41. Bertemu

22.1K 1.4K 16
                                    

Airin berjalan tenang menuju rooftop. Saat tadi dikelas, Rivan dan sahabatnya tidak ada membuat Airin berpikir bahwa pemuda itu membolos. Ia berjalan tenang tetapi hatinya diliputi dengan berbagai kegelisahan.

Saat ia sampai di rooftop yang ia lihat hanya sepasang sejoli yang sedang beradegan mesra dihadapan Airin. Airin yang melihat itu sedikit terkejut, jika tidak ada di rooftop lalu Rivan di mana?

Sebelum pergi, Airin sempat menegur dua orang berbeda gender itu. "Pacaran jangan di jam pelajaran. Gaya amat Lo pada padahal baru kelas 10. Oh, ya. Nih rooftop tongkrongan gue sama teman-teman gue asal kalian tau. Kalau mau, pindah ke rooftop sebelah."

Saat ini yang ada dipikiran Airin hanya kantin. Mungkin tunangannya itu sedang berleha-leha di kantin. Dugaan Airin terbukti benar saat ia melihat sahabat-sahabat Rivan yang sedang sarapan. Namun tidak ada Rivan diantara mereka.

"Eh, neng Airin." ujar Daffa yang terkejut melihat kedatangan Airin yang tiba-tiba.

"Kenapa, Rin?" tanya Andra.

Airin menggeleng, "Rivan mana?"

"Tadi ke toi——noh tuh Rivan." tunjuk Novan saat melihat Rivan yang tiba-tiba datang.

Rivan yang melihat adanya Airin langsung tersentak dari pikirannya. "Airin Lo ngapain——"

"Lo dari mana?" tanya Airin memotong kalimat Rivan. Rivan mengernyitkan dahi, "Toilet."

Airin meneguk saliva nya. "Van, Lo dapat sesuatu?"

Rivan mengerjabkan mata tak paham dengan apa yang dikatakan Airin. Namun satu detik kemungkinan ia ingat kalau beberapa saat yang lalu ia mendapat sebuah foto.

Rivan menggeleng, "Enggak, kenapa emang?"

Diluar dugaan, Airin hanya menggeleng membuat Rivan penasaran. Harusnya ia menjawab iya saja tadi.

"Rin, tadi——"

Airin yang terlihat termenung segera memegang bahu Rivan, "——Oke, itu aja. Gue duluan."

Dan Rivan benar-benar merasa kebingungan sekarang. Bahkan Airin tidak memberi alasan dari pertanyaan tersebut. Apakah ada yang tidak beres sekarang?

***

Jam pelajaran terakhir telah usai, Airin mengemas buku-buku dan melihat bangku Rivan. Di sana Rivan sedang duduk tenang, tidak menanggapi lelucon sahabatnya. Handphone Airin bergetar diatas meja membuat gadis itu menoleh dan mengambilnya.

Sebuah nomor tidak dikenal.

Setelah memencet icon hijau, Airin meletakkan handphonenya ke telinga kanannya sambil masih memasukkan peralatan tulisnya.

"Halo?"

"Hai..."

Mendengar suara seseorang yang ia kenal, aktivitas Airin seketika terhenti. Ia menatap Rivan sebelum memasukkan semua barangnya dengan terburu-buru dan keluar dari kelas tanpa kata.

Audy mengeryitkan dahi, "Tailah tuh anak, tadi ngajakin ke kafe bareng."

Adel menepuk pundak Audy. "Kesian... mungkin Airin lagi ada beberapa hal yang dia urus."

Mengangguk-angguk, Audy memakai tasnya sebelum menginjak sesuatu. Audy melihat ke arah kakinya dan menemukan dompet Airin yang terjatuh.

"Eh, punya Airin ketinggalan."

Chelsea yang melihat itu segera mengambil dompet Airin. "Beri ke Rivan aja kali ya? Mereka kan tinggal bareng?"

"Yakin Lo, gak diambil Rivan nantinya?" celetuk Oliv dari bangku depan membuat Adel berdecak. "Kaga lah. Emang Rivan maling apa!?"

"Sans ae. Gue bercanda, mbeng."

Chelsea mengangguk kecil lalu menghampiri Rivan yang sedang memakai jaketnya. "Punya Airin ketinggalan,"

Rivan mengambil dompet tersebut, "Kok Lo beri ke gue?" tanyanya bingung.

Chelsea mengerdikan bahu, "Airin gak ada tuh. Pulang duluan kali." ujar nya membuat alis Rivan tertaut. Biasanya Airin dan sahabatnya berjalan bersama sampai parkiran, 'kan?

Tanpa kata Rivan melenggang pergi membuat Chelsea mendengus tak suka. "Untung tunangan Airin, kalau kaga udah gue buat gulai Rivan kali ya?"

Daffa yang mendengar gumaman Chelsea segera menatap horor Chelsea. "Njir, psikopat kek Elisha."

***

Rivan sedang berjalan-jalan di koridor sekolah yang sudah tampak sepi karena sebagian dari siswa gercep pulangnya. Dengan sembunyi-sembunyi, Rivan mencari sesuatu di laman pencarian.

Laki-laki tertampan di dunia

"Kok gak ada nama gue, sih!?" pekiknya kesal.

Cara membuat pacar tergila-gila dengan pasangannya

"Perlu gue pelet dulu si Airin? Kek nya gak usah deh, secara gue ganteng maksimal jadi Airin pasti klepek-klepek dah tuh."

Hadiah terbaik untuk diberikan pada cewek

"Gue beli resort ada deh buat honeymoon." ujar Rivan lagi sambil tersenyum malu-malu. Ia berjalan sambil memainkan handphone nya. Tiba-tiba tubuhnya dibanting ke lantai membuat Rivan memekik kesakitan.

Dilihatnya seorang gadis sedang berdiri di depannya sambil tersenyum sinis. "Lo mau mati?" tanyanya santai membuat Rivan yang awalnya meringis segera menatap tajam gadis itu.

"Lo kenapa bantu tubuh gue, goblok!?"

Gadis itu menatap datar Rivan. "Lo mau nabrak gue, sebelum itu Lo lebih baik jatuh duluan." ujarnya tanpa perasaan.

"Lo mantan gue Lo, Elisha." ujar Rivan sambil bangkit dari duduknya.

"Mau mantan apa gak bagi gue Lo tetap anjing."

Rivan berdecak, "Serah lo." ujar Rivan sembari melewati Rivan begitu saja. Panggilan Elisha membuat Rivan berdecak kesal.

"Apa lagi, sih?"

"Gue cuma mau bilang, Lo harus siap dimasa depan." ujarnya lalu meninggalkan Rivan begitu saja dengan bingung.

"Sinting!"

***

Airin menatap lelaki di depannya dengan khawatir. "Jadi... bagaimana bisa Lo sampai sini?"

"Gue kabur."

"Lo!?" pekik Airin frustasi lalu mengacak kasar rambutnya. "Ayo kita ketemu bokap gue sama Papa Allard sekarang!"

"Gue gak bisa." ujar lelaki itu lagi.

"Kita udah——Ah sudahlah... lebih baik gue telpon Rivan." Ujar Airin sambil mengambil handphonenya namun segera ditepis kasar oleh lelaki dihadapannya tersebut.

"Jangan Rivan!" ujarnya dengan mimik wajah datar membuat Airin mengerjabkan matanya bingung.

"Rivan gak tau apa-apa." sambungnya.

Airin menghela nafas, "Ya karena Rivan gak tau apa-apa kita harus bilang ke dia sekarang. Lo bisa mikir gak sih!?" bentak Airin tak habis pikir dengan jalan pikir lelaki dihadapannya.

"Gak gitu, Ai. Semua ada konteks nya."

Welcome Back, Tunanganku! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang