Klik ⭐ dulu yukk..
⤵
Happy Reading❤❤❤
⬇⬇⬇
Hulya
Aku mulai menuruni anak tangga dengan didampingi mama disampingku. Saat berada di beberapa anak tangga terakhir, aku mengangkat wajah yang tadinya menunduk. Aku mulai melihat sekumpulan orang sedang berdiri menatap kami disana.
Lebih tepatnya aku! Mereka melihat ke arahku dengan tatapan anehnya masing-masing. Apa lagi dia! Seorang pria berjas biru yang berdiri disamping adikku, tidak pernah mengerdipkan matanya sama sekali. Dan wajar saja, karena mereka memang tidak mengetahui keberadaanku dirumah ini.
Tetapi disini, jantungku sudah bersiap-siap untuk melompat keluar dari tempatnya.
Aku berusaha untuk tetap terlihat tenang. Karena tidak ada yang boleh tahu, kalau ragaku sedang gemetar saat ini.Disaat jarak kami sudah semakin dekat, papa meminta ku untuk segera memberi salam pada sepasang suami-istri dihadapanku.
Aku pun langsung melaksanakannya. Dan mulai menyalami mereka bergantian."Bu Hana! Apa ini....?" tanya seorang wanita paruh baya dengan mata berkaca-kaca dihadapanku pada mama.
Mama hanya membalasnya dengan anggukan kecil. Dan wanita yang telah memberiku hak untuk memanggilnya dengan sebutan 'Bunda' itu langsung memelukku bersamaan dengan tetesan airmatanya.
"Iya Ayah, Bunda! Ini Hulya.." ucapku sembari melepas pelukkannya.
"Masyaa Allah sayang.. Bunda benar-benar nggak nyangka kamu sudah berubah drastis seperti ini sekarang!" seru Bunda Prita menangkup wajahku antusias
"Aku hanya menyempurnakan ajaran yang dulu pernah Bunda berikan padaku. Itu saja!" balasku kemudian tertunduk.
"Wahh, Kak Hulya!! Kakak sangat berbeda sekali saat ini. Beda banget nih, sama Kakak aku. Hehehe.." suara wanita muda yang berpakaian glamour tanpa hijab disana.
Aku hanya menoleh sebentar, kemudian menunduk kembali.
"Kak Hulya! Apa Kakak mengenalku??" tanyanya lagi
"Oh, kamu..."
"Aku Keysia, Kak!! Masa Kakak lupa sih, sama calon adik ipar sendiri!" cetusnya
"Oh iya! Aku tidak mungkin melupakanmu, Key! Kau pun terlihat sangat berbeda sekarang!" seruku tersenyum padanya, yang entah dia tahu atau tidak karena aku menggunakan cadar.
"Lalu, apa Kakak mengenalinya??" tanya Keysia sambil menunjuk kearah pria yang sangat betah melihatku dari tadi.
Jujur saja dari awal aku menuruni anak tangga itu, perasaan bahagiaku bercampur dengan keraguan. Aku berjalan menuju arah meja makan sambil menoleh ke semua orang disana. Mulai dari Papa, Arya, Om Rino, Bunda Prita, dan dua orang yang terdiri dari seorang pria dan wanita diantara mereka yang tidak ku kenali wajahnya.
''Siapa pria dan wanita itu?? Apa dia Kak Fahri dan Keysia, adiknya?? Kenapa tidak mirip mereka yang dulu?? Atau aku yang salah tebak?'' bathinku
Pikiranku mulai bertanya-tanya. Hingga semuanya buyar saat aku mendengar suara papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinar Cinta Hulya
عاطفية"Hulya, menikahlah denganku!! Lengkapi ibadahku menuju Jannah-Nya!! Dan kita tidak akan pernah terpisah seperti bulan, bintang, dan langit. Aku mencintaimu seperti ayat-ayat dalam Al-Qur'an yang tak akan habis berkisah. Aku mencintaimu seperti butir...