86. Rivan Perlu Dokter!

19.7K 1.1K 21
                                    

Nggak tau apakah feel-nya dapet. Tapi, aku usahain biar ada sedikit keuwuan lah di chapter ini.

Up lebih cepat karena besok takutnya nggak sempat.

***

Melody menatap Rivan dan Airin yang sedang berjalan bersama lewat balkon. Gadis itu mengeryitkan dahi heran, tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Segitu cepatnya mereka baikan?" gumamnya, bukannya Melody tidak suka. Ia sudah tobat asal kalian tau, hanya saja, gadis itu bingung dengan apa yang Airin lakukan.

Beberapa waktu yang lalu, Airin meminta untuk memutuskan hubungan perjodohan ini dan bahkan belum 24 jam sejak kejadian itu, Airin dan Rivan terlihat berjalan bersama.

Lelucon macam apa ini!?

Yang Melody tau, Airin itu cukup pendendam. Memaafkan dirinya saja sudah sangat aneh, apalagi langsung memaafkan Ayah Sanjaya dan Rivan!? Orang pada umumnya pastinya merasa kecewa. Kenapa? Karena mereka dibohongi dan diasingkan serta dikucilkan.

Ini benar-benar aneh, Melody hanya bisa berdoa untuk kebaikan mereka.

Tapi, Melody mengkhawatirkan sesuatu. Airin melakukan ini seakan-akan sudah tidak mempunyai banyak waktu lagi. Melody bukanlah gadis bodoh, ia tau kalau ini bukanlah akhir. Masih ada sesuatu yang mengusik renung batinnya.

Melody menggigit bibirnya. "Permintaan terakhir sebelum dieksekusi mati ..." Mata gadis itu membola. Tanpa buang waktu lagi, ia berlari keluar kamar dan mencari seseorang.

"Jangan-jangan!?"

***

"Hah?"

Apa tadi? Naik Bus? Rivan nggak salah dengar? Hey! Mereka memiliki banyak mobil mewah. Bukan bermaksud sombong, hanya saja mengapa gadis yang sedang menariknya keluar ini meminta pergi naik Bus?

Bahkan ia belum sempat berganti pakaian, Rivan rasanya ingin mengutuk tapi tidak jadi ... Airin terlalu baik untuk ia kutuk.

Rivan menatap Airin lucu. "Apaan sih, Rin? Halte Bus masih jauh dari komplek kita ini." Tidak mungkin 'kan mereka berjalan sampai ke halte?

Airin tergelak, lalu ia tersenyum manis. "Ada orang yang bilang, 'Perjalanan jauh sekalipun, akan menyenangkan kalau bersama dengan orang yang disayangi' kayaknya gue salah nih." ujarnya dengar raut wajah sedikit kecewa membuat Rivan tak bisa berkata-kata.

Rivan terlihat salah tingkah, ia takut Airin salah paham. Ini sungguh tidak terduga, memang susah jika cewek sudah mengeluarkan ultimatumnya.

Pemuda itu memegang tengkuknya, "Ma-maksud gue ..." Ya, Tuhan, bahkan dirinya sudah tergagap-gagap seperti ini. Mungkin, jika ada yang melihatnya seperti ini orang itu akan langsung tertawa.

Anak pemilik sekolah dan perusahaan ternama yang dikenal sadis oleh orang-orang terlihat seperti anak anjing penurut? Memalukan ... tapi Rivan akan melakukan itu jika bersama dengan Airin seorang.

Entahlah, sejak kapan Rivan sebucin ini.

Airin terkekeh geli lalu mengusap kepala Rivan. Bahkan tataan rambut yang berjam-jam dibuat Rivan langsung hancur berantakan karena gadis berambut panjang itu, tapi tidak apa-apa.

Pemuda itu melakukan hal ini untuk Airin, artinya semua yang ada didirinya baik hati, raga, harta, jiwa, dan pikiran hanya untuk gadisnya itu seorang. Ah, mungkin Airin sudah cocok menyandang gelar 'wanita' saat ini, tapi lagi-lagi Rivan tidak mempermasalahkan itu.

Tapi, jangan harap si monyet tua bernama Raka itu akan lolos jika ia sudah selesai berjalan-jalan dengan Airin. Akan ia ajarkan kepada om tua itu untuk tidak menyentuh milik seseorang.

Karena Rivan tidak menyukai hal itu.

Jantung Rivan rasanya ingin berhenti berdetak saat Airin menarik tangannya lagi dan kembali menautkan dua telapak tangan berbeda ukuran itu. Gila! Sejak kapan Airin seagresif ini?

Mereka kembali berjalan, Rivan dibuat terkaget-kaget saat Airin mengeluarkan sapu tangan dan menyapu butiran keringat yang keluar. Airin tersenyum geli, Rivan sangat terlihat menggemaskan.

Rivan memegang tangan lembut gadis itu agar Airin berhenti melakukannya. Bukannya apa, tapi jantung Rivan tidak tahan mendapatkan serangan tiba-tiba dari Airin. Ia juga tidak ingin menunjukkan pipi bersemu bak gadis perawan ini.

Anjir, Rivan saliting, cuy. Mengapa Airin bisa semenggemaskan ini sih? Mau ngarungin rasanya.

Setelah beberapa menit, akhirnya kedua insan ini sudah berada di Bus yang tampak sepi. Jangan tanyakan berapa lama mereka tiba, yang pasti lumayan lama lah.

Airin menatap tangan mereka yang masih berpegangan tangan. Ia meletakkan tangan mereka dipahanya lalu menatap Rivan. Gadis itu tersenyum miring, sepertinya menyenangkan bermain-main dengan pemuda itu.

Airin tersentak saat kepala Airin tiba-tiba bersandar dibahu kokohnya. Airin lagi-lagi membuat nafasnya memburu. Gila! Gila! Ia bisa serangan jantung kalau begini jadinya.

Ada yang aneh dengan Airin hari ini, gadis itu terlihat seperti anak kecil yang meminta banyak hal pada ayahnya. Percayalah, Airin itu gadis mandiri dan elegan. Ia melakukan semua hal dengan anggun.

Berpegangan tangan dan bersandar seperti ini? Ini bukan gaya Airin banget!

Tapi, Rivan sangat senang mengingat kalau Airin menunjukkan ini kepadanya. Oh, Airin benar-benar menggemaskan.

Airin tersenyum lalu mendongak menatap Rivan yang menahan nafas karena wajahnya begitu dekat dengan Airin. Sabar, Van. Gak boleh, gak boleh! Aduh jantung!

"Kamu tau kalau aku jadi ketularan Elisha, nih?"

Duh, siapapun tolong bawakan Airin pakaian dokter. Rivan mau dong dirawat sama Airin. Masalahnya, jantungnya sepertinya sedang tidak sehat, tubuhnya juga terus saja mengeluarkan keringat dingin.

Apa Rivan tiba-tiba phobia keuwuan yang diberikan tunanganya sendiri?

Astaga. Jantung Rivan semakin berdisko ria saat mendengar Airin mengubah cara bicaranya. Aku-kamu .. au pengen gigit deh.

"Ma-maksud ka-mu ... kamu mau ja-jadi psikopat?" tanyanya tergagap-gagap. Airin terkekeh membuat Rivan mau mati saja saat ini. Gadisnya ini sangat menggemaskan.

Airin menggeleng pelan. "Nggak lah, maksud aku, akutuh kayaknya ketularan Elisha yang suka mengklaim sesuatu." ujarnya dengan bibir mengerucut. Astaga! Ini bukan Airin! Airin biasanya hanya memancarkan aura sendu dan dingin tidak seperti binar bahagia seperti sekarang.

Duh, kok makin sayang sama Airin, ya?

Apalagi pas denger Airin pake aku-kamu ... sweet-sweet gimana gitu. Nggak ada kesan alay atau jijik. Murni menggemaskan inimah.

Rivan mengerjabkan matanya bingung. "Maksudnya kamu ketularan Elisha yang suka mengklaim orang anjing?" tanyanya ambigu. Memang seperti itu, kan?

Elisha tidak jauh-jauh dari kesehariannya yang tidak dapat ditebak. Oh, ya ... saya sekaligus mau promo nih. Cerita Elisha bisa di cek di work saya yang baru, ya! Judulnya : Terjerat Pesona Adik Kelas. Alay? Nggak papa, hujat aja. Saya emang nggak bisa buat judul:(

Rivan : ...

Eh, iya *plak* ... silakan kita lanjut, ya!

Airin kembali menggelengkan kepalanya dengan wajah yang begitu imut. Siapapun yang mengajarkan Airin ekspresi imut ini, Rivan sangat berterima kasih jika ketemu, Rivan tidak segan memberikan uang kepada orang itu. Ini sangat menghibur.

"Maksud aku, aku tuh ikut ngeklaim diri kamu."

"Jadi anjing?"

"Iya, anjing penjaga hati aku."

Seseorang Rivan benar-benar membutuhkan dokter saat ini juga. Walaupun harus disamakan dengan anjing, pemuda itu tidak marah sama sekali.

Karena ia adalah anjing penjaga hati Airin yang akan menyalak jika ada orang asing yang lewat.

Sumpah, hati Rivan begitu berbunga-bunga.

Welcome Back, Tunanganku! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang