34. Persembunyian

23.6K 1.5K 9
                                    

Dengan cepat, Airin melompat ke arah kursi di meja makan sambil memasang kuda-kuda. Ia lalu menyerang Rendy yang paling dekat dan tampangnya yang paling lemah. Seperti dugaan sebelumnya, Rendy yang terkejut dengan serangan tiba-tiba Airin langsung jatuh tersungkur sambil memegangi wajahnya.

Raka menggeram marah, ia begitu tidak suka saat sesuatu tidak sesuai kehendaknya. "Airin!"

Airin mencoba memutar otak. Ia sudah membuat Raka marah sekarang. Ia yakin kalau Raka akan memerintahkan bodyguard terbaiknya untuk menangkap dirinya. Ayolah, Airin melakukan ini tidak untuk hal menyedihkan seperti itu.

Melakukan perlawanan terhadap Raka juga tidak mungkin. Terbukti saat kejadian malam-malam kelam sebelumnya, ia tidak banyak memberontak. Raka lebih kuat dari dugaannya.

Tidak ingin kalah lebih dini, Airin melempar piring-piring yang ada di meja saat Raka mulai mendekatinya dengan kilatan emosi yang terpancarkan.

Sebenarnya kaki Airin sudah gemetar dan akan terjatuh jika ia tidak ingat kalau seseorang pasti akan menyelamatkan nya.

Bisa kalian tebak siapa orang tersebut?

Tidak usah bermain tebak-tebakan sekarang karena yang terpenting adalah cara meloloskan diri dari cengkeraman Raka. Untungnya tempat ini sangat luas hingga memudahkan Airin untuk berlarian.

Nafas Airin memburu dengan dada yang naik turun. Ia melihat kekiri dan kekanan karena tujuan utamanya adalah celah untuk bisa keluar. Persetan dengan apapun itu. Lubang tikus pun tidak apa-apa asalkan bisa membangkitkan kobaran semangat pada gadis itu.

Airin menghela nafas saat mendengar suara langkah kaki yang terdengar begitu nyaring dan serempak. Sepertinya bodyguard Raka sudah beraksi. Tubuh Airin yang kurus memudahkan dirinya untuk masuk ke celah-celah antara lemari.

Airin meringis, ia tidak bisa bersembunyi lebih lama disini karena ia tau seluruh ruangan di dalam rumah ini terekam CCTV selain toilet. Namun pengecualian untuk toilet dan kamar mandi kamar yang Airin gunakan sebelumnya.

Sepertinya Raka sudah benar-benar tidak waras. Ia begitu posesif kepada Airin hingga didalam toilet saja ada CCTV. Kalian tidak tau bagaimana rasanya Airin menahan rasa buang air kecil yang menggelora.

Untuk urusan mandi ia tidak tau, saat bangun tidur, pakaiannya sudah lengkap dengan rambut yang rapi dan wangi.

Airin saat ini masih beruntung membawa sebilah pisau untuk berjaga-jaga. Saat dirasa kondisi sudah aman ia kembali memikirkan segala kemungkinan yang ada.

Airin beranggapan kalau Raka sedang diruangan penuh monitor untuk mengawasi seluruh ruangan di rumah. Airin pun tau pasti Raka sedang mengamati gerak-gerik Airin dari sana.

Entah keberanian dari mana, Airin kembali ke ruang makan tadi karena lokasi disana lebih memudahkan untuk berlari, melompat, dan bersembunyi.

Airin mengamati sekitar. Ia merasa sedikit janggal karena ruangan ini sangat sepi tidak seperti tadi. Sebenarnya ini tidak bisa disebut ruangan karena di sudut kiri ada dapur dan meja makan sedangkan sudut kanan depan adalah ruang tamu. Kemudian sudut-sudut lainnya seperti jalan menuju kamar dan lain-lain. Airin juga tidak mengerti dengan rumah yang seperti labirin ini.

Ia melangkahkan kaki telanjangnya ke ruang tamu. Kali aja pintu besar didekatnya bisa dibuka atau paling tidak Airin menemukan kunci utama rumah ini.

"Mau kemana, hon?"

Jantung Airin terasa berpacu dengan cepat. Dengan nafas yang memburu, Airin membalikan badannya dan mendapati Raka yang berdiri sambil menyeringai.

"R-Raka!?"

Raka memasukkan kedua tangannya di saku celananya. Ia menatap Airin dengan smirk khasnya yang terlihat begitu menakutkan.

"Kamu tau konsekuensinya kalau kabur dari aku?" Airin hanya bisa berjalan mundur dengan takut-takut. Ia takut hal yang tidak dinginkan terjadi.

"Maaf, Raka. G-gue——"









BRUK!












"Excuse me, uncle."

Welcome Back, Tunanganku! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang