"Hulya, menikahlah denganku!! Lengkapi ibadahku menuju Jannah-Nya!! Dan kita tidak akan pernah terpisah seperti bulan, bintang, dan langit. Aku mencintaimu seperti ayat-ayat dalam Al-Qur'an yang tak akan habis berkisah. Aku mencintaimu seperti butir...
Siang ini matahari begitu terik menyinari kota Jakarta. Cahaya menelusuk bebas masuk melalui berbagai ventilasi udara disebuah ruangan yang terletak dilantai 3 pada gedung besar itu. Terlihat beberapa orang yang duduk membentuk sebuah lingkaran mengelilingi meja bundar dalam ruangan tersebut.
"Congratulations Mr. Fredly! You have won the offer this time!!" ucap seorang pria paruh baya berdiri dan memberi salam kepada salah satu pengusaha muda yang ada dihadapannya
"Thank you very much! I'm very lucky today!" jawab pengusaha muda itu sambil berdiri dan membalas jabatan tangan itu dengan senyum sumringahnya.
Satu persatu orang-orang hebat yang ada dalam ruangan itu mulai bubar, dan keluar dari ruangan tersebut. Hanya menyisakan 3 orang pengusaha-pengusaha muda didalamnya.
"Mr. Zeyn! Hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya! Ada apa denganmu sekarang??" tanya salah satu diantaranya sambil menepuk pelan bahu kanannya
"Yakin saja. Rezeki sudah ada yang mengatur!!" jawab pria berbadan tegap dan berwajah kebule-bulean itu dengan simpelnya
"Ooh.. Itu benar! Benar sekali!! I agree with your opinion, Mr. Zeyn!!" cetus seorang pria berbadan tinggi sambil berjalan kearah dua pria yang tak jauh dihadapannya.
"Thank you!!" balasnya singkat
"Yaa, sekalipun hal itu terjadi diperusahaan Anda sendiri. Dan dengan senang hati, saya akan menyambut kedatangan Anda diperusahaan saya pada rapat perebutan tender selanjutnya!!" kata Mr. Fredly dengan logat sombongnya.
"Thank you! Tapi saya rasa itu tidak perlu!!" balas seorang pria yang kerap disapa Mr. Zeyn sambil menuju sebuah meja persegi dan mengemas peralatan yang ia gunakan untuk rapat tadi.
Mr. Heru yang telah lama mengenal Zeyn, tentu sangat mengerti bagaimana amarah itu akan muncul diwajah temannya itu.
"Oh Mr. Fredly! Sekarang sudah waktunya jam makan siang! Tidak baik jika menundanya!!" ujarnya menengahi pembicaraan 2 pria yang tadi ada dihadapannya.
"Of course!!" jawabnya penuh percaya diri
"Mr. Zeyn, kami permisi dulu" ucap Mr. Heru yang langsung dibalas anggukan oleh nya
"Mr. Zeyn!! Bye !!" ucap Mr. Fredly sembari menoleh kesamping dan memberi hormat dua jari pada pria yang masih berdiri disamping meja persegi itu, dan hanya dibalas dengan senyuman olehnya.
Setelah kedua pria itu pergi, ia berjalan menuju ruangan kerjanya. Ia berjalan kearah meja yang bertuliskan "M. Fahri Zeyn Pratama" disebuah papan kecil. Dengan wajah sedikit frustasi, ia mendudukan badan dikursinya sedikit bersandar. Ia membuka jasnya, dan melemparnya ke sembarang arah.
"Dia berkata dengan sombongnya tanpa ada rasa syukur sama sekali! Dia pikir siapa yang telah memberinya hak untuk menang hari ini!? Aku benar-benar tidak habis pikir jika....." racaunya sendiri, hingga mulutnya terhenti saat tangan kanannya membuka sebuah laci dan meraba sesuatu disana.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.