22. Rendy

29.8K 2K 59
                                    

Saat ini Airin dan Rivan sedang sarapan. Sedari tadi mereka hanya diam karena merasa canggung.

Rivan berdehem, "Em, Nanti bareng ke sekolah."

Airin tersenyum malu-malu. Aduh, kenapa jadi kayak drama picisan gini. Memalukan.

"O-oke"

Setelah beberapa menit di meja makan. Airin pun bangkit. Melirik jam tangannya sekejap sebelum memakai sepatu sport putih.

"Ai"

Airin menengok kearah Rivan, "Apa? Btw, nama panggilan ku berubah. Kenapa? Panggilan kesayangan?" Tanya Airin beruntun dengan menggoda.

Rivan tersenyum miring, "Kenapa? Lo mau dijadiin kesayangan?"

Airin segera berdehem untuk meminimalisir rasa gugupnya. Ia pastikan pipi gadis ini sudah semerah lipstik tante-tante.

"Ada yang blushing kek nya."

Airin segera berjalan cepat menuju mobil. Saat sudah masuk, ia memegang dadanya dengan kedua tangan sambil ngos-ngosan. "Apa ini efek jatuh cinta, ya?" gumamnya.

"Gue gak nyangka bakal semanis ini."

-

Mobil Rivan saat ini sudah berada di pekarangan sekolah. Airin melepaskan sabuk pengamannya dan segera keluar.

Keluarnya Airin disaksikan warga sekolah dengan slowmo. Dengan lebay nya mereka ada yang menjerit histeris.

"Demi apa Rivan sama Airin?"

"Mereka baikan?"

"Bukannya pertunangan mereka batal?"

"Ish! Dasar jalang gak tau diri. Bebeb gue diambil!"

"Mereka udah tunangan lama, kale!"

"Masih ada waktu untuk menikung, sobat."

"Jodoh gue tersesat dengan bersama cewek yang salah."

Mood Airin seketika anjlok. Dasar cuitan netizen! Airin memasang earphone agar tidak mendengar suara jahanam setan SMA ALGER.

BRUK

Airin terjatuh karena menabrak tubuh seseorang. "Sorry" ucapnya.

Airin menepuk-nepuk tangannya yang kotor. Sedangkan orang yang ditabrak mengulurkan tangannya untuk membantu Airin.

Tangan Airin terulur untuk menerima sambutan tangan itu. Saat ia melihat wajah orang tersebut, ia terkejut.

Tangannya ia tarik dari lelaki tersebut. Tanpa panjang lebar, Airin segera pergi dengan berlari.

Lelaki itu menyeringai, "Lo dari dulu lucu. Kalau bukan punya Raka, mungkin gue yang bersanding dengan Lo"

Airin terus berlari dengan kencangnya menuju kelasnya. Keringat dingin telah membasahi wajah cantiknya itu. Dengan nafas ngos-ngosan, ia masuk kelas.

"AIRIN!? LO KENAPA!?'

Pekikan membahana milik Adel membuat Airin yang awalnya menunduk karena kecapekan mendongak.

Airin menunjuk dirinya sendiri dengan nafas tersengal, "Gue?"

Audy berdecak, "Yaiyalah, masa si Bambang."

"Lo manggil gue?"

Seorang lelaki bertubuh gemuk yang sedang lewat segera menghentikan langkahnya.

Oliv tertawa melihat Audy yang kaget. "Iya tuh, Audy nitip salam sama Lo."

Chelsea menggeleng heran, "Fokus, guys. Fokus."

"Oh iya, Lo kenapa, Rin?"

Airin hanya menggeleng kemudian duduk dikursi nya.

"Gila gue benar-benar diteror." gumamnya pelan.

-

Sekarang Airin dan sahabatnya sedang berada di kantin. Ia hanya makan santai sambil mendengar celotehan Adel dan Oliv. Sampai pekikan Audy membuatku menatapnya.

"Gila! gila! gila"

Audy menatap layar handphone-nya dengan mata berbinar. Ia berdiri dan melompat-lompat kesana kemari.

"Kenapa sih, Dy? Gila ya Lo?" Cibirku. Pasalnya mood ku udah hilang sejak tadi pagi.

"Ini, Rendy ngajak gue dinner."

Chelsea memutar bola matanya malas, "Paling minta putus."

Audy mencebikan bibirnya sedangkan Oliv dan Adel tertawa geli.

"Tau, lebay amat Lo"

"Rendy tuh sibuk, setiap diajak jalan jawabannya gitu mulu. Kan aku kesel. Makanya pas dia ngajak gue dinner ya gue senenglah!"

Oliv tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, "Sebahagia Lo aja. Kita-kita mah dukung aja, ye kan?"

Adel berdecak, "Seganteng apa sih tuh om-om sampai Lo bucin kek gini?"

"Bentar gue cari foto Rendy."

Audy mengotak-atik ponselnya selama beberapa saat, kemudian menunjukkan layar handphone nya tersebut kepada Airin dan lainnya.

Airin masih menatap makannya, kemudian menatap handphone yang bisa dilipat dua tersebut.

Mata Airin membola saat melihat foto lelaki disana. "I-tu be-n-eran Re-ndy?"

"Rin? Lo kenapa?"

Tubuh Airin bergetar karena takut. Tiba-tiba handphone berbunyi. Dengan cepat ia membaca pesan itu lewat pop up.

+62877xxxxxxx

Udah ketemu Rendy, honey?

-

Airin membuka matanya. Ia mengerang karena merasakan kepalanya berdenyut-denyut. Ruangan berwarna putih polos dilihatnya saat membuka mata.

Didekatnya ada Rivan dan sahabat-sahabatnya.

"AERIN LO KENAPA BISA PINGSAN GINI?"

Aku menatap Rivan bingung, "UKS?"

Rivan mengangguk cepat, "Lo pingsan. Kenapa, Rin?"

Airin menggeleng.

"Gue pengen pulang ke Aussie."

-

Rivan dan Airin sedang berada di ruang makan. Beberapa saat yang lalu ayah dan bundanya pulang kerumah. Tentu dengan kehadiran Melody yang saat ini sedang bersandiwara menjadi gadis baik.

"Ayah kok lama banget, aku kangen. Di rumah gak ada orang.  Rivan pergi sama teman-teman sedangkan...." Melody menatap Airin sembari tersenyum sinis. "Gapapa kok, Yah."

Airin menatap ayahnya dengan tatapan dalam. Kemudian ia berdehem, "Airin bakal pulang ke Aussie."

Rivan yang mendengar itu segera menggebrak meja makan. Ia berdiri dan berjalan menuju kamarnya. Airin tau respon Rivan seperti ini. Ia menghela nafas.

"Baguslah kalau begitu." Melody tersenyum kesenangan sambil bergumam teramat lirih.

Bunda menatap Airin bingung.

"Lho, ada masalah apa, nak?"

Airin menatap bundanya itu, "Em, gak ada sih."

"Kamu dirumah saja! Jangan kemana-mana, sebentar lagi akan ada ujian."

Welcome Back, Tunanganku! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang