Part 34

623 40 19
                                    

Klik ⭐ dulu yukk..
⤵⤵⤵
Happy Reading ❤❤❤
⬇⬇⬇


Jarum jam kecil yang terletak di atas nakas menunjukkan 00.20. Tapi dini hari Hulya belum juga bisa memejamkan matanya. Bukannya terlelap, tetapi mata indah itu malah mengeluarkan buliran air dari sana. Jatuh mengalir dari sudut mata, sebelum akhirnya jatuh tepat di bantal.

Setelah pernikahan, baru kali ini Hulya habiskan malam tanpa ada Fahri di sisinya. Melainkan kali ini, suaminya itu tengah bersama dengan wanita lain yang kerap di sebut orang sebagai istri pertamanya.

Hulya telah berusaha untuk memejamkan matanya dan terlelap. Tapi sayangnya, usahanya itu kini sia-sia. Ia memutuskan untuk duduk dan beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi.

Kini Hulya telah siap mengambil wudhu dan berniat untuk melaksanakan sholat tahajud.

Tetapi niatnya itu tertunda karena kedatangan seseorang ke kamarnya.

"Mama!" serunya

Hana hanya tersenyum seraya melangkah menuju tempat tidur putrinya.

"Ada apa Mama keluar kamar di jam segini?" tanya Hulya lagi kepada Mamanya yang kini telah duduk di sampingnya

Hana menghirup dalam napasnya dengan kedua tangan menggenggam tangan putrinya yang terasa sangat dingin sekali.

"Karena kamu sayang," jawabnya seraya mengelus rambut Hulya

"A-aku?"

"Iya. Seperti kamu yang berteman dengan kesunyian malam, Mama juga berasa di datangi oleh sebuah musibah Nak!" jawab Hana dengan mata berkaca-kaca

"Ma, kenapa bicara seperti itu? Aku tidak apa-apa kok," elak Hulya seraya tersenyum

"Kamu mungkin bisa saja membohongi dirimu sendiri. Tapi tidak dengan Mama sayang!! Mama bahkan telah mengenal kamu sebelum kamu di lahirkan ke dunia ini! Jadi..." ucapan Hana terhenti saat tangisnya pecah di hadapan Hulya

Hulya terasa di hantam badai besar saat melihat dan mendengar tangisan dari Mamanya. Wanita yang telah melahirkannya dan selalu membimbingnya di setiap langkah serta keputusan yang ia ambil selama ini.

Ia pun segera memeluk Hana. Dan ia juga tidak bisa menahan airmatanya agar tak tumpah dari tempatnya.

"Aku telah berbuat kesalahan Ma! Aku telah mengingkari janjiku pada Fahri! Aku tidak bisa menepatinya Ma! Hikss..hikkss.." lirih Hulya di sela-sela pelukkan mereka

Hana merenggangkan jarak antaranya dan Hulya. Dengan kedua tangan memegang pundak Hulya, ia melihat isakkan tangis yang sejak tadi tertahan dari putrinya, membuat ia segera menghapus airmatanya.

"Janji apa yang kamu maksud Nak?" tanyanya seraya menatap Hulya yang tengah menunduk dengan isakkan tangisnya

"Fahri membuatku berjanji untuk tidak membiarkan setetes airmata pun membasahi wajahku, disaat dia tidak berada di sisiku. Dan aku...hikh..hikkss.." tangis Hulya semakin menjadi-jadi

Hana menarik Hulya, lalu memelukmya erat. Berharap pelukkan itu bisa memberikan kekuatan padanya. Ia juga mengusap lembut punggung Hulya untuk memberikan ketenangan.

"Tidak ada seorang wanita pun yang bisa menahan airmatanya, saat belahan jiwanya sedang bersama dengan wanita lain Nak! Mama tidak menyangka kalau masa depan kamu akan di kelilingi ujian seperti ini. Kamu yang tabah ya sayang! Kamu harus kuat!!" kata Hana prihatin

Perlahan Hulya mulai menghentikan isakkan tangisnya. Dan Hana pun melepaskan pelukkannya, kemudian menghapus air yang berceceran di wajah mulus putrinya.

Sinar Cinta HulyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang