saat ini, ini juga pilihan sulit. Tapi semua akan ada pada waktunya."

Rivan kembali mengernyitkan dahinya bingung. "Apa maksud mu?"

Airin kembali menarik ujung bibirnya. "Semuanya akan baik-baik pada waktunya. Semuanya tanpa terkecuali seperti topeng-topeng yang ku kenakan." jawabnya.

"Apa yang aku lakukan juga untuk kebaikan semuanya. Kamu tau? Aku hanya perlu ruang dan waktu."

Rivan meneguk ludahnya. "Apa ruang dan waktunya sudah cukup?" tanyanya pelan dan hati-hati.

Airin terkekeh, entah mengapa Rivan melihat sepasang mata itu berkaca-kaca. Gadis itu menggeleng. "Kalau aku bilang aku sudah mendapatkannya, maka itu salah. Nyatanya, ini tidak semudah yang kukira."

"Dan ... mungkin kamu akan mengerti semuanya nanti. Bagaimana definisi ruang dan waktu untukku yang belum kudapatkan."

***

Setelah pembicaraan ambigu beberapa waktu yang lalu, mereka memutuskan untuk membersihkan tubuh di kamar mandi umum. Sekarang sudah pukul 2 siang, dan Rivan bingung akan membawa Airin kemana lagi. Sebelumya, mereka juga sudah makan siang bersama.

"Mau kemana lagi?"

"Kita pulang dulu, aku mau membawa kamu ke suatu tempat." jawab gadis itu setelah berpikir beberapa detik.

Rivan tidak membantah, ia akan melakukan semua hal jika bersangkutan dengan Airin. Sepanjang keluar dari kawasan pantai, Rivan dikejutkan dengan pegangan tangan Airin yang semakin kuat.

"Kamu bahagia nggak?"

Pertanyaan konyol itu keluar dari mulut Airin. Rivan menghela nafas, bagaimana tidak bahagia coba saat seseorang yang kau cintai sedang menghabiskan waktu dengan dirimu?

Welcome Back, Tunanganku! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang